03

28 7 0
                                    

Dengan langkah kaki yang berat, Langit berjalan menuju tangga, sorotan senter membuat seseorang yang sedang jongkok menghadap ke belakang dengan ragu.

"Lo ngapain nangis malem-malem di sekolah? Bikin orang merinding aja" kata Langit sambil menyorotkan senter ke wajah Senja.

"Maaf tadi gelap, dan gue sama sekali gak bisa liat apa-apa" jawab Senja.

"Hmm" gumam Langit dan melanjutkan langkah kakinya yang terhenti.

Senja mengikuti Langit karena di belakang Langit lah Senja bisa mendapatkan cahaya untuk menerangi jalannya.

"Ngapain ngikutin gue?" tanya Langit.

"Karena lo nyalain senter" jawab Senja.

"Emang HP lo ga senternya?" tanya Langit.

"Adaaaa, tapi ketinggalan di motor" jawab Senja.

"Ck" Langit hanya berdecak, malas sekali jika dia harus menjawabnya.

Setelah sampai di parkiran, langit mematikan senter HP nya, lalu menyerahkan kunci kelas pada Pak Udin. Begitupun dengan Senja.

"Makasih banyak ya Pak" ucap Senja lalu berjalan ke motornya.

"Iya neng sama-sama" balas Pak Udin"

"Makasih Pak" kata Langit lalu pergi.

Senja pun mulai menyalakan motornya dan menjalankan motornya menuju apartemen nya.

Senja benar-benar tak habis pikir dengan laki-laki yang baru ia kenali. Sepertinya dia jarang tersenyum, dan tidak punya perasaan.

Senja masih jengkel dengan sikapnya tadi, dia tidak mau berbagi senter dengan Senja, padahal jelas-jelas Senja takut kegelapan. Senja juga tau dia salah, karena meninggalkan ponselnya di motor, tapi kan sesama manusia harus berbagi.

Langit juga tidak suka dengan perempuan yang benar-benar SKSD padahal baru mengenalnya saja belum 1 hari. Langit sangat sebal jika menemui perempuan seperti dia.

Kalau perempuan itu mengatakan dirinya memiliki hati yang keras maka katakanlah, karena Langit memang seperti itu. Langit tidak akan menyangkal jika perempuan mengatakan hal-hal tersebut. Bahkan Langit pun tak tau siapa nama perempuan yang SKSD itu.

~Senja Point Of View~

"Makanya lain kali jangan ceroboh" ucap Fitri.

"Iya kak, maaf, Senja kan lupa" elakku.

"Ish, kamu tuh ya, itu tuh bukan barang murah Senja, satu nya gak bisa di beli dengan harga 3000" oceh Fitri. "Nanti-nanti lagi, kakak males banget kalo harus beliin lagi kamu yang begituan"

"Ih kakak kok gitu sih? Mama aja ngebolehin kok, masa kakak gak ngebolehin sih?" tanya Senja sedih.

"Ya iya lah, orang kamu ceroboh! Nyimpen seenaknya aja" jawab Fitri.

"Iya kak, yang penting kan ada nih brush pen nya" kata Senja yang mulai malas berdebat dengan Fitri.

"Tapi kalo kedepannya nyimpen kayak gitu lagi gimana?" tanya Fitri.

"Hmm, Senja usahain gak akan kak. Udah ya Senja mau ngerjain tugas dulu" jawab Senja.

Senja mulai mengambil karton untuk dihias.

Setelah jam menunjukan pukul 8 malam. Senja telah selesai mengerjakan tugasnya. Senja merapikan kertas dan alat tulis yang berserakan lalu memaikan ponsel.

"Cepetan makan dulu, nanti abis makan sholat isya. Baru boleh main hp" ucap Fitri.

Senja hanya mengangguk mengiyakan sambil berjalan menuju meja makan yang kecil tapi memberikan kenyamanan.

Selesai makan dan sholat, akhirnya Senja terbebas dari peraturan kakaknya, dan Senja bisa bermain ponsel sepuasnya. Tidak, tidak sepuasnya, hanya sampai jam 9 saja. Itu artinya cuma setengah jam.

Rasanya sebentar, hmm.

Twilight SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang