"Gak boleh marah-marah ih," ujar Langit sambil mengelus kepala Senja.
"Baper tapi kesel" batin Senja
"Cie blushing nih" ledek Afifah.
"Apasih Langit? Pake elus-elus kepala segala?" ucap Senja.
"Sama pacar gak boleh marah-marah" Langit kembali berucap.
"Langit buruan dong traktir kita-kita" ujar Gilang.
"Kasian ih kalian" ujar Senja.
"Cie perhatian sama Langit" ledek Faiz.
"Salah lagi" lirih Senja.
Tatapan seisi kantin mulai tak menyorotinya lagi, mereka sekarang sibuk dengan makanan nya masing-masing. Tapi, tidak dengan Anya.
Mereka menatap Senja tajam, menyiratkan kebencian lewat pandangan mata. Senja menundukan kepalanya, bukan karena ia takut, tetapi jika Senja balik menatapnya pasti akan terjadi suatu hal yang membuat rusuh kantin.
Apalagi Anya yang menduduki bangku akhir SMA banyak disegani oleh junior-juniornya. Tidak termasuk Senja.
"Gak usah takut, gue bakal selalu ada kok buat lo" ujar Langit lembut, hatinya kini hangat.
"Iya, makasih" ucap Senja hati-hati.
"Kalo ada apa-apa, jangan ragu minta tolong ya, telepon aja" ucap Langit sambil menepuk-nepuk kepala Senja lembut.
Senja senang? Jangan ditanya, perasaanya kini tidak dapat di deskripsikan. Ini yang dia mau, ini yang dia impikan, ini yang dia harapkan. Saat sesuatu yang kita ingin, lalu kita dapatkan, bahagianya pasti tak terhingga.
"Pulang bareng ya nanti, biar lo aman sama gue" ucap Langit.
"Hah?" tanya Senja tak percaya.
"Iya, pulang bareng" jelas Langit.
"Hmm" gumam Senja.
"Seneng banget nih kayaknya" goda Afifah.
"Malu ih Fah" rengek Senja.
"Ahaha, gapapa, sama pacar sendiri" ucap Afifah.
"Ih" ucap Senja.
"Satu hal yang harus lo inget, kalau Langit bikin lo nangis atau sedih, bilang gue ya" ujar Afifah, dan Senja mengangguk.
Pulang sekolah, Senja dan Afifah berdiri di gerbang sekolah, Afifah yang di jemput dan Senja menunggu Langit "Senja, gue udah di jemput, duluan gak apa-apa?" tanya Afifah.
"Gak apa-apa Fah, duluan aja," jawab Senja.
"Aku duluan bye-bye!" seru Affiah sambil melambaikan tangan pada Senja.
Senja masih di sini, di depan gerbang sekolah, bersama anak-anak lain yang menunggu jemputan, atau sekedar mengobrol menunggu ojek datang.
Tapi, tak ada yang menyapanya. Mereka masih percaya dengan omongan Anya.
"Nungguin siapa lo?" tanya Anya yang kebetulan melintas.
"Langit" jawabnya.
"Hmm, tadi sih gue liat dia udah pulang duluan deh, bonceng cewek kan Nya?" ujar Julia.
"Ah iya, tadi bonceng cewek, keknya Langit punya hubungan special deh sama cewek itu" Anya mengompori.
"Oh iya kak makasih" ujar Senja.
Senja kecewa, dan langsung menelepon kakak-nya dan meminta menjemputnya di sekolah.
Di sisi lain.
"Yes berhasil" ujar Julia senang.
"Gue gak suka liat Senja bahagia" ucap Anya sinis.
"Gue juga gak suka" imbuh Julia.
"Pokoknya, kita gak boleh biarin Senja bahagia" ujar Anya.
"Setuju" sahut Julia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight Sky
Teen FictionKetika penulis jatuh cinta, tapi tidak sanggup mengungkapkan dia hanya bisa membuat pria itu menjadi tokoh utama dalam tulisannya. Aku akan membuat namamu melegenda seperti kisah-kisah kuno Yunani, ntah bagaimanapun caranya aku mampu. Jika kamu bers...