22

20 6 0
                                    

Senja menatap lurus langit-langit kamarnya, menertawakan kebodohannya. Mengapa semudah itu ia menyetujui ajakan Langit? Padahal dirinya sudah benar-benar tahu bahwa laki-laki selalu Bullshit.

Dirinya sudah benar-benar ingin kembali lagi pada masa kecil, ingin lupa semua kisah cinta yang pernah ada, yang selalu gagal. Kapan penderitaan karena cinta berakhir?

"Senja makan dulu" ujar Fitri.

"Nanti kak, Senja gak laper" sahut Senja.

"Kamu kan harus minum obat" ucap Fitri.

"Libur dulu ya, sehari aja deh" ujar Senja.

"Hmm, keras kepalanya gak pernah ilang" ucap Fitri sambil berdecak.

"Sifat pemaksa kakak juga gak pernah berkurang" imbuh Senja. Bintang hanya menghela napas beratnya.

Pagi telah tiba, Senja dan Afifah juga sudah di sekolah. Mereka berjalan di koridor menuju kelas, tak ada yang memulai percakapan, entah kenapa

"Senja, lo marah sama gue?" tanya Afifah hati-hati.

"Enggak kok, gue sama sekali gak marah sama lo" jawab Senja.

"Takutnya, soalnya dari tadi lo gak ngomong" ucap Afifah.

"Lagi gak mood aja hehe" sahut Senja.

"Oh" guman Afifah.

----

"Kantin yuk, jamkos" ajak Gilang

"Yuk" ujar Yuda.

"Ngit, ikut gak?" tanya Altezza.

"Gak ah, males" jawab Langit.

"Tumben" ucar Yuda.

"Gara-gara kemaren gagal pulang bareng Senja haha" ledek Gilang.

"Berisik anj-"

"Eh eh," ujar Altezza

"Anjir Yan anjir, jan suudzon gitu deh" jelas Langit.

"Kalo gak ditahan bilang Anjing lo" ujar Yuda, Langit terkekeh.

"Serius gak ikut?" tanya Gilang.

"Serius" kata Langit.

"Gue gak ikut deh, solid-solid" ujar Yuda.

"Ya udah deh gue juga gak jadi ikut" ucar Altezza.

"Bangsat tau?" tanya Gilang.

"Lo" kata Yuda.

Plak

"Anjiiing" pekik Yuda.

"Eh" sentak Altezza dan Langit.

"Mabar ayo" ajak Altezza.

Dan mereka pun mengeluarkan ponselnya masing-masing membuka aplikasi game di ponsel mereka. Sampai mereka lupa bahwa jamkos kali ini diberi tugas oleh gurunya.

Saat 20 menit lagi pelajaran akan selesai, mereka repot mencari contekan, belum menulis soal yang lumayan panjang.

Tringggggg..... *Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa siswi dari kelas 10 sampai 12 berhamburan dari dalam kelas, ada beberapa juga yang masih di dalam kelas diakibatkan guru yang merasa tanggung dengan materinya.

"Senja" panggil Langit.

"Apa?" tanya Senja malas.

"Pulang bareng gue mau?" ajak Langit.

"Tuh lumayan" ujar Afifah.

"Enggak deh makasih, kamu juga harus pulang sama pacar kamu kan" kata Senja.

"Iya, kan pacar gue itu, lo" ujar Langit.

"Help, gue baper" pekik Afifah.

"Sama Fah" batin Senja menjerit

"Hmm, kemaren kan lo gak jadi pulang bareng juga gara-gara pulang duluan, kan?" ucap Senja hati-hati.

"Lo yang pulang duluan bareng cowok kan" imbuh Langit.

"Gue gak ikut-ikutan ya, yaudah urus dulu masalahnya berdua, gue udah di jemput, bye," ujar Affiah.

"Senja" bujuk Langit.

"Gue gak mau nyakitin hati pacar lo" ujar Senja.

"Pacar gue kan lo" ucap Langit.

"Gue gak ngerasa Langit, itu cuma biar gue gak dibully aja kan?" tanya Senja.

"Enggak, itu bener, karena sekarang gue ngerti, berjuang sendirian itu sakit" ujar Langit.

"Syukur kalo sekarang lo tau itu" ucap Senja, "Tapi lo gak boleh bohongin perasaan lo sendiri." ucap Senja.

"Gue gak bohongin perasaan gue sendiri, gue beneran", "maka dari itu, gue pengen lo jadi pacar gue" jelas Langit.

"Itu nembak?" tanya Senja.

Karena senang Senja jadi bertanya seperti itu, detik selanjutnya Senja menepuk jidat-nya merutuki dirinya sendiri mengapa se-reflek itu responsnya.

"Iya, lo mau?" tanya Langit.

Senja menatap mata Langit, lalu mengangguk. "Aku mau."

Twilight SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang