10

22 7 0
                                    

"Ah pake nelepon segala lagi" Langit tak henti mengoceh, karena Senja yang secara tak sengaja menelepon Langit yang sedang main game.

Dan menyebabkan kalah bermain game, Senja meminta maaf tapi jawaban Langit sangat singkat, moodnya kali ini hilang dengan kalahnya game.

Langit pun memutuskan untuk tidur, dari pada terus emosi gara-gara kalah bermain game.

Langit tau, tidur sore tidak baik. Tapi dirinya sangat lelah dan dengan berat hati tidur, rasa kesalnya pada Senja masih ada, walaupun dia sudah memaafkan.

Senja merutuki dirinya sendiri."Bodoh! Bodoh banget ish Senjaaa!!!"

Senja mengetuk-ngetukan jarinya di atas ponsel, Senja masih bingung apakah Langit sudah memaafkan? Pasalnya saat Senja meminta maaf, Langit hanya menjawab 'ya'.

Itu tidak ada kepastian, Senja tak akan mengerti kalo hanya seperti itu.

"Senja tuh telmi, gak bisa cuma satu kata langsung ngerti" Senja bermonolog.

Senja tak hentinya mengoceh tentang kesalahan fatalnya. "Udah Senja sama Langit jauh, ditambah kayak gini, makin aja jauh nantinya."

"Dari tadi ngomong aja gak seret?" tanya Fitri yang baru pulang kerja.

"Kakak denger?" tanya Senja kaget.

"Denger, tapi ngomongnya gajelas kayak orang gila" sahut Fitri

"Emang orang gila" balas Senja.

"Hahaha, nyadar juga kamuu" canda Fitri.

"Apasih" gumam Senja.

Untung saja Fitri tidak mendengar jelas, masih bisa terselamatkan dari ocehan maut sang kakak. Sangat bersyukur mempunyai skill menjadi orang gila.

Senja pun memutuskan untuk makan, makan adalah pengembali mood, kalau perut kenyang ya, mood gak akan hilang.

"Senja, ini Vitamin gak di minum?" tanya Fitri

"Iya kak, lupa" sahut Senja.

"Katanya mau sehat, kok minum vitamin sampe kelupaan" sindir Fitri, Senja hanya menghela napas berat lalu meminum vitamin yang belakangan ini jarang ia minum.

"Senja bosen" lirih Senja.

"Langit kenapa tidur jam segini? Mama udah kasih tau beberapa kali gak boleh tidur jam segini," oceh Nina.

"Langit ngantuk, mah" balas Langit.

"Makan dulu yuk, papa udah pulang" ajak Arumi. Langit mengangguk lalu mengikuti Nani menuju ruang makan.

"Main game seharian di kamar?" tanya Papa Langit.

"Tidur pah" jawab Langit.

"Jangan main game terus! Belajar" ucap Papa Langit.

"Kak Langit dari tadi teriak-teriak terus, aku lagi tidur juga" Amora mengoceh.

"Katanya tidur" ujar mama.

"Sebelumnya main game, terus kalah, ya jadi teriak lah" jujur Langit.

"Kayak cewek aja!" ejek Amora sambil memeletkan lidahnya, adik kecilnya ini selalu bisa membuat Langit tersenyum. Tinggah lucunya selalu membuat semua orang tertawa.

Amora baru berumur 5 tahun, dia suka sekali mengganggu Langit. Dia mempunyai kamar sendiri bernuansa pink, dengan boneka di setiap sudut kamarnya.

Di kamarnya, Amora tak lepas dari boneka barbie nya atau sekedar bermain masak-masakan bersama boneka beruangnya. Tak jarang juga Amora mengajak Langit untuk main masak-masakan, walaupun Langit adalah laki-laki, tetapi Langit selalu mengikuti apa yang Amora pinta hanya agar Amora bahagia.

"Kak Langit, nanti di halaman belakang abis makan kita main masak-masak yu" ajak Amora.

"Udah malem, dingin, jadi di kamar Amora aja. Langit memberi saran.

"Gak mau!, Mora pengennya di taman belakang!" seru Amora sambil cemberut.

"Iya terserah Mora" pasrah Langit, Mora tersenyum penuh arti.

Gimana? Kalian baru tau ya kalo selama ini Langit punya adik yang masih kecil :v

Twilight SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang