31

15 5 0
                                    

"Senja nih anterin ke mamanya Langit ya, bilangin itu buatan mama," ujar Devi sambil menyodorkan paper bag.

"Ih, mama bilang aku gak boleh keluar rumah" ucap Senja.

"Kan kamu udah sehat, ayo adaptasi lagi sama suasana luar rumah" jelas Devi.

"Kenapa sih pas Langit nengok Senja gak dikasih aja ke Langit? Kan Langit anaknya" Senja mulai protes.

"Ih, banyak ngelawan di suruh sama orangtua" ujar Devi lalu pergi dari hadapan Senja.

Sudah terhitung 9 hari Senja berada di dalam rumah karena keadaanya drop, mungkin karena capek sehabis keliling ke rumah tiap sodaranya sehingga makan terlambat, padahal Senja sudah sembuh dari sakitnya, Senja tak harus makan obat dan vitamin lagi. Tapi keadaanya malah seperti ini.

Dengan malas, Senja menjinjing paper bag berisi kue kering buatan Devi.

Senja keluar rumah lalu jalan ke rumah Langit, jarak rumah mereka tidak sampai 1 Kilometer sehingga Senja memutuskan jalan kaki saja sambil mendengarkan lagu dengan earphone yang terpasang di dua telinganya.

Senja mengetuk pintu rumah Langit, sambil mengusap keringat yang bercucuran di dahinya, cuaca panas membuat Senja berkeringat.

"Assalamualaikum tante." Senja mengetuk pintu rumah sambil mengucap salam.

"Waalaikumsalam" sahut Nina, "Eh ada Senja, sini nak masuk dulu."

"Tante, Karin mau minum ya." celetuk perempuan dari dalam dapur.

"Ada apa Senja?" tanya Nina.

"Ini tante, dari mama" jawab Senja.

"Duh kue kering rupanya, mama yang bikin?" tanya Nina.

Senja mengangguk dua kali. "Dibantu Senja juga sih sedikit."

"Langit cepetan dong" teriak Karin.

Tak lama Langit turun dari kamarnya yang berada di lantai atas. Memakai celana jeans, kaos hitam dan jaket jeans, datang dengan wajah mengantuk lalu kesadarannya seratus persen kembali setelah melihat Senja duduk di ruang tamu rumahnya

"Langit ih lama banget sih." Karin keluar dari dapur sambil menarik-narik tangan Langit.

Hati Senja mencelos, itu sakit. Senja mencoba menahan air mata yang ingin keluar, pipinya memanas, matanya juga buram dengan air mata yang berusaha dibendung

"Dia yang waktu itu" batin Senja, "itu pasti mantannya."

Langit menepiskan tangan Karin. "Lepas ih."

Bella menatap Senja dengan tatapan tidak suka, mendelik tajam kearah Senja lalu bertanya pada Langit. "Itu pacar kamu?"

Langit mengangguk. "Iya."

"Katanya kamu sukanya sama aku, kok kamu jadian sama dia sih?" tanya Karin.

Senja menghela napas berat, mencoba menenangkan hatinya.

"Aku kan pindah ke sini lagi demi kamu Langit" ucap Karin.

"Emm tante, Senja pulang dulu ya, soalnya ada yang harus dilakuin lagi." Senja beralibi.

"Eh Langit anter Senja dulu" ujar Nina dengan nada penuh keraguan.

"Gak usah tante, Senja jalan aja" ucap Senja.

"Panas tau" ujar Nina.

"Gak apa-apa, panas matahari doang kok" sindir Senja dengan halus.

Senja pamit sedikit berlari, berjalan menunduk terlihat terisak.

"Karin kok kelakuan kamu jelek gitu sih?" tanya Nina sinis, "Tante udah baik loh sama kamu."

"Tau nih Karin, Senja baru aja sembuh dari sakit, kalo dia sakit lagi gimana?" sentak Langit.

"Kamu kok jadi marah ke aku sih?" tanya Karin.

"Ya karena lo salah, harusnya lo sadar diri dong kalo lo gak pantes bilang gitu" ujar Langit.

"Aku cewek yang kamu suka sejak dulu" ujar Karin.

"Tapi sekarang lo harus sadar, lo cuma sebatas temen" sinis Langit lalu naik ke kamarnya dan menutup pintu secara keras.

Karin menangis terisak, duduk di meja makan menenggelamkan kepalanya, tak lama Langit turun dengan hanya memakai kaos tanpa jaketnya lagi. Mengambil kunci motor lalu berjalan cepat, berharap Senja belum sampai rumah.

Tapi hasilnya nihil, di jalanan tidak ada Senja. Sepertinya dia sudah sampai, Langit kalah cepat mengejarnya.

Senja berbelok menuju cafe yang sepi di lantai atasnya, Senja menikmati segelas matcha latte yang dia pesan. Memandang ke jendela kaca besar, melihat jalanan yang dilalui oleh banyak orang.

Senja menangis di sana, Senja menatap kosong apa yang berada di hadapan bangunan cafe ini. Sesekali Senja mengusap air matanya kasar lalu menangis lebih deras lagi.

"Katanya kamu sukanya sama aku, kok kamu jadian sama dia sih?"

"Aku pindah ke sini lagi demi kamu"

Kalimat-kalimat itu terdengar bersahutan, memenuhi pikiran, dan akhirnya Senja menghubungi Afifah

Senja: Fah, gue mau ke rumah lo ya.

Afifah: Ketauan banget kalo lo mau makan kue buatan gue.

Senja: Boleh?

Afifah: Dateng aja, kebetulan gue lagi sendirian di rumah.

Senja: Ok

Senja meneguk sisa matcha latte di gelasnya lalu pergi dari cafe tersebut ke rumah Afifah. Sudah siap untuk menangis di hapadapan Afifah dan Afifah bisa mendapatkan wajah Senja yang jelek.

Twilight SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang