21

18 5 0
                                    

Langit mencari keberadaan Senja, tetapi tidak juga ketemu. Langit memutuskan menelepon Senja, tetapi tak diangkat. Dan akhirnya menelepon Afifah.

"Ada apa?" tanya Afifah.

"Senja pulang bareng lo?" Langit bertanya balik.

"Lah? Kan lo ngajakin Senja pulang bareng" ujar Afifah.

"Gue udah nyari kemana-mana tapi gak ada" ucap Langit dengan nada putus asa.

"Tadi Senja nunggu di gerbang kok" ucap Afifah.

"Gak ada deh serius" ujar Langit.

"Lo emang ke mana?" tanya Afifah

"Guru telat keluar, jadi telat 15 menit, dan gak bisa pegang hp buat ngabarin" ujar Langit frustasi.

"Gue sama Senja nunggu hampir 10 menit kok, gak mungkin juga sih Senja pulang duluan" ucap Afifah.

"Ok, makasih infonya" ujar Langit lalu mematikan teleponnya.

Langit mengacak rambutnya bahkan sampai menjambak rambutnya sendiri, bagaimana bisa ia mengecewakan Senja. Padahal ia yang mengajaknya, ia yang memaksanya juga.

"Eh, liat Senja gak?" tanya Langit pada salah satu siswi yang sedang berdiri di depan gerbang.

"Emm, udah pulang tadi" ujarnya gak gugup.

"Sama siapa?" tanya Langit.

"Gak tau, pokoknya cowok" jawabnya

"Serius?" tanya Langit, ia mengangguk.

"Kok Senja gitu sih?" batin Langit, dan Langit pun pergi menuju parkiran motornya.

"Bagus, makasih ya, lo udah bantu kita-kita" ujar Any penuh kemenangan.

"Iya kak, sama-sama" ujar Lulu.

"Lo mau makan apa? Kita yang traktir" ujar Julia.

"Beneran kak?" tanya Lulu antusias.

"Iya, sebagai imbalan karena lo udah bantu kita" ujar Anya angkuh.

"Gue harap lo bisa gabung sama geng kita, kita sama-sama benci Senja kan?" ujar Julia dengan senyum smirk.

Di perjalanan pulang, Senja menangis tanpa suara, air matanya keluar begitu saja.

"Kenapa Langit bohong?" batinnya.

"Udah gue duga kan, pasti sebenernya Langit udah punya pacar, Langit cuma kasian sama gue" batinnya berteriak.

Senja kecewa, mengapa Senja bisa percaya begitu saja? Mengapa bisa menerima ajakannya begitu mudah.

Harusnya Senja mengerti, Senja tidak boleh menerima ajakan apapun, Langit sudah mempunyai kekasih, pasti saja perhatiannya lebih besar kepada kekasihnya dibanding pada Senja.

Ting! *suara notifikasi dari ponsel Senja.

Afifah: Senja, lo dimana?

Senja: Di perjalanan pulang, Fah ada apa ya?

Afifah: Loh? Pulang sama siapa?

Senja: Sama kak Fitri.

Affiah: Langit nyariin lo

Senja: Gak mungkin Fah, Langit kan udah pulang sama pacarnya.

Afifah: Enggak Senja, guru di kelas Langit keluarnya kelebihan 20 menit.

Senja: Tapi kata orang-orang Langit udah pulang sama perempuan.

Afifah: Jadi? Lo lebih percaya katanya dibanding nyatanya?

Senja: Gak tau, gue bingung, yang pasti gue kecewa.

Afifah: Kalo Langit ngejelasin atau apapun itu, dengerin ya! Gak semua katanya itu adalah nyatanya.

"Kenapa sih? Ada aja halangan disaat selangkah lebih deket sama Senja? Kenapa selalu dijauhin?" Langit bermonolog.

"Kok lo bisa-bisanya sih pulang bareng cowok lain, padahal udah jelas-jelas gue yang ngajak lo Senja" teriak Langit di kamarnya sambil membanting handphone nya ke kasur.

"Apa hati lo udah tertutup buat gue? Apa ini karma?" teriaknya frustasi sambil mengacak rambutnya.

Baru sadar, kalo berjuang sendiri itu gak enak. Dan sekarang dapet karmanya
- Langit

Twilight SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang