Jadi, kenapa kaca UKS bisa pecah?" tanya Bu Marica to the point.
"Saya salah lempar Bu" ucap Langit berbohong.
"Enggak Bu, sebenarnya saya yang salah" ucap Senja.
Langit menatapnya tajam, sungguh tatapan itu mampu menghipnotis siapapun yang memandangnya.
"Jadi siapa yang salah?" tanya Bu Marica sambil menatap Langit dan senja secara bergantian.
"Saya Bu" jawab Langit dan Senja bersamaan.
"Ibu tanya sekali lagi, siapa yang salah?!" ucap Bu Marica.
"Saya Bu" jawab Langit.
"Enggak Bu, ini salah kita berdua" jawab Senja.
"Kali ini Ibu gak akan ngasih hukuman berat, Ibu cuma minta kalian berdua ganti rugi kaca UKS itu aja!" ucap Bu Marica.
"HAH?!" ucap Senja sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Itu harus ngeluarin uang banyak, Please gue harus bilang apa ke kakak soal ini?" batin Senja sambil menggigit bibir bawahnya.
"Udah itu aja Bu?" tanya Langit.
"Iya, sekarang kalian berdua boleh istirahat lagi" jawab Bu Marica.
Langit dan Senja pun menyalimi tangan Bu Marica, lalu keluar dari ruang BK.
Senja berjalan dengan menatap lurus sambil memainkan jari jemarinya, memikirkan bagaimana cara menyampaikan masalah ini pada Fitri.
"Gue bilang lo ga harus ke ruang BK" ucap Langit yang pandangannya lurus ke depan.
"Tapi gue yang salah, gue kekencengan lemparin bola nya, dan sekarang gue sama sekali gak tau harus bilang apa ke kakak gue" pasrah Senja.
"Gue yang akan ganti rugi semua" jawab Langit dengan nada datar.
"Beneran?" tanya Senja antusias.
"Ya" jawab Langit singkat, lalu berbelok menaiki tangga, sementara Senja terus berjalan menuju kantin dengan perasaan yang campur aduk, antara senang dan terharu.
"Senja kemana aja sih? gue cariin juga dari tadi" tanya Afifah.
"Ke ruang BK" jawab Senja santai.
"Hah? Ruang BK? Lo abis ngapain?" tanya Afifah.
"Gue ga sengaja pecahin kaca UKS" jawab Senja.
"Terus lo dikasih hukuman apa?" tanya Afifah.
"Ganti rugi kaca yang pecah" jawab Senja.
"Itu kan mahal Senja, terus lo bilang ke kak Fitri kayak gimana? Kak Fitri pasti marah" kata Afifah yang memang sudah tau bagaimana sifat kak Fitri.
"Semuanya diganti Langit, mungkin dia orang kaya" jawab Senja.
"Kok tiba-tiba ke Langit sih? Emang mecahinnya berdua sama Langit?" tanya Afifah.
"Gue laper!" Seru Senja. "Jangan ajak gue ngobrol aja, gue pengen makan" sambung Senja.
"Oke, lo punya hutang penjelasan ya" ucap Afifah.
"Iya, entar di WA gue jelasin deh" ucap Senja, Afifah hanya mengangguk.
"Gimana tadi? Ngobrol gak sama Altezza?" tanya Senja.
"Sedikit, Altezza nya keburu pergi" jawab Afifah dengan nada sedih.
"Aaaaaaa, jangan sedih dong. Pasti ada waktunya lo bisa ngobrol tentang banyak hal sama Altezza, tapi gak sekarang" ucap Senja.
"Oke, masukannya kepake banget" ucap Afifah.
"Masukan yang mana sih yang gak kepake sama lo? Wkwk" tanya Senja.
"Lo kan emang sahabat yang terbaikkkk" jawab Afifah sambil mencubit pipi Senja gemas.
****
Tringgggg.....tringggg....
Bel pulang sekolah telah berbunyi, Langit sedang merapikan buku yang berada dimeja untuk dimasukan ke dalam tasnya.
"Bro, gue duluan" ucap Riko sambil menepuk pundak Langit.
"Ya" jawab Langit singkat.
Setelah selesai, Langit keluar kelas menuju parkiran motor.
Ting! *suara notifikasi dari ponsel Langit.
Mama: Langit langsung pulang!
Langit: Ya
Mama: Y
"Dihhh" umpat Langit kecil.
Langit menjalankan motornya agak lambat, karena jalanan masih dipenuhi murid SMA yang sering kali seenaknya berdiri di tengah jalan.
"Afifah, lo pulang sama siapa?" tanya Senja.
"Naik ojek" jawab Afifah.
"Lo pulang sama siapa?" tanya Afifah."Biasa, di jemput sama Kak Fitri lagi" jawab Senja.
"Baik banget sih kak Fitri" puji Afifah.
"Hah? Gak salah denger gue?" tanya Senja sambil cekikikan.
"Lah iya, kak Fitri bela-belain banget pulang kerja masih capek udah jemput lo" jawab Afifah.
"Iya, karena kak Fitri gak mau gue sampe kenapa-kenapa. Nanti mama marah sama kak Fitri" ucap Senja.
"Senja, gue duluan ya. Takut keburu abis ojeknya hehe, bye" ucap Afifah sambil melambaikan tangannya.
Saat Senja sedang menunggu kakaknya digerbang sekolah, Langit melewatinya menggunakan motor.
Senja tersenyum tipis, tapi Langit hanya menatapnya sinis, tanpa ada niatan membalas senyumannya itu.
"Senjaaa" panggil Fitri yang baru saja datang.
"Eh iya" sahut Senja yang baru saja tersadar akan kehadiran Fitri.
"Makan dulu ya, kakak gak beli bahan buat masak" ucap Fitri. Senja hanya mengangguk mengiyakan ajakan Fitri.
~Langit Point Of View~
"Mama besok datang ke sekolahnya Langit ya" ucap Langit saat baru sampai rumah.
"Kenapa? Kamu bikin masalah lagi?" tanya Nina
"Enggak sih, cuma mecahin jendela UKS aja" jawab Langit santai.
"Cuma kamu bilang?" tanya Nina yang kini sudah naik pitam.
"Gak sengaja, Langit usahain gak diulang lagi" ucap Langit sambil mengangkat tangan membentuk V dengan jari tengah dan telunjuk.
"Bener ya?" tanya Nina memastikan.
"Langit usahain, Langit ke kamar ya" jawab Langit.
"Kerjain PR nya bukannya malah main game! ucap Nina.
"Iyaaaaa" sahut Langit yang sedang menaiki tangga.
Keluarga Langit benar-benar memperhatikan perkembangan belajar Langit, dan Langit harus belajar sungguh-sungguh, karena akan malu jika sering baca tapi cuma sedikit wawasan.
Langit tidak sengaja kepikiran cewek aneh yang mau saja berurusan sama Bu Marica yang kalo marah sebelas dua belas sama seperti iblis, dan lebih anehnya lagi saat pulang sekolah dia tersenyum ke Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight Sky
Teen FictionKetika penulis jatuh cinta, tapi tidak sanggup mengungkapkan dia hanya bisa membuat pria itu menjadi tokoh utama dalam tulisannya. Aku akan membuat namamu melegenda seperti kisah-kisah kuno Yunani, ntah bagaimanapun caranya aku mampu. Jika kamu bers...