''Kenapa nyusulin kesini?'' tanya Sekar ketus.Lova dan Tania saling berpandangan mendengar nada suara Sekar, menurut mereka Sekar lancang sekali berkata seperti itu kepada atasannya. Muka Dimas berubah gelap, rahangnya mengeras dan matanya semakin tajam menatap ketiga gadis itu.
''Hi girls'' sapa Langit tersenyum ramah.
''Malam Pak Langit, Pak Dimas'' jawab Tania sementara Lova hanya mengangguk kecil.
''Sekar check your phone!'' teriak Dimas. ''Kita nggak bakalan nyusul kalau ponselmu aktif, gue telepon sejak sejam lalu''.
Sekar mengambil ponselnya di dalam tas punggungnya. ''Lowbat, ponsel gue mati dan nggak bawa power bank'' ujarnya santai.
''Ayo pulang'' titah Dimas.
''Ini juga udah mau pulang, ayo Pak Hendro, antar Lova ama Tania dulu'' ujar Sekar sambil melangkah mendekati mobil.
Lova dan Tania menjadi tidak enak hati, mencoba menahan Sekar dan menjelaskan mereka bisa pulang dengan taxi online. Mereka tidak ingin merepotkan lagian canggung melihat Dimas yang marah, ganteng sih tapi seram bikin merinding.
''Nggak usah Kar, gue ama Tania bisa pulang sendiri naik taxi online'' cicit Lova.
''No, come on girls. Nggak aman kalian cewek berdua naik taxi online, kami antar kalian pulang sampai rumah'' ucap Langit tegas.
Dengan berat hati akhirnya Lova dan Tania menuruti perintah Langit, Pak Hendro mengantar Tania karena rumahnya agak jauh, berlawanan arah dengan hotel dan Lova ikut di mobil Dimas bersama Langit dan Sekar. Lova sebenarnya ingin ikut dengan Tania tapi nyalinya jadi ciut setelah melihat muka seram Dimas.
Setelah berpamitan dengan Tania dan melihat mobil alphard hitam itu melaju meninggalkan mall, Sekar menarik tangan Lova dan masuk ke dalam mobil mercedez benz yang terparkir di belakang mobil alphard tadi. Dimas duduk di kursi pengemudi dan Langit di sampingnya, beberapa saat kemudian mobil itu beranjak menuju rumah Lova.
''Alamat rumahmu dimana Lova?'' tanya Langit tanpa menoleh ke belakang.
''Komplek Perum Cempaka Pak Langit'' sahut Lova.
Suasana di mobil menjadi hening, Langit yang sepertinya larut dengan pikirannya sendiri dan Dimas yang masih kesal tidak berniat untuk membuka percakapan sama sekali. Lova menjadi canggung, dia pun menyibukkan dirinya dengan memandangi interior mobil Dimas.
''Mimpi apa gue semalam, bisa naik mobil mewah 2 kali dalam semalam with a different brand'' pikir Lova.
Sekar meremas tangannya, dia merasa kesal akan sikap Dimas yang bersikap seperti itu di depan teman-teman barunya. Bahkan kakaknya Langit saja santai dan menerima alasannya tapi si muka datar itu malah marah dan mukanya tambah seram, Sekar mesti bersiap-siap mendengar omelan Dimas nanti setibanya di penthouse. Lova yang melihat Sekar meremas-remas tangannya seperti itu langsung memegang tangan Sekar untuk menghentikannya.
Sekar memandang Lova dan tersenyum, dia menggenggam tangan Lova. ''Thanks yah udah mau gue ajak keluar dan ngenalin gue ama Tania, i had fun tonight. Jangan kapok ya kalau gue ajak keluar lagi'' ucap Sekar lirih.
''Sama-sama, Whatsapp aja kalau lo lagi di Jakarta'' sahut Lova tersenyum menenangkan Sekar.
Sepanjang perjalanan mereka pun terdiam dengan tangan masih saling menggenggam dan tanpa mereka sadari 2 pasang mata memperhatikan 2 gadis itu dari spion depan.
''Rumah saya di ujung di sebelah lapangan bola, pintu gerbang cokelat Pak. Bapak bisa putar mobilnya disana'' ucap Lova ketika mobil Dimas sudah berbelok masuk ke dalam komplek perumahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Cinta
RomanceIkuti perjalanan Langit Bagaskara, seorang playboy insyaf mencari arti cinta di hidupnya dan perjuangannya untuk menyakinkan Lovariani Dewi, seorang gadis yang menyembunyikan lukanya di balik senyum cerianya.