Tepat jam 06:15 pagi motor Harley Davidson itu pun tiba di lobby hotel dan langsung menuju parkir vip khusus untuk para petinggi di hotel itu. Lova sebenarnya ingin turun di back area, pintu masuk khusus untuk para karyawan karena harus absensi finger print juga disana. Lova sudah berteriak tadi minta di turunkan di halte saja, di dekat hotel tapi tentu saja permintaanya di acuhkan Langit.
Lova bergegas turun ketika motor Langit sudah berhenti dan terparkir rapi lalu melepas helm dan hoodie kemudian memberikan kepada Langit setelah di lipat dengan rapi. Langit lantas menyimpan helm dan hoodie itu bersama helm yang di kenakannya di dalam bagasi motornya.
''Ayo'' ajak Langit.
''Ke-kemana Pak?'' tanya Lova terkejut.
''Ke gym lah, kemana lagi?'' sahut Langit geli.
''Bapak duluan saja, saya harus finger print dulu dan ke loker buat ganti seragam'' ujar Lova sambil menunduk malu.
''Oke, jangan lama-lama. I am waiting at the gym''.
Lova mengangguk lalu bergegas memutar menuju ke belakang area hotel untuk finger print dan ke laundry mengambil seragam kerja yang bersih lalu mengganti pakaiannya di loker room untuk karyawan. Langit menatap kepergian Lova sampai gadis itu menghilang di balik tembok kemudian beranjak menuju ke lobby.
Lova sudah siap di dalam gym, sebenarnya masih sisa waktu 30 menit sebelum shiftnya di mulai dan biasanya dia akan ke kantin sebentar untuk minum teh atau membeli gorengan untuk sekedar mengganjal perut. Lova tidak pernah sarapan, dia tidak bisa mengisi perutnya terlalu pagi karena itu dia lebih suka minum teh dan sekedar ngemil di kantin sebelum memulai shift paginya.
Tapi mengingat si pemilik hotel ada disini, akhirnya Lova mengurungkan kebiasaannya itu dan kalau nanti kelaparan dia bisa makan siang lebih awal setelah Andin tiba. Untungnya di pantry masih ada sekotak teh celup mungkin milik Andin dan Lova memutuskan untuk menyeduhnya, yah lumayanlah walaupun nggak ada cemilan yang menemani.
Lova kemudian menyalakan komputer dan membersihkan meja reception lalu me-refill cold towel di towel cabbie seperti biasa. Ketika mengecek ke dalam gym keadaan disana masih kosong, berarti Langit belum sampai ke gym pikirnya. Cuma ada Hesti dan Nia seperti biasa yang memang bertugas membersihkan gym minggu ini.
''This is for you."
Tiba-tiba Langit sudah berdiri di depannya sambil meletakkan sebuah paper bag di atas counter meja reception.
Lova yang sedang menggulung cold towel terkejut dan menatap wajah Langit yang kini sudah melepas jaket kulitnya tapi kaca mata hitam masih setia menghiasi muka tampannya.
''Ckk ... suka bengong nih anak, itu pastry buat sarapan.''
Langit berdecak melihat Lova yang bengong bagai sapi ompong, walaupun Langit tidak pernah melihat bentukan sapi yang ompong.
''Ah ti-tidak Pak, saya sudah sarapan'' kilah Lova berbohong.
Langit menatap tajam mata Lova dan tahu kalau gadis di depannya itu berbohong.
''Saya tahu kamu bohong Love, saya juga belum sarapan jadi saya minta kamu untuk menemani saya. Jangan menolak ini perintah'' ujar Langit tegas lalu mengambil kembali paper bag itu dan duduk di sofa di depan meja reception.
''Love can you make me coffee please? Saya lupa tadi pesan di restoran dan bawa teh kamu kesini'' ucap Langit santai sambil membuka isi paper bag itu dan meletakkan sebuah kotak plastik mika berisi berbagai pastry di atas meja lengkap dengan mentega dan berbagai macam selai serta 2 pasang pisau dan garpu plastik.
Lova hanya bisa menghela napas pasrah, walaupun shiftnya masih di mulai 15 menit lagi tapi tetap saja ini melanggar peraturan yang tertera di Employee hand book. Namun Lova bisa apa kalau owner hotel sudah memberi perintah, dia mah apa atuh cuma remahan rengginang di kotak biskuit khong guan. ''Bapak mau black coffee atau white coffee?'' tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Cinta
RomanceIkuti perjalanan Langit Bagaskara, seorang playboy insyaf mencari arti cinta di hidupnya dan perjuangannya untuk menyakinkan Lovariani Dewi, seorang gadis yang menyembunyikan lukanya di balik senyum cerianya.