Part 24 Rencana Grandpa Skylar

362 33 10
                                    

Langit termenung sendiri di bale bengong, tempat favorite papanya di rumah keluarga mereka di Bogor. Setelah makan siang dia memutuskan untuk menyendiri disini sambil membawa secangkir kopi. Langit sedang pusing memikirkan jalan keluar untuk hidupnya saat ini. Di dalam rumah terlalu ramai, membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Aunty Constella tiba dari Jerman semalam bersama Mark suaminya dan Michael, anak semata wayang tantenya yang baru berumur 5 tahun. Papa, Mama, Grandpa, Sekar dan Dimas sedang bercakap-cakap di ruang keluarga. Sesekali terdengar suara pekikan nyaring Michael yang kegelian di gelitik Sekar dan Dimas.

Di saat gundah seperti ini, Langit ingin sekali merokok, menghisap batang nikotin itu untuk menenangkan galau di hatinya sementara. Tapi hal itu mustahil karena saat ini dia sedang berada di kediaman orang tuanya namun bukan itu yang menahan keinginannya untuk merokok. Tapi janji yang dia ucapkan kepada grandma Lintang 10 tahun yang lalu sebelum dia meninggal untuk mengurangi rokok dan alkohol. Langit kemudian berhenti total dari rokok, alkohol bahkan dunia malam sejak grandpa kena serangan jantung dan juga sejak Sekar tinggal bersamanya 2 tahun lalu. Langit duduk bersila di atas tikar pandan dan menyandarkan punggungnya di salah satu pilar bale bengong itu. Pikirannya menerawang mengingat 2 hari yang lalu ketika mereka selesai makan nasi padang dan Langit di tugaskan untuk mengantar Lova pulang oleh grandpa, tentu saja Lova tidak bisa menolak permintaan sesepuh Bagaskara itu.

"Love, kamu mau kemana lagi?" tanya Langit lembut sambil mengemudikan mobil porsche barunya. Sesekali di liriknya gadis gempal itu dari kaca spion.

"Saya mau pulang Pak Langit" sahut Lova dengan nada datar yang menyibukkan diri memandangi mobil-mobil melintas dari balik kaca jendela mobil, enggan memandang Langit yang duduk di sampingnya.

"Kenapa memanggil aku seperti itu lagi? Kenapa tidak memanggil Mas seperti waktu di lobby hotel?"

Lova melirik Langit sekilas dengan sinis lalu kembali mandangi jalanan. Langit yang melihat dari kaca spion cuma tersenyum kecil melihatnya, entah mengapa Lova terlihat cute sekali malam ini.

"itu cuma pure akting Pak Langit, untuk membalas Tya yang sudah menghina saya. Tolong ya lain kali ajarkan pacar anda itu tata krama terutama kepada orang yang lebih tua."

"Love! Sudah berapa kali aku bilang, dia bukan cewek aku. Aku bisa tunjukkan rekaman security camera pak Hendro sama kamu kalau aku di Bali nggak ngapa-ngapain sama dia. It's only for work dan Pak Hendro 24 jam sama aku, tidur aja kita sekamar" cerocos Langit kesal.

Lova menatap Langit terkejut mendengar ucapan terakhir Langit.

"Maksudku kita sekamar tapi Pak Hendro tidur di ruang tamu, nggak bareng sama aku" koreksi Langit salah tingkah.

Lova tersenyum melihat tingkah Langit yang salting, mukanya yang memerah malah terlihat menawan di matanya. Lova segera membuang wajahnya kembali Ke arah jendela namun Langit sudah melihat senyum yang terbit di bibir Lova, membuatnya merasa senang karena sudah berhasil membuat Lova tersenyum. Terbersit keinginan agar dirinya selalu menjadi alasan Lova tersenyum dan membuatnya bahagia.

"It doesn't matter, nggak ada gunanya buat saya. Anda mau tidur dengan siapa juga bukan urusan saya."

"Bakal jadi urusan kamu lah Love, kan kamu yang bakal tidur dengan aku setelah kita nikah nanti."

"Yang bilang saya setuju menikah dengan anda itu siapa?"

Mobil Porsche itu berhenti tepat di lampu merah, Langit sontak terdiam mendengar  ucapan Lova, pupus sudah harapannya agar bisa menikahi Lova. Kenapa hatinya menjadi sedih dan marah membayangkan kalau Lova akan menjadi milik lelaki lain suatu saat kelak? Bukankah dia ingin menikahi Lova cuma demi ambisinya semata karena gadis itu sudah berani menolaknya? Ada apa ini? Masa dia jatuh cinta dengan Lova? Apa benar kata Dimas kalau karma akan menghukumnya dan membuatnya bucin nantinya? Beribu pertanyaan berkecamuk di benak Langit, membuatnya tidak melihat rambu lampu lalu lintas yang sudah berwarna hijau. Bunyi klakson mobil di belakang mengejutkannya dan dengan segera Langit melajukan mobilnya ke arah rumah Lova.

Langit CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang