Part 19 Forgive But Not Forget

346 40 10
                                    

Lova duduk di atas tempat tidur dengan lesu, kedua kakinya di tekuk dan Lova memeluk lututnya. Pandangan matanya kosong, mata hitam dan bulat yang dulu berbinar sekarang tampak redup. Tidak ada lagi senyum indah menghiasi bibirnya dan kedua lesung pipinya seolah ikut menghilang. Hari ini adalah hari wisudanya, tapi Lova tidak bersemangat menghadirinya. Di pandanginya kain dan kebaya yang tergantung di lemari, seharusnya dia sekarang berada di salon untuk make up dan menyanggul rambutnya seperti teman-temannya yang lain. Seminggu sudah sejak kejadian malam itu berlalu, Lova seperti anak kost di rumah ini. Pergi pagi ketika penghuni rumah masih terlelap dan pulang malam ketika mereka sudah tertidur.

Beberapa kali Riani dan Sofia mencoba berbicara dengan Lova, tapi Lova menghindarinya. Jujur hatinya masih sakit mengingat perlakuan Riani dan Sofia akhir-akhir ini terlebih dengan ucapan Riani saat malam itu. Arya sudah berusaha untuk mendamaikan mereka tapi dia memaklumi perasaan Lova dan menyuruh Riani untuk membiarkannya sendiri dulu. Sudah seminggu ini pula Lova tidak pernah makan di rumah, hanya di hotel dan itu pun jarang. Berat badannya semakin menyusut membuat Tania, Ryan, Andin dan Roland sangat mengkhawatirkan Lova. Begitu pula dengan Hesti dan Nia tapi Lova selalu mengatakan kepada mereka Kalau dia baik-baik saja. Setiap malam Sekar yang sedang berada di Bali selalu menelepon Lova dan berusaha mencari tahu apa yang terjadi tapi Lova tak pernah mau mengatakan apa pun. Lova sudah memblokir nomor Langit. Akhirnya dia memberanikan diri untuk memblokirnya karena dirinya merasa terganggu dengan puluhan miss call dan pesan dari Langit. Mungkin ini yang namanya berhasil move on tapi Lova sudah tidak peduli lagi dengan Lee Min Ho KW itu.

Tok ... tok ... tok

"Lova boleh bapak masuk?" tanya Arya dari balik pintu Setelah mengetuknya. "Bapak bawa kejutan buat kamu" sambungnya.

"Masuk aja Pak, nggak di kunci kok" sahut Lova.

Ceklek!

Daun pintu terbuka dan menyembul sebuah kepala membuat Lova sontak berteriak kaget.

"Kak Jovannnnnnnnn!!!"

Lova bangkit dan menerjang tubuh kakaknya. Pria jangkung itu hampir terjengkang kebelakang Kalau tidak di tahan oleh Irà dan Arya. Lova kembali menangis tersedu-sedu dalam pelukan kakaknya.

"Lova" ucap Jovan lirih memeluk erat adiknya.

Ira ikut menangis melihat adik iparnya sementara sepasang anak kecil berusia 5 tahun hanya menatap mereka tidak mengerti. Arya menepuk pundak Jovan, anak sulungnya itu lalu melepaskan pelukannya kemudian Lova beralih memeluk Ira dan mencium si kembar Divan dan Diva.

"Divan sama Diva ikut kakek yuk, nenek tadi beli bubur ayam enak di pasar" ajak Arya ke cucu-cucunya.

"Ayo kek" seru kedua bocah itu kegirangan sambil menarik tangan Arya keluar dari kamar Lova.

Ira mendudukkan Lova di kursi, suaminya duduk di tepi tempat tidur Lova dan Ira ikut duduk di sampingnya.

"Kakak kapan datang?" tanya Lova menyeka pipinya yang di aliri air mata dengan tisu.

"Baru saja, Kan mau lihat adik cantik ini wisuda" sahut Jovan.

"Kenapa belum siap Lova? Udah jam segini belum Ke salon?" tanya Ira.

"Lova mutusin nggak ikutan wisuda kak" ucap Lova lirih.

Jovan dan Ira saling berpandangan. Mereka sudah tahu apa yang terjadi karena Arya sudah menceritakan semuanya. Jovan baru bisa datang karena sekolah baru mendapat libur setelah ujian.

"Nanti nyesel lho nggak ikut wisuda. Udah capek-capek kuliah 4 tahun, buat skripshit eh sekarang mau wisuda malah nggak mau."

Lova tersenyum mendengar plesetan skripsi dari kakaknya itu. "Nggak mood Kak" rengek Lova manja.

Langit CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang