Part 32 Make You Feel My Love

299 36 15
                                    

"Makanan yang enak di sini apa Love?" tanya Langit memecah keheningan.

Ditatapnya gadis berperawakan subur di sampingnya yang diam saja dari tadi. Mereka sekarang sudah berada di dalam mobil, senja berganti menjadi petang dan jalanan mulai ramai. Malam minggu seperti ini biasanya sering di gunakan untuk menghabiskan waktu di luar bersama keluarga atau para anak muda yang ngapel bersama pacar dan nongkrong bareng.

"Bapak mau makan apa? Banyak restoran disini kok, nggak kalah sama Jakarta."

"Nggak ah, aku mau kulineran makanan tradisional. Ke Malioboro aja ya atau kemana gitu?" tanya Langit.

"Emang bapak mau makan di warung kecil? Atau di angkringan?" Lova balik bertanya.

"Kenapa tidak?"

"Baiklah Kalau begitu tapi nanti sakit perut jangan salahkan saya" ujar Lova. "Perut bapak tidak terbiasa dengan makanan orang kampung seperti saya."

Langit tidak membalas ucapan Lova, diam-diam dia mendesah kecewa. Sejelek itukah image dirinya di mata Lova? Dia akui perbuatannya dulu menyakiti gadis itu, tapi dia juga bukan orang jahat. Dia tidak pernah mempermasalahkan status atau latar belakang seseorang, keluarganya selalu mengajarkan untuk hidup sederhana. Bahkan dirinya dan Dimas lebih suka makan di warteg Ketimbang di restoran.

Lova merasa canggung karena diamnya Langit. Apa ucapannya tadi keterlaluan? Ah tidak juga. Kalau dia tersinggung biar saja, lebay banget deh. Dasar orang kaya baperan.

"Kenapa macet sekali di depan?" tanya Langit.

"Di depan ada pasar malam pak, bulan ini bertepatan dengan pasar malam sekaten" jawab pak sopir.

"Pasar malam sekaten?"

"Iya pak, di Yogya ada ritual Sekaten bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad, yang di adakan oleh keraton Surakarta dan keraton Yogyakarta. Puncaknya adalah dengan perayaan gerebeg maulud, sebagai bentuk syukur pihak istana dengan mengeluarkan gunungan untuk diperebutkan masyarakat."

"Pasar malamnya ada tiap malam gitu pak? Terus ada apa di sana?" tanya Lova mulai tertarik.

Dia belum tahu tentang ritual Sekaten ini walaupun sudah 2 bulan di Yogya dan seumur hidupnya belum pernah Ke pasar malam. Langit tersenyum melihat Lova yang antusias.

"Pasar malam ini disebut juga sekatenan bu, biasanya berlangsung sampai 40 hari. Ada ratusan stand kuliner khas Yogyakarta, wahana permainan dan ada konser musik juga."

"Ok. Antar kami kesana" perintah Langit.

Mobil hitam itu tiba di parkiran tempat pasar malam berada di area yang dulunya sebuah kampus itu. Suasana sangat ramai. Berbagai macam stand makanan tradisional dan modern berjejer rapi, ada juga stand yang berisi kerajinan tangan bahkan kain batik.

Berbagai macam wahana permainan tampak berdiri megah di dalam. Melihatnya Lova menjadi bersemangat, dengan tak sabar gadis berpipi tembem itu turun dari mobil di ikuti oleh Langit.

Lova bergegas Ke sebuah stand sate lalu memesan 1 porsi yang dengan sigap di siapkan oleh si penjual. Langit menatap Lova yang sibuk memilih sate untuk di panggang, sambil bercanda membantu tukang sate mengipasinya. Beberapa saat kemudian tampak Lova membawa sate yang masih mengepul dalam bungkusan daun pisang.

"Bapak katanya mau coba makanan tradisional kan? Nih coba pak" ujar Lova sembari menyodorkan sate itu kehadapan Langit.

"Sate apa ini?" tanya Langit penasaran.

"Namanya sate kere atau sate gajih, terbuat dari lemak sapi" jawab Lova yang sudah asik mengunyah setusuk sate.

Langit mengambil setusuk sate dan menggigitnya, daging yang empuk berbalur bumbu itu terasa nikmat di lidahnya.

Langit CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang