Lova harus kembali menelan kesedihannya malam ini, walau hati terasa sakit dan air mata hendak keluar merembes tapi Lova berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. Omelan dari Ibunya di timpali sindiran dari Sofia kembali terdengar sementara sang Bapak hanya duduk diam membisu.
"Ngapain sih pake kuliah segala, buang-buang duit tahu nggak! Setelah tamat juga nanti berakhir di dapur. Seharusnya kamu itu sekarang berusaha gimana supaya cepat dapat suami. Umur udah segitu, mau jadi perawan tua?"
"Aku kuliah juga pake uangku sendiri, jadi nggak buang-buang duit Ibu" ucap Lova pelan.
Ucapan Lova itu rupanya di dengar oleh Ibunya yang mengomel di dapur sementara Lova tengah duduk di ruang tamu bersama Bapak dan Sofia. Tampaknya kuping emak-emak memang di anugrahi pendengaran super, buktinya Ibunya yang berada di dapur saja bisa mendengar ucapan pelan Lova.
"Anak masih kemarin sore sudah sombong, baru bisa menghasilkan duit segitu terus sekarang sudah berani melawan orang tua?" teriak Riani dari arah dapur.
"Ibu, jangan teriak-teriak. Sudah malam malu sama tetangga" ucap Arya.
"Kasi tahu tuh Lova, anak kesayangan Bapak. Sekarang sudah gede berani melawan orang tua. Tahu begitu dulu waktu lahir aku tingkepin."
"Ibu sudah keterlaluan" geram Arya.
Lova menangis, air matanya jatuh tak terbendung mendengar ucapan ibunya. Dirinya juga tidak minta di lahirkan ke dunia. Sofia melangkah Ke dapur menghampiri ibunya.
"Ibu sudah dong, jangan marah-marah terus. Lagian Ibu mau kak Lova nikah? Emang ada yang mau? Bulan-bulan kemarin aja sering di antar-jemput ama cowok cakep, kirain pacaran eh ternyata cuma jadi kacung bosnya" ucap Sofia sembari tertawa.
"Ada Pak Topan tuh lagi nyari istri ke 4, kemarin dia ada ngomong sama Ibu nanya-nanya Lova. Lumayanlah kalau dapat mantu juragan beras di pasar" sahut Riani.
Lova semakin terisak mendengar ucapan Ibu dan adiknya itu. Pak Topan seumuran bahkan lebih tua beberapa tahun dari Bapaknya, setega itukah Ibunya mau menikahkan anaknya sendiri dengan lelaki tua menjadi istri ke 4 pula? Arya bangkit dari duduknya lalu menghampiri putri tengahnya itu dan mengelus punggungnya.
"Udah, jangan di dengar omongan ngelantur Ibu dan adikmu."
Lova mengangguk dan memeluk erat Bapaknya. Cuma Bapak dan Kak Jovan yang membuatnya bertahan selama ini. Entah dari kapan Ibu dan adiknya berubah sikap seperti ini kepadanya. Dulu ketika tante dan sepupunya menghinanya, Ibu dan Sofia selalu pasang badan untuknya. Tapi sekarang mereka berubah, apa karena terpengaruh oleh omongan mereka? Lova melepaskan pelukannya kemudian menyeka air matanya.
"Lova baik-baik saja kok Pak, nggak usah khawatir. Sudah biasa mah dengerin omelan Ibu."
Arya tersenyum tipis lalu mengusap kepala putrinya itu. Tiba-tiba terdengar suara pintu di ketuk.
"Assalamualaikum"
"Itu pasti Iqbal Pak, Lova pamit ngamen dulu ya" ujar Lova seraya mencium tangan sang Bapak.
Tiba-tiba dari arah dapur muncul Sofia berlari-lari kecil membuka pintu ruang tamu di susul oleh Riani di belakangnya. Lova dan Arya berjalan perlahan menuju ke pintu ruang tamu.
"Walaikumsalam. Eh ada Kak Iqbal, mari Kak mampir dulu minum teh apa kopi" ujar Sofia dengan mata berbinar menatap ke arah Iqbal.
"Malam Sofia cantik, malam tante. Maaf banget nih nggak bisa mampir, karena mesti jalan sekarang menghindari macet" jawab Iqbal ramah sambil tersenyum Ke arah Sofia dan Ibunya.
"Ibu, Lova pergi dulu" ujar Lova meraih tangan ibunya dan menciumnya.
Riani hanya berdehem, tidak menyauti ucapan Lova. Tangannya memeluk bahu Sofia yang berdiri di sampingnya. "Sekali-kali ajak juga dong Sofia keluar" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Cinta
RomanceIkuti perjalanan Langit Bagaskara, seorang playboy insyaf mencari arti cinta di hidupnya dan perjuangannya untuk menyakinkan Lovariani Dewi, seorang gadis yang menyembunyikan lukanya di balik senyum cerianya.