Mereka duduk di sofa rotan, di kelilingi bantal dan sebuah meja yang di hiasi lilin elektrik di depannya. Langit memesan makanan untuk mereka berdua walaupun Lova sudah menolaknya. Yah seperti biasa Langit tidak mau di bantah dan Lova terpaksa menurutinya. Mereka menikmati makan malam sambil memandang sunset, cakrawala yang berubah warna menjadi jingga dan matahari perlahan turun menambah romantis suasana makan malam mereka.
"Bebek betutunya enak Love?" tanya Langit.
"Enak Pak eh Kak" sahut Lova salah tingkah.
"Nih cobain sate lilitnya" ujar Langit seraya meletakkan satu sate di piring Lova.
"Terima kasih kak" ujar Lova.
Mereka berdua makan dengan tenang, sesekali Langit melirik gadis yang duduk di sebelahnya ini melahap makanannya dengan santai. Tidak jaim sama sekali, beda dengan wanita yang dia ajak kencan selama ini. Mereka hanya akan memakan salad dan menolak makanan yang berat, terkadang membuat Langit kesal karena dia juga harus menahan hasrat untuk makan banyak demi menjaga perasaan wanita yang di ajaknya kencan saat itu. Tapi dengan Lova, Langit merasa bebas bisa memakan apapun yang dia mau dan sangat menikmatinya. Dari kecil Langit termasuk susah untuk makan, karena itu seharian tanpa makanan tidak masalah baginya tapi jika dengan Lova sepertinya nafsu makannya justru bertambah.
"Love kamu mau es krim?" tanya Langit ketika mereka sudah usai makan.
Lova menoleh Ke arah Langit dan mengangguk dengan bersemangat, es krim adalah kelemahannya. Langit tersenyum lembut dan mengacak rambut Lova kemudian memanggil pelayan. Waiter yang tadi membawakan kelapa muda kembali datang melayani mereka. Lova tersenyum, merasa tidak enak hati mengingat perlakuan Langit pada lelaki itu.
"Selamat malam, mau memesan lagi?" tanya waiter itu tapi matanya lekat menatap Lova.
Langit mendengus kesal, hatinya panas melihat ada cowok lain yang menaruh perhatian kepada Lova.
"Satu nutty sundae dan chocolate heaven untuk TUNANGAN saya, terimakasih" ujar Langit dengan ketus dan menekankan kata tunangan lebih jelas kepada waiter itu.
Waiter itu mencatat pesanan Langit. "Nutty sunday dan chocolate heaven masing-masing 1, itu saja Pak?" tanyanya sopan.
"Sementara itu saja Kak, terima kasih" sahut Lova seraya tersenyum manis.
Waiter itu kembali terpana menatap Lova, Langit berdehem keras dan membuat waiter itu terkejut. Dengan muka merah padam waiter tersebut mengangguk kemudian pergi Ke arah dapur.
"Senang ya di tatap sama laki-laki itu" sindir Langit.
"Emang kenapa Kak? salah ya? Kan dia punya mata masa nggak bisa natap? Lagian yang salah itu kakak, udah 3x dari tadi nyebut TUNANGAN SAYA. Maksudnya apa ya?" balas Lova menyindir Langit.
"Kamu tidak suka?"
"Tentu saja tidak Kak, hubungan kita cuma sebatas saya sebagai karyawan di hotel milik Kak Langit. Saya tidak mau orang lain menjadi salah paham ketika mendengarnya."
"Oh begitu, kamu tidak ingin waiter tadi salah paham kan? Ok fine! Kalau dia balik akan aku tegaskan that you are single and available" tukas Langit kesal.
"Makasih Kak" sahut Lova santai.
Langit bertambah kesal mendengar jawaban Lova. "Other girl will be so happy when I call them my fiancée" sungutnya.
Seorang pelayan wanita datang membawakan pesanan es krim mereka, membuat Langit merasa lega. Entah kenapa dia tidak suka jika waiter itu tahu kalau Lova bukan tunangannya.
"Tidak semudah itu Ferguso" celetuk Lova.
"Apa? Siapa ferguso?"
"Bukan siapa-siapa Kak, yuk makan es krimnya" ujar Lova cepat seraya mengulum senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Cinta
RomanceIkuti perjalanan Langit Bagaskara, seorang playboy insyaf mencari arti cinta di hidupnya dan perjuangannya untuk menyakinkan Lovariani Dewi, seorang gadis yang menyembunyikan lukanya di balik senyum cerianya.