Part 14 Kencan

293 37 9
                                    

''P-Pak Langit'' ucap Widya terbata-bata.

''Apa yang kalian lakukan disini?'' tanya Langit sembari mengeluarkan jurus senyum charmingnya tapi tersirat aura dingin mencekam di balik senyum yang menghiasi wajah tampan itu.

Vivi menunduk, wajahnya masih pias karena shock. Perlahan kepalan tangannya pun turun lunglai di kedua sisinya begitu pun dengan Widya, mereka tidak menyangka Langit akan memergoki mereka ketika tengah bersiap untuk melancarkan pukulan ke Hesti dan Nia.

''Well ... I am waiting'' ucap Langit tegas. ''Bisa jelaskan kenapa kalian mau memukul teman kalian yang notabene sesama karyawan di hotel saya?'' lanjutnya sambil memandang tajam kedua gadis itu.

''Ti-tidak Pak, semua cuma salah paham. Kami tidak ada maksud untuk memukul mereka berdua'' cicit Widya.

''Oh ... jadi maksud kalian mata saya buta?''

Suara Langit mulai meninggi membuat Vivi dan Widya menunduk ketakutan. ''Ok kalau kalian meragukan penglihatan saya, tapi cctv disini bisa menjadi bukti bukan?''

Hesti dan Nia saling berpandangan, Langit yang tampan, selalu murah senyum dan ramah ternyata menakutkan kalau sedang marah. Mereka kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa dan satu pertanyaan memenuhi benak mereka, kenapa Langit masuk lewat staff entrance tidak langsung ke lobby seperti biasa karena di depan Lobby tersedia special parking lot untuknya dan general manager hotel.

''Lova bisa jelaskan apa yang terjadi?'' ujar Langit.

Lova sontak terkejut dan membulatkan matanya mendengar pertanyaan Langit yang di tujukan padanya.

''Eh i-itu ... ''

Lova bingung mesti menjawab apa. Langit menatap lekat wajah Lova, dia menjadi gemas sendiri melihat mata bulat Lova yang secara tidak sadar menggigit bibirnya ketika mendengar Langit bertanya kepadanya.

 Langit menatap lekat wajah Lova, dia menjadi gemas sendiri melihat mata bulat Lova yang secara tidak sadar menggigit bibirnya ketika mendengar Langit bertanya kepadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit kemudian menatap ke arah Hesti dan Nia. "Kalian juga tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi?''

Nia menatap Hesti kemudian pandangannya beralih ke Langit. ''Saya bisa Pak" ujarnya dengan tegas.

Nia kemudian bercerita dengan menggebu-gebu dari awal mula kedua gadis cantik itu menghina Lova terutama di bagian tukang ojek. Mojang Bandung itu masih tidak terima dengan ucapan Widya yang memandang rendah profesi yang di tekuni adiknya selepas jam kuliah. Hesti yang semula diam saja dan ketakutan ikut membantu bercerita menguatkan kesaksian Nia. Lova cuma terdiam menatap mereka bertiga, otaknya sudah tidak fokus lagi ketika menatap Langit.

"Kalian berdua mendengar apa yang di katakan Nia dan Hesti?" tanya Langit mengarah Ke Widya dan Vivi, suara bariton yang dalam dan tegas itu berhasil membuyarkan lamunan Lova.

"De-dengar Pak" sahut kedua gadis cantik itu serentak.

"Baiklah, sebaiknya kalian pulang sekarang. Saya sudah merekam kejadian ini dengan ponsel saya dan akan saya kirim langsung Ke HRD manager dan head of security. Mereka akan memanggil kalian besok pagi."

Langit CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang