Part 29 Cemburu

350 40 14
                                    

Lova menghempaskan tubuh besarnya Ke atas kasur, dia lelah sekali. Mereka baru saja tiba di rumah Jovan di Yogyakarta dan Jovan memaksa mereka untuk menginap sehari disana. Arya pun setuju dan memutuskan untuk Ke rumah mereka besok saja karena dia juga kangen dengan cucunya si kembar Diva dan Devan. Rumah yang di beli Arya terletak di sebuah desa dan tidak begitu jauh dengan rumah Jovan yang masih berada di kawasan kota yogyakarta, cuma 30 menit jarak tempuh dengan mobil ataupun sepeda motor. Perjalanan mereka dari Jakarta Ke Yogyakarta cukup aman dan menyenangkan hanya saja hati Lova sedikit terluka ketika melihat Sofia yang menangis meraung-raung di stasiun dan menjadi tontonan para calon penumpang ketika kereta api yang mereka tumpangi pergi.

Arya dan Lova sudah melarangnya untuk ikut mengantar tapi gadis itu sungguh keras kepala. Untungnya Iqbal yang ikut mengantar mereka berhasil menenangkan Sofia dan mengajaknya pulang kembali Ke rumah setelah kereta api yang di tumpangi Arya dan Lova berlalu meninggalkan Jakarta. Riani tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali sejak semalam, padahal Lova ingin mengucapkan terima kasih karena sudah mau mengadopsi dan merawatnya. Riani lah yang berinisiatif untuk mengangkatnya menjadi anak ketika dokter memvonisnya mandul, tapi dia juga yang akhirnya membencinya setelah berhasil mengandung dan melahirkan Sofia. Selain itu Lova juga berniat untuk minta maaf karena tidak bisa menjadi anak yang bisa dia banggakan. Tapi itu semua harus di telannya karena sepertinya Riani tidak ingin melihat Arya dan Lova lagi.

"Bude ... bude Lova ... bangun."

Suara Diva membangunkan Lova dari tidurnya, keponakannya itu mengguncang badannya dengan tangan mungilnya. Sejak kapan pula dia di panggil bude?

"Iya, udah bangun kok. Diva kenapa panggil bude?" tanya Lova sembari bangkit dari tidurnya.

"Kan kata teman Diva, saudara perempuan dari ayah itu di panggil bude. Kalau yang laki-laki di panggil pakde."

"Sama saja kan dengan panggilan tante" sahut Lova.

"Bude lebih bagus, kata Bunda melestarikan kebudayaan Indonesia. Ayo bude, udah waktunya sholat dzuhur" ucap Diva lagi sambil melenggang pergi.

"DNA Kak Jovan sama Kak Ira joss gandos, si kembar pintarnya nggak ketulungan" gumam Lova.

Lova kemudian bergegas mengambil wudhu dan mengenakan mukenanya lalu menuju Ke teras samping. Jovan menyulap teras itu menjadi sebuah mushola kecil tempat mereka sholat dan si kembar belajar mengaji. Tampak Arya dan Devan sudah siap di depan, Ira dan Diva berada di belakang berdiri dengan khusuk menatap Jovan yang bertindak sebagai imam. Lova bergegas berdiri di sebelah Ira, sajadah sudah tergelar rapi di siapkan oleh kakak iparnya itu dan mereka pun melaksanakan ibadah sholat dengan khusyuk di lanjutkan dengan makan siang bersama.

"Masakan Ira masih seenak dulu ya" puji Arya.

"Masih inget ya pak? Di sogok serantang makanan tiap hari demi bisa melihat Kak Jovan?" ledek Lova yang baru selesai mencuci piring kotor di dapur.

Ira yang sedang membuat kopi untuk mertua dan suaminya tersenyum malu. Dulu memang dia yang getol menggunakan berbagai macam cara agar bisa berkenalan dengan Jovan, si tetangga tampan tapi lempeng kaya kulkas 10 pintu. Dan ternyata memasak makanan dengan menu berbeda untuk Arya si calon bapak mertua setiap hari membuahkan hasil. Arya lah yang selalu memuji-muji nama Ira sehingga membuat Jovan tertarik ingin mengenal sosok cewek yang berhasil mengambil hati bapaknya. Sekarang dia sudah menikmati hasilnya dengan pernikahan yang adem ayem di lengkapi kehadiran si kembar Diva dan Devan. Arya terkekeh mendengar ledekan putrinya itu.

"Kalau nggak gitu, Bapak nggak bakal punya mantu perempuan kesayangan kan?" ujar Ira jumawa sembari meletakkan secangkir kopi di hadapan Arya dan Jovan juga secangkir teh untuk dirinya dan Lova.

Langit CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang