✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿
"Bisa-bisanya wanita itu mengubah seluruh isi sejarah.."
A novel by Ade Bintang 🌟
______________________________
Guntur menggelegar, kilat pun menyambar, menciptakan percikan cahaya cepat yang berhasil membuat langit gelap gulita malam hari sedikit lebih berwarna, namun cukup memberikan kengerian pada batin kala itu. Terlebih saat suara isak tangis memilukan itu menghantam gendang telinga. Dirinya melirih dengan nada pasrah berharap inginnya menjadi kenyataan.
"Kau siluman, Miranda, dan Laueri adalah manusia! Kalian tidak ditakdirkan untuk bersama dan selamanya dunia akan mengutuk hubungan terlarang kalian!" teriakan, makian, cacian dari amarah disemburkan secara bersamaan menuju batin wanita itu. Alih-alih menangis sendu, wanita itu malah menatap tegas penuh tekad.
"Hakmu untuk melarangku… dan hakku juga untuk memutuskan mengikuti laranganmu itu atau tidak. Maafkan aku, Ibu." Wanita itu berlari meninggalkan kediaman sebelum kemudian berlalu dengan tangisan.
Ribuan butir air mendarat secara bergilir dari gelapnya sang laksamana. Aliran deras dari sungai kala itu menjadi saksi pertemuan kedua insan ini. Tak peduli meski tangisan menjadi latar dari kisah mereka, tak peduli meski larangan menjadi penghubung cinta mereka. Biar tiga alam sekalipun mencoba menghentikan, mereka tidak akan pernah menyerah. Keinginan yang telah menjadi obsesi itu akan menghancurkan jiwa bila tidak berhasil.
Awal dari cerita, kisah cinta yang menjadi sumber menuju kehancuran...
Benarkah? Ikatan cinta terlarang ini bahkan sudah berakhir mengenaskan sejak 1000 tahun yang lalu. Jika mereka berdua telah binasa, lantas, siapa yang memulai perjalanan dendam ini?
"AKU!!" diriku yang berkelana di setiap tahun-tahun merangkul alur. Pada bulan-bulan bianglala dan pada minggu-minggu terkukung kecewa. Diriku yang selalu mencoba untuk bertahan, membiarkan kekejaman menyelimutiku, membiarkan ribuan sanubari binasa dalam genggamanku…. Hanya demi suatu penyesalan, bersama iming-iming ‘MENULIS ULANG TAKDIR’.
✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿
“Huh... huh...”Suara desah nafas terdengar sesak, beriringan dengan langkah kaki yang bertapak kencang di atas tanah. Berlari mengikuti cahaya terang, berharap keselamatan akan tiba.
Api panas akibat terbakarnya hutan membuat dedaunan berguguran, dari balik itu semua terlihat sehelai daun hijau yang melayang entah kemana. Dari gelapnya malam dan panasnya api yang berkobar. Di balik banyaknya geletakan jasad korban, serta tangisan histeris setiap rakyat. Terdengar suara serak dari seorang tetua penting kerajaan yang berkata dengan lantang.
“Lindungi Raja! Lindungi Raja!”
Kegelisahan di mana-mana, tangisan, permintaan tolong, bercak darah, semuanya. Malam yang begitu menakutkan api melahap habis orang-orang bersenjata itu. Rumah-rumah hancur akibat gebrakan tak beraturan. Kekacauan menghantui segalanya peperangan besar yang pada akhirnya hanya memberikan kesengsaraan.
“Bunuh aku, dan aku berjanji akan menjadi hantu paling kejam yang pernah ada!!”______________________
Cerita ini di mulai, 300 tahun setelahnya….
Kepada arus yang meraung tanpa henti membentang luas dari hulu ke hilir. Enggan menghiraukan tanpa haluan. Aku tuliskan sajak ini berharap angin menyampaikan, menyambut bintang kembar yang hendak bertemu. Seperti waktu yang mengucapkan selamat tinggal kepada hari-hari terperak luka, kepada minggu-minggu bianglala, kepada bulan-bulan terkukung kecewa dan kepada tahun-tahun merangkul alur.
Dia adalah waktu, fantasi merotasi berbagai sisi, merangkai cerita kerap sebagai mimpi, memadukan kenyataan berbentuk butiran, melesat maju tanpa tau cara berhenti, tanpa tau artinya lelah.Detik menjadi riah, sesaat ketika kedipan itu berakhir, membuat pandangan melesat menuju tatapan dari sebuah tempat sukar terdeteksi.
"Lihat!" Gadis kecil itu mengarahkan telunjuknya ke sebuah gundukan tanah berumput yang di atasnya terdapat serumpun bunga dandelion. Ia berlari dengan girang menghampiri dandelion yang tampak begitu indah. Gadis kecil ini menolehkan kepalanya, melirik ke arah seorang laki-laki di belakangnya.
"Bukankah ini bunga kesukaanmu, Joy?" ucapnya seraya mengarahkan telunjuknya ke arah bunga dandelion. Anak laki-laki di belakangnya pun mengangguk, mengiyakan ucapannya. Melihatnya, senyum gadis itu pun merekah lebar. Ia berjongkok dan langsung memetik bunganya. Anak laki-laki, yang awalnya hanya diam sontak saja terkejut, matanya terbelalak ketika melihat gadis di hadapannya menarik bunga dandelion itu dengan kejamnya.
"Lira, jangan!" teriaknya dari kejauhan. Gadis ini sontak menoleh kaget, dengan dandelion di tangannya. "Ehh. Kenapa?" tanyanya.
Anak laki-laki itu datang menghampiri dengan raut wajah yang kesal. “Kenapa kau memetik bunganya? Kau itu sama saja seperti membunuh orang yang ku suka tepat di hadapan mataku, tau!” ujarnya dengan tatapan kecewa.
Mendengarnya, gadis itu pun terdiam. Ia memiringkan kepalanya seraya menatap aneh ke arah anak laki-laki. "Tapi ini ‘kan Cuma bunga?" ucapnya kebingungan.
"Payah, kau tidak akan mengerti, Lira. Kau tidak akan pernah tau, betapa inginnya dandelion ini hidup. Namun nyatanya, kehidupan yang sangat ia dambakan malah terenggut oleh orang yang dia pikir menyukainya," ujar anak laki-laki, menjelaskan seraya duduk di atas rerumputan hijau di sana.Gadis kecil ini pun mengangguk, sejenak ia terdiam sebelum kemudian kembali menoleh dengan raut muka yang lebih penasaran.
"Joy, menurutmu bagaimana rasanya mati di bunuh?"
Mendengar pertanyaan gila yang terlontar dari mulut gadis itu, sontak saja anak laki-laki di hadapannya terkejut, manik matanya mengecil, dan wajahnya tampak lebih serius. Hingga tak lama, senyum miring terukir sinis di wajahnya.
"Kenapa, kau ingin mencobanya?"
•
•
•
"Apakah hati masih bisa patah ketika jantung berhenti berdetak?"
"TAKDIR UNTUKMU, 300 TAHUN MULAI SEKARANG"
ෆ
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETHEA [END]
Фэнтези"Apakah hati masih bisa patah ketika jantung berhenti berdetak?" Aluna, seorang putri kerajaan yang malah menghindari kata "Tuan Putri" karena menurutnya menjadi putri di sebuah kerajaan itu adalah sebuah hukuman, itu sangat mengekang dirinya dan...