32.| Kebenaran di Balik Tangis

52 16 10
                                    

✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿⁠

 "Bahkan jika angin meminta maaf, ranting yang patah tidak akan kembali utuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 "Bahkan jika angin meminta maaf, ranting yang patah tidak akan kembali utuh."

A novel by Ade Bintang 🌟

_____________________________

      Pintu perpustakaan terbuka menimbulkan derit tajam di seluruh ruangan, di selingi beberapa detik, Aluna masuk dengan tatapan tajam.

"Oh hai, Luna, kau belum tidur?" tanya Hiro ketika menyadari kedatangan Aluna.

"Ini waktunya bangun." Aluna mengerutkan dahinya.

"Oh benarkah? Pukul berapa ini?" Hiro bertanya pada dirinya sendiri seraya melihat-lihat keluar. Wajar saja, di dalam perpustakaan tak ada penerangan kecuali lentera. Cahaya rembulan atau pun matahari mustahil masuk ke dalam ruangan tertutup seperti ini.

"Ayolah, Hiro. Kau hampir tidak tidur seminggu belakangan, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?" tanya Aluna heran.

Hiro mendengus pelan, lalu menutup bukunya. "Memburu 'Gladius'," ucapnya lalu membaca buku selanjutnya.

"Dengan membiarkan kau mati kelelahan?" tanya Aluna.

Hiro mengangkat bahunya, "Jika itu yang di perlukan?" ujarnya tentang pada keadaan.

Aluna memutar malas bola matanya. "Jangan egois pada dirimu sendiri," ucapnya.

Membuat Hiro seketika terdiam. Ia menatap Aluna lebih dalam. Lalu tersenyum hangat. Aluna tak terlalu mengerti, ia pun berbalik akan meninggalkan tempat itu. Namun belum sempat Aluna benar-benar pergi, tiba-tiba perkataan Hiro menghentikan langkahnya.

"Terima kasih, Luna. Kau telah menjadi rumah ke dua bagi seseorang yang terperak luka seperti diriku, kau memberi kehidupanku warna, kau layaknya pajar yang selalu datang setelah malam sunyi berkepanjangan."

Aluna seketika terdiam, ia tak bisa berkata-kata. Mulutnya seakan terkunci akan seluruh yang diucapkan Hiro. Mereka menyadari gerimis mulai melanda, buliran tipis hujan jatuh bertumpu di atas tanah kering yang mulai menjadi basah.

Hiro melangkah lebih dekat, wajahnya terlihat begitu cerah. Matanya pun membulat penuh arti. "Luna, bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu?" tanya Hiro berucap dengan tutur katanya yang begitu lembut.

"H-hah..?" derca Aluna kebingungan.

"Jika kelak aku menjadi raja, maukah kau menjadi ratuku?" tanya Hiro.

ALLETHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang