✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿
"Bahkan orang-orang yang menyukai hujan sekalipun akan berteduh bila hujan itu turun."
A novel by Ade Bintang 🌟
_____________________________
Sudah hampir satu Minggu, Alhandra berangsur pulih kembali. Tepat di hari itu Aluna dan Hiro akan melakukan misi mereka. Tiga malam terakhir, Hiro membuat surat palsu sebagai perintah penurunan harga untuk Arlan. Mereka berdalih tentang surat itu yang merupakan perintah langsung dari Sang Raja. Hiro, adalah sosok manipulator handal yang tentu dengan mudah untuk memanipulasi data yang ia peroleh. Sedang Aluna dengan kemampuan menyelinapnya yang luar biasa, yang pernah ia pelajari dari Joy semasa di panti asuhan dahulu, guna keluar secara diam-diam dari panti. Itu jelas memudahkan mereka untuk membuat surat palsu lalu segera keluar dari rumah kerajaan tanpa ada pikiran negatif dari para rakyat yang menduga mereka akan melakukan penyusupan.
Keduanya menggunakan kuda sebagai alat transportasi masing-masing. Tadi, pagi-pagi sekali Aluna dan Hiro langsung bergegas untuk segera pergi ke tujuan mereka. Membawa bekal peralatan seadanya dan pakaian layaknya seorang knight.
Mereka melintas cepat melewati perkebunan. Di antara ilalang panjang, terlihat keduanya melesat cepat menembus cahaya. Tujuan awal adalah pergi ke goa sihir untuk melihat jasad Putri Aluna. Mereka tak bisa bergerak sebelum mendapatkan titik terang akan siapa pelakunya—itu yang di pikirkan Aluna. Entahlah kalau Hiro, mungkin ia punya rencana lain yang ia rancang sendiri tanpa komunikasi.
Langkah kuda berhenti di depan air mancur. Aluna menatap air itu, ia ingat saat-saat di mana dirinya mendapatkan ingatannya kembali kala itu. Aluna menolehkan kepalanya, ia melihat Hiro yang akan pergi langsung memasuki goa sihir. Aluna pun bergegas menyusul Hiro di belakangnya. Mereka masuk tanpa suara setelah memastikan kudanya terikat tali. Aluna menghentikan langkahnya, rasanya berat baginya untuk kembali melihat hal yang begitu ia takutkan. Seakan Aluna melihat dirinya sendiri yang berada di dalam peti mati menyeramkan itu.
Berbeda dengan Hiro yang tanpa rasa takut serta keberanian penuh malah memasuki goa itu sedalam-dalamnya. Aluna yang melihat tak bisa mengehentikan Hiro. Akhirnya ia ikut menemani Hiro di belakangnya. Aluna tak sepenuhnya melangkah, kalau boleh jujur. Sebenarnya ia takut akan darah, bukan takut, lebih ke tidak nyaman. Rasanya saat melihat darah, Aluna berpikir ia lupa bagaimana cara bernafas dengan benar.
Lalu bagaimana dengan ia yang melihat jasad Putri Aluna yang seakan masih hangat kala itu? Jasad yang tidak tersentuh sama sekali itu. Aluna berpikir perkiraan waktu wafatnya bahkan telah berbulan-bulan lamanya. Namun, tak heran. Alethea adalah dunia sihir hal semacam itu bukanlah hal yang mustahil. Tapi tetap saja, secara sihir telah berhenti di pergunakan sejak 300 tahun yang lalu. Sedikit aneh jika sihir kembali tanpa aba-aba. Tak lama. Langkah mereka terhenti, oleh cahaya yang pernah Aluna lihat sebelumnya. Dengan cepat pikirannya kembali tak teratur. Rasanya jika di ingat kepalanya seakan bisa meledak.
Wajah Aluna kini memerah, ia ketakutan lalu mendekap lengan Hiro. Hiro yang merasa tangannya di sentuh sontak melirik ke arah Aluna. Wajahnya mengerut, di saat yang sama Hiro akhirnya melepas pelan tangan Aluna setelah menenangkan gadis itu. Perlahan tapi pasti, Hiro melangkah menghampiri peti mati yang di penuhi cahaya terang itu.
Di detik selanjutnya… Tak salah lagi.
Itu benar-benar Putri Aluna yang Hiro kenal. Bulir air mata mulai menetes di pipi Hiro. Tangis tipisnya mulai terlihat. Dengan tangan yang gemetar, Hiro melihat jasad yang ada di peti mati itu dengan seksama, tatapannya seketika sayu, tangannya yang bergetar hebat seketika melemah. Hiro menangkup tubuh gadis itu. Tubuh indah dengan wajah pucat tak berseri. Meski begitu, tetap nampak gadis ini berbaring dengan damai dalam tidurnya. Sekelebat bayangan tentang kenangan mereka kembali terekam oleh memori Hiro.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETHEA [END]
Fantasy"Apakah hati masih bisa patah ketika jantung berhenti berdetak?" Aluna, seorang putri kerajaan yang malah menghindari kata "Tuan Putri" karena menurutnya menjadi putri di sebuah kerajaan itu adalah sebuah hukuman, itu sangat mengekang dirinya dan...