✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿
"Aku adalah aksara yang terjebak di labirin renjana, berharap Atma memberikan hubungan asmaraloka yang tak pernah padam."
A novel by Ade Bintang 🌟
_____________________________
Deretan lilin, terpadam oleh angin sayup-sayup. Kegelapan merajalela bersama desir angin berhembus pelan menusuk batin.Sunyi, benar-benar sunyi. Tak ada lagi cahaya itu, tak ada lagi canda tawa itu, tak ada lagi tatapan hangat itu, serta tak ada lagi tutur lembut yang biasa memanggil nama "Una" itu. Benar semuanya hilang sesaat setelah nafas itu terhenti.
Kondisi rumah kerajaan benar-benar hampa, duka menyayat hati setiap orang. Berulangkali Aluna mencoba meredam semuanya, namun lagi dan lagi ia tak mampu untuk itu. Aluna hanya bisa meringkuk, terkulai lemas di dekat jendela kamarnya, karena hanya sedikit cahaya rembulan yang masuk itulah yang berhasil menjadi penerang ruangan.
Tatapannya masih saja kosong, matanya sembab usai menangis deras. Satu lagi orang baik telah gugur di hadapan mata Aluna. Perih, perih sekali rasanya. Namun, apalah yang bisa gadis tak berdaya ini lakukan, ia hanya bisa hanyut, layaknya hati usang yang dibisu raga.
Meski sehari saja belum terlewatkan, namun Aluna sudah merasakan rindu yang begitu berat. Ia benar-benar merindukan semua hal tentang Alhandra. Kasih sayang pria itu melebihi apapun, benar-benar tulus dengan kehangatan.
Namun, dalam sekejap semua itu sirna, Aluna tak boleh lupa bahwasanya Alhandra telah tiada.
"Ayah..." lirih Aluna di sela sedu-sedannya.
Seisi rumah kerajaan Carlotte benar-benar gelap, bahkan kastil belakang tempat para dayang dan penari saja ikut gelap tanpa pencahayaan. Mungkin ini adalah tradisi warga Carlotte menyampaikan duka mereka. Akan tetapi tetap saja, ini semakin membuat Aluna tidak nyaman, terlebih ia sangat anti akan kegelapan.
Tiba-tiba, sorot mata Aluna teralihkan. Ia salah fokus pada satu letak, kala dua semut bertemu. Aluna terus memperhatikan semut kecil itu. Hingga tak disadari pintu kamar yang memegang tak dikunci itu terbuka, akibat sebuah ketukan. Aluna mendongakkan kepalanya, melihat sosok Liam yang berdiri bak hantu salah alamat.
Aluna tak mau menghiraukan, namun Liam tak peduli. Ia mendatangi Aluna lalu duduk tepat di depannya.
"Saya mengerti perasaan anda, tapi, anda tidak boleh menyiksa diri anda sendiri dengan kesedihan ini. Sedari tadi saya lihat anda tak menyentuh segelas air pun." Liam menyodorkan segelas penuh air putih.
"Minumlah, Putri," ucap Liam pada Aluna.
Aluna tak banyak bicara, ia mengambil air itu karena dirasa begitu haus. Dengan cepat gadis ini meneguknya hingga habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLETHEA [END]
Fantastik"Apakah hati masih bisa patah ketika jantung berhenti berdetak?" Aluna, seorang putri kerajaan yang malah menghindari kata "Tuan Putri" karena menurutnya menjadi putri di sebuah kerajaan itu adalah sebuah hukuman, itu sangat mengekang dirinya dan...