1.| Akulah Sang Putri

500 97 169
                                    

✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿⁠

"Memang apa lagi yang bisa hilang dariku, saat jantungku bahkan tidak lagi berdetak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memang apa lagi yang bisa hilang dariku, saat jantungku bahkan tidak lagi berdetak?"

A novel by Ade Bintang 🌟

_____________________________

  Terpaku sangat jelas bayangan asing di tepi serakan. Kesedihan yang mulai bersuam, di kala asa mulai membisu. Malam tanpa tidur saat kesunyian pun meraba. Bertahan agar tetap hidup, saat gemuruh dari kamar berdarah mulai terdengar. Bersembunyi membidik cahaya terang. Sekarang keajaiban akan datang membawa ribuan pertanyaan di dalam benak.

Suasana jadi terasa mencekam, sendu membuat semua orang lelap di hampiri bunga tidur. Guyuran keringat ada di mana-mana, hati yang gelisah menutupi jiwa yang positif. Di mana-mana hanya ada ketakutan orang-orang dengan tatapan tajam berbisik tunggang-langgang tiada henti.

Lagi-lagi suara itu. Suara jam lonceng yang selalu berbunyi di kala waktu telah memasuki tengah malam.

Tapi kali ini sedikit berbeda, hari itu. Selepas senja di gulung malam. Sayup-sayup terbawa angina, terdengar dentingan dari lonceng kecil yang asik berayun menciptakan gema di seluruh ruangan.

Gadis itu, ia tertidur nampak gelisah dalam baringnya dengan nafas yang masih terengah-engah, dan dada yang naik turun akibat emosi yang campur aduk, ia sontak membuka mata dengan cepat seperti baru saja terbangun dari mimpi buruk. Ia duduk di atas kasurnya mencoba untuk menenangkan diri. Hela nafas panjang kemudian menyadarkannya akan hal-hal yang cukup asing menurutnya. Hingga, pandangan yang awalnya bergerak melesat cepat kesana kemari itu terhenti pandangannya lantas tertuju pada sebuah hal yang cukup tak lazim menurutnya. Sebuah cermin besar, yang sudah berada di hadapannya sejak awal, dan senantiasa memantulkan bayangannya bahkan setiap detiknya. Ia pun tak ragu untuk memandangi bayangan diri sendiri. Jidatnya mengerut, heran dia dengan apa yang sebenarnya terjadi. Di detik itu pula ia menyadari, kepalanya terikat kuat oleh perban berwarna putih, juga banyak luka-luka kecil di bagian sekujur tubuh.
Apa sebuah kecelakaan besar baru saja menghantam dirinya. Gadis itu menolehkan kepala.

  Dari arah pintu tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang tampak berjalan mendekat. Seorang wanita masuk, ia begitu cantik, pakaiannya yang sungguh mewah perhiasan terpampang di setiap bagian tubuhnya. Wanita itu jelas bukan orang sembarangan, dia bagai seorang ratu.

“Tunggu ratu?” Gadis itu tersadar seolah dari lamunan panjang yang menutupi kesadarannya. Matanya kini terbelalak. Dengan cepat ia mengalihkan pandangan, kesana-kemari. Melihat kamar yang begitu megah, luas, dan mewah dengan motif vintage era middle abad pertengahan, cermin besar yang sedikit tua, kasur luas bak tempat tidur seorang putri di kerajaan, lampu mewah yang biasanya hanya dimiliki oleh orang-orang kaya di dunia, lalu atribut-atribut antik lainnya, yang tentu saja berbalut emas permata. “apa-apaan ini? Apa yang terjadi??” ia menatap mata wanita itu, yang kini keduanya saling beradu pandang.

Sebelum kemudian ekspresi wajah wanita itu berubah drastis yang awalnya tampak lesu dan lelah. Kini terlihat lebih bersemangat, senang bahkan tersorot dari matanya. Hingga obat-obatan yang ia pegang tanpa sadar terjatuh begitu saja. Namun alih-alih mengambilnya kembali, wanita itu malah berlari dengan antusias langsung memeluk gadis itu.

“Aluna... Kamu sudah sadar nak...” ucapnya lembut membelai kepala gadis itu dengan penuh kebahagiaan.

Ia terdiam, seperti nuansa mimpi buruk. Namun hal itu segera berubah menjadi damai, sungguh nyaman baginya. Gadis itu menundukkan kepala, tepat saat sang wanita berdiri segera keluar untuk suatu alasan.

“Hal-hal disini cukup aneh, ruangan yang sungguh besar, sedikit kuno namun sangat mewah, dua wanita memakai pakaian hitam putih tampak seperti pelayan kerajaan berdiri di depan pintu. Lalu benda-benda indah ini... ini benar-benar terasa asing. Dan lagi, Aluna... Apakah, itu namaku?”

Ribuan pertanyaan mulai bermunculan di benak Aluna, namun semakin ia menggali semakin pula rasa sakit tak tertahankan muncul di kepalanya.

Aluna mencoba untuk bangkit, namun sukar bagi dirinya untuk menggerakkan tubuh. Seolah sesuatu menahan ia untuk bergerak. Tak hanya luka, bahkan terdapat memar yang cukup parah menyelimuti dirinya. Berulangkali ia mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, namun tetap saja seolah ingatannya hanya sampai ia terbangun saja, dan selebihnya kosong melompong.

Tak berapa lama, pencahayaan muncul, kamar besar itu menjadi terang. Ternyata tak terlalu menakutkan, Aluna memandangi sekitar, saat beberapa orang muncul di hadapannya. Mereka adalah wanita tadi, seorang kakek tua yang berprofesi menjadi tabib, dan dua pria lainnya. Tabib itu meraih tangan Aluna, dengan pelan ia melakukan beberapa pengobatan, mulai dari memeriksa denyut nadi hingga memasukan obat herbal melalui jarum suntik.

“Bagaimana perasaan anda sekarang, Tuan Putri?” tanya tabib itu dengan tuturnya yang lembut.

Aluna terisak kecil, sebelum kemudian ia terdiam, jelas bingung harus menjawab apa. “Tuan Putri?” tanya Aluna dalam benaknya. Aluna merundukkan kepalanya, di detik selanjutnya, ia kembali mengerutkan kening, menatap heran kearah sang tabib, “huh…?” desisnya mempertanyakan pertanyaan tabib itu dengan penuh isyarat.

Tabib itu pun mengangguk, entah apa yang ia pikirkan, namun raut mukanya menandakan ia mengerti segalanya. Tabib itu merundukkan kepalanya, lalu pergi keluar ruangan, diikuti orang-orang tadi.
Aluna memiringkan kepalanya, rasanya aneh, mereka seperti mencemaskan dirinya, tapi untuk apa? Sejak kapan ia menjadi begitu penting untuk di khawatirkan. Kenapa orang-orang kaya ini bersikap begitu manis padanya. Aluna menggaruk kepalanya, saat wanita itu masuk.

Wanita itu tersenyum, untuk yang kesekian kalinya ia membelai kepala Aluna.
“Aluna.. pasti bingung ya, Sayang....” wanita itu duduk di samping Aluna. “Jangan takut, mama akan selalu ada buat Aluna. Ayah kamu juga akan selalu ada ya….” ucapnya dengan lembut.

Sorot mata Aluna seketika menjadi sendu. Entah apa yang membuat ia begitu merasa tidak enakan seperti ini, seperti, ia sudah lama mendambakan hal ini. Kehangatan yang sudah lama hilang dari hidupnya.

“Iya, Sayang. Kau harus segera sembuh, bukankah kau yang sangat mendambakan penobatanmu, yang akan segera kita selenggarakan setengah tahun lagi,” ucap pria itu. Dia seorang pria paruh baya, yang sangat gagah dan berwibawa. Pakaian yang begitu mewah. Dan mahkota yang melambangkan kekuasaan, tak salah lagi. Beliau adalah seorang raja.

Tabib itu berlutut di kaki raja. “Yang Mulia, saya pamit,” ucapnya. Raja pun mengangguk. Meninggalkan mereka bertiga.

“York, antar Tabib Hyuang!” ucapnya sekali bertutur dalam perintahnya, dan seorang pria itu pun langsung melaksanakan.

Keluarga yang tampak begitu harmonis, dalam kekayaan dan kekuasaan. Benarkah semua ini adalah hal yang nyata?

Aluna tersenyum tipis. Sendu meratap dari sorot matanya. Hatinya bahkan sukar untuk berkata “ya” seolah ini salah. Atau lebih tepatnya, sebuah ilusi yang tak bertepi, tengah menggerogoti alam bawah sadarnya. Meski ia benar-benar tak mengingat apa yang sebenarnya terjadi, bahkan ia tak sanggup memikirkan siapa dirinya yang sebenarnya, namun Aluna tau, dan ia yakin betul, hal ini adalah sebuah impian yang begitu ia dambakan sedari dulu.


BERSAMBUNG


______________________

✿ Aluna De Forgers Charlotte
✿ Isabella De Forgers Charlotte
✿⁠ Alhandra De Forgers Charlotte
✿⁠ Prescott Den York
✿⁠ Hyuang Kim

_______________________________

Akun sosmed Author:
Tiktok: Ad_ebintang
Instagram: Ad_ebintang

ALLETHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang