19.1

637 37 0
                                    

Hola, readersku yang setia dan cimit-cimit bolo-bolo, I'm back with UT's new chapter!
Silahkan berikan vote beserta commentsnya :)
Hope you guys like this chapter as much as I do!
Gbu xx

----------------------------------------------------------------------

Gue langsung nyamperin Kafka yang sekarang lagi asik makan mie baso pake es teh manis dengan santainya. "Kaf, ada yang mau gue bicarain sama lo sekarang juga."

Gue narik lengan Kafka dan menjauh dari tempat yang tadi dipake Kafka makan bareng sama temen-temennya. Sabodo teuing mereka mau mikir apa. Yang jelas, gue kesel banget.

"Jelasin ini semua," kata gue dengan tegas sambil menunjukan kertas tadi kepada Kafka.

Kafka lalu mencoba meraih kertas tadi. Tapi sayang, dia telat. Kertasnya langsung gue remes-remes di kepalan tangan gue.

"Kenapa bisa di kamu?" Tanya Kafka dengan ekspresi kaget.

"Ngga penting soal itu. Sekarang jelasin semuanya," kata gue dengan alis bertaut.

"Aku cuma mau nolongin Gaby, Na. Udah itu aja," jelas Kafka menyesal.

Gue cuma mendengus, "Gue nggak ngira lo bakalan kayak gini, Kaf. Gue tau lo lumayan deket sama Gaby, tapi gue nggak pernah nyangka lo bakalan bertindak sejauh ini."

Nafas gue mulai menderu dan mata gue mulai berkabut. Mungkin sebentar lagi, air mata yang udah gue tahan-tahan bakalan tumpah semua.

"Anna, maafin aku. Lagian, tadi aku juga udah bilang ke Gaby supaya nggak nyebarin ke siapa-siapa," pinta Kafka.

Akhirnya air mata gue pun menetes, "Termasuk gue?"

Kafka mendesah lalu mengangguk pelan.

"Kenapa, Kaf ? Seandainya gue tau hal ini dari lo, gue nggak bakal kayak gini," kata gue panjang kali lebar.

"Kayak gini?" Tanya Kafka mengulang perkataan gue tadi.

"Iya, gue mau kita udahan aja." Kata gue dingin.

"Anna...." panggil Kafka pelan.

Gue menundukan kepala gue. Gue nggak mau Kafka liat gue nangis dan menganggap gue cewek lemah yang gampang nangis. No. Not today, Kaf.

Gue hendak pergi meninggalkan Kafka sebelum gue teringat sesuatu.

"Seandainya lo jujur ke gue dan nggak ngerahasiain hal ini dari gue, pasti gue udah maafin lo," kata gue sebelum pergi meninggalkan Kafka yang masih bengong disana.

***

Gue jalan keluar dari UKS ke arah pintu gerbang sekolah. Sekarang emang udah jam pulang sekolah, tapi hari ini gue menghabiskan waktu dari istirahat ke dua sampai pulang di UKS.

Kata dokter yang di UKS, gue terlalu banyak pikiran. HAHA. Gue emang dari istirahat pertama sampai istirahat kedua nggak makan atau minum sama sekali. Jadinya, kepala gue pusing banget dan gue pingsan waktu pelajaran Olah Raga.

Hari ini, gue dijemput Pak Bayu, supir gue, karena dia udah pulang dari Bali. Lagian, Oliver juga udah mulai kuliah. Gue cuman bengong nunggu mobil gue dateng sambil megang handphone-entah mau ngapain.

"Anna..."

Suara itu. Iya, suara yang nggak asing lagi di telinga gue. Suara yang udah gue kenal dari dulu. Suara yang bikin gue bahagia. Suara yang bikin gue sakit hati. Hari ini.

"Anna..." panggil Kafka lagi.

"Aku minta maaf, Na," kata Kafka yang sekarang udah ada di sebelah gue sambil berdiri menghadap gue.

The Ugly TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang