7

1.2K 84 4
                                    

Previously on The Ugly Truth...

Melihat itu, Anna merasakan sebuah benda tajam terkena hatinya. Menyayatnya. Entah mengapa. Sakit sekali rasanya. Perih. Pedih. Ingin menangis rasanya. Namun ia tidak ingin Kafka mengetahuinya. Anna pun hanya tersenyum pada Kafka dan Gaby, lalu menundukan kepalanya dalam-dalam. Ia merasa....cemburu.

----------------------------------------------------------------------

Biasakan ngevote dulu ya :)
please, jangan jadi silent readers
Silahkan tinggalkan vomment
happy reading!!!

----------------------------------------------------------------------

Kafka mulai merasakan sesuatu yang aneh pada Anna. Sejak tadi, Anna menundukkan kepalanya terus. Kafka sebenarnya risih dengan keberadaan Gaby, namun ia tidak ingin melukai hati cewek itu. Tapi, Kafka pun merasa sedih ketika melihat Anna mengabaikannya sepanjang hari. Kafka pun berusaha untuk mengajak Anna berbicara.

"Tumben diem aja...Hey..." Kafka tersenyum lembut pada Anna. Anna hanya meliriknya sekilas dengan memberikan senyuman tipis.

"Anna, aku mau cerita...dengerin dong, jangan ngambek..." ujar Kafka sambil mengguncang pelan tubuh Anna.

"Hai..." Kata Kafka lagi saat Anna menoleh.

"Cerita aja." Anna dengan ekspresi datarnya menatap balik Kafka.

"Jangan ngambek dong... kenapa sih ngambek mulu hari ini? Senyum dulu, baru aku cerita, baru kamu loh yang aku ceritain hehe" ujar Kafka sambil cengengesan.

Anna baru menyadari kalau sedari tadi, Kafka ngobrol dengan AKU-KAMU, nggak kayak biasanya yang cuman LO-GUE.

Anna memicingkan matanya. Merasa sedikit curiga.

Tiba-tiba, Kafka menyentuh pipi Anna dan menariknya ke atas, sehingga terlihatlah Anna yang sedang tersenyum. Terpaksa.

"Nah, gitu dong. Senyum dulu..."

"apaansih, Kaf ?" Anna mulai tidak sabaran.

"Akhirnya! Arianna Hestia yang gue kenal balik lagi! Kemana aja lo selama ini?" Kafka berkata dengan kencang disambut oleh senyuman lebar yang memperlihatkan giginya yang putih dan rapih itu.

"KE JONGGOL!" ujar Anna tidak kalah kencang kepada Kafka.

Tai, gue udah ge-er duluan dia baek - baek-in. Taunya akhirannya ngomong lo-gue juga kan. Padahal tadinya udah baper duluan, batin Anna.

"Lo mau cerita apaan sih? Buruan." Anna melotot ke arah Kafka yang sedari tadi hanya cengar-cengir nggak jelas.

"Jadi... gue rencana kelas 9 mau pindah ke Singapura. Tapi belom pasti. Kemungkinan bisa juga pindahnya ke Hongkong. Sebenernya, gue nggak setuju soalnya..." Kafka berhenti sebentar lalu mengambil napas yang panjang lalu mengeluarkannya dengan berat.

"...soalnya cewek yang gue sukain itu ada disini..." Kafka berhenti lagi, lalu menatap Anna dengan dalam-dalam.

Anna sedikit merasakan sakit hati. Cewek yang gue sukain itu ada disini. Kafka menyukai cewek lain. Udah pasti. Jadi sebenernya kenapa dia selama ini selalu berbuat manis dengan Anna? Mengapa ia selalu memberikan pengharapan dimana ia tidak pernah membuktikannya? Cowok-cowok emang selalu kayak gitu. Jago banget kalau ngasih pengharapan. Bisa bikin sang cewek jadi ge-er tingkat dewa ataupun merasa disukai. Padahal mah nyatanya engga.

"Oh...terus?" Kata Anna dengan ekspresi datarnya.

"Ya, karena itu gue jadi nggak pengen pindah..." tiba-tiba raut muka Kafka berubah seketika. Matanya menjadi merah seperti ingin menangis. Lalu ia langsung pergi dan mengucapkan "gue mau ke toilet bentar." dengan sangat pelan.

The Ugly TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang