Enjoy the new chapter, guys! :D
###############################$
It's camping time!!! I'm so excited, yey!
Yap. Begitulah seharusnya ekspresi Anna saat ini. Setidaknya tersenyum sedirik seperti teman-temannya. Namun sayangnya Anna gak semangat untuk mengikuti acara camping ini. Sama sekali tidak.
Tapi, mau tidak mau, acara ini wajib diikuti oleh seluruh angkatannya kelas 11.Nasib oh nasib. Anna merasa sangat sial karena harus sekelompok dengan dua cowok yang merupakan cowok yang disukai oleh kedua teman dekatnya itu. Ngobrol sama Devan dikit, Fio cemburu. Ngobrol sama Calvin, Naira yang cemburu. Zzzzz.
And betewe, (sebenernya info ini gak penting sih tapi yaudahlah) Fio emang suka sama Devan. Suka banget. Tapi sayangnya, cintanya itu bertepuk sebelah tangan. Apalagi agama mereka juga beda.
Oke back to story aja. Anna kini sedang menanti urutan kelompoknya untuk hiking melewati beberapa perbukitan dengan beberapa teman dari kelas lain yang sekelompok dengannya. Termasuk bersama dengan Devan dan Calvin. Dan ya, kini mereka telah sampai di tempat percampingan.
Hari masih menunjukkan pukul 7. Sekolah memang memutuskan untuk berangkat subuh untuk menghindari macet. Berhubung nama Calvin adalah nama paling atas dari daftar anggota kelompok, maka ia adalah ketua kelompok.
Satu jam kemudian, kelompok Anna dipanggil karena sudah mendapat giliran. Sayangnya kelompoknya mendapat urutan ke-2 dari akhir. Mereka mulai menurunin anak tangga yang jumlahnya tidak terhitung. Banyak sekali dan tangganya tidaknya menyenangkan.
Apalagi dengan keadaan lumut yang menempel membuat tangga menjadi licin. Ditambah dengan sepatu yang dipilih Anna adalah sepatu nike dengan alas yang licin. Ralat, sangat licin.
Anna menuruni tangga dengan sangat pelan. Mengantisipasi kemungkinan terpeleset dari tangga. Seaindainya terjadi sih... bisa mendapat 2 kesialan sekaligus. Sakit dan malu.
"Lo nurunin tangga begitu aja lama banget dah. Buruan oi, keburu kesusul kelompok belakang noh!" seru Calvin.
Anna hanya mencebikkan bibirnya saat mendengar suara cempreng Calvin. Ya, suara Calvin memang masih cempreng kalau dibandingkan dengan suara anak-anak cowok SMA pada umumnya.
Sebenarnya, Anna sih niatnya mau ngebales, tapi takut gak konsen nurunin tangganya dan malah kepeleset. Kan gak lucu.
"Bisa gak, Na?" tanya Devan yang kini sudah berdiri di depan Anna sambil menjulurkan tangan kanannya ke arah Anna.
Anna memandangnya dengan bingung. "Loh, bukannya lo tadi udah sampe bawah? Ngapain naik lagi?" tanya Anna sambil meletakkan tangannya di tangan Devan.
Ya lumayan lah ada yang bisa dipegang supaya gak jatuh. Pikir Anna.
Devan lalu menarik tangan Anna sehingga Anna mengikutinya menuruni tangga-tangga yang menyeramkan itu.
"Pelan-pelan ih Dev, serem tau gak!" omel Anna saat Devan berjalan terlalu cepat.
"Tuh dikit lagi sampe elah," jawab Devan sambil menunjuk ke arah bawah dengan dagunya.
"Oke udah semua kan? Sekarang arahnya kesini. Tadi gue liat anak kelompok sebelomnya jalan kearah sini." Ujar Calvin sambil menunjuk salah satu arah yang mengarah ke perbukitan yang lebih terjal.
Kaki Anna bergetar. Takut. Ya, Anna, memang bukan anak pecinta petualangan di tempat seperti ini. Menurutnya, hal seperti ini sangat menyeramkan dan nyawa adalah taruhannya. Sedangkan Anna sendiri belum siap untuk meninggal.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly Truth
Fiksi RemajaSebenernya, happy ending itu ada beneran gak sih? Apa karma benar - benar nyata? Apa kehidupan yang di novel - novel itu beneran ada? Yang selalu berakhir bahagia tanpa masalah? Yang dapat menjalani hidupnya tanpa beban? Jujur aja, gue belom tau gim...