Rio beranjak dari samping Sean, ia berjalan gontai menuju ke toko nya kembali, entah apa yang ia rasakan, tapi yang jelas, ia marah pada Sean dan Krystal, karena menyembunyikan sesuatu di belakang nya, sebab, sebagai teman harus nya mereka saling terbuka, bukan bersembunyi-sembunyi seperti ini, seharian Rio tak keluar dari toko nya.
"Coba unnie chek kesana" ujar Yeri
"Tidak, aku malas, jika tiba-tiba Irene datang dan terjadi salah paham lagi" tolak Krystal yang tak pernah mau masuk ke dalam toko Rio, padahal sekarang ia mengkhawatirkan nya, karena semenjak mereka bercanda tadi, Rio belum kembali menunjukan batang hidung nya.
Krystal pun menghampiri Sean ke distro nya, dan pria itu sedang menerima telpon.
"Sean" ia langsung menoleh dan mematikan sambungan telpon nya.
"Aku mengkhawatirkan Rio, dia belum ada keluar lagi semenjak kejadian tadi" cemas Krystal.
"Biar aku kesana" jawab Sean, ia keluar dari distro nya sambil mengutak-atik ponsel nya, mengirim pesan pada seseorang, dan begitu masuk ke dalam toko mainan Rio, sahabat nya itu sedang tiduran di sofa sambil menatap langit-langit toko nya, ia pura-pura tidur karena tahu Sean datang, tapi sahabat nya itu paham.
"Kamu tidak makan siang?" Tanya Sean, Rio tak bereaksi, tak kehabisan akal, Sean pun menjahili nya
"Oh, Miyeon-ie, mau mencari apa kesini?" Rio langsung terduduk mendengar nama Miyeon di sebut oleh Sean.
"Ck" Rio berdecak kesal karena di bohongi Sean yang menahan senyum, Rio memeluk lutut nya, jengkel dan mengabaikan Sean
"Kamu tidak pantas merajuk" ucap Sean.
"Ayo keluar" Sean menyeret tangan Rio keluar dari toko nya
"Kamu marah?" Selidik Krystal pada Rio yang diseret oleh Sean ke toko baju gadis itu.
"'Tidak" acuh Rio
"Masuk lah, aku membelikan mu nasi cumi pedas, kamu suka itu kan, ayo makan" giliran Krystal yang menyeret tangan Rio memasuki toko nya, dan menyiapkan nasi kesukaan Rio yang di beli oleh Joy tadi.