22. Senyum Yang Mengganggu

473 102 19
                                    

Miyeon berbaring di samping Sullyoon dengan gelisah, mereka memang sekamar, karena rumah nya kecil, tak mungkin memiliki banyak kamar, ia tak bisa tidur karena senyum Rio yang terus mengganggu nya.

"Sial, senyum nya mengganggu ku" batin Miyeon kesal.

Keesokan hari nya, pagi-pagi Rio sudah berangkat bekerja, karena ingin memasukan sepeda milik tuan Cho ke bengkel sepeda.

"Jaehyun-ahh" panggil Rio pada sang pemilik bengkel sepeda kayuh.

"Rio, sepeda siapa itu?" Tanya Jaehyun heran.

"Tolong perbaiki ya, nanti sore aku ambil, sekalian, tambahkan keranjang di depan nya ne" pinta Rio.

"Baiklah, untung sepi hari ini, jadi aku bisa mengerjakan nya, kalau tidak, bisa dua hari nanti" kekeh Jaehyun senang karena akhir nya dia ada pekerjaan hari ini, setelah dua hari ia tidak bekerja karena sepi.

Rio kemudian melanjutkan perjalanan mulai dari pasar, dan mall, sampai lewat makan siang, Rio tiba di COEX mall, ia tak melihat Miyeon di toko parfum Kang.

"Sedang makan siang mungkin" batin Rio, ia pun pulang dengan mengambil sepeda tuan Cho lebih dahulu ke bengkel Jaehyun, lalu ia antar sendiri ke rumah nya.

"Rio" sambut ahjuma Cho yang sedang mengangkat jemuran nya.

"Selamat siang ahjuma" balas Rio.

"Ayo masuk, Miyeon sedang memberi makan ayam di belakang" ujar nya, padahal Rio datang bukan untuk mencari Miyeon, tapi mengantar sepeda ahjusi Cho yang sudah diperbaiki.

"Terima kasih ahjuma" Rio pun mengikuti ahjuma ke belakang, dan benar saja, Miyeon sedang berdiri memegangi kaleng berisi pakan ayam, Rio pun menghampiri nya, ikut mengambil pakan tadi dari kaleng lalu memberikan nya pada ayam-ayam itu, gadis itu mengerutkan kening nya, aneh dengan kedatangan Rio yang tiba-tiba sudah berada di rumah nya.

"Darimana kamu tahu aku tidak bekerja?" Tanya Miyeon curiga.

"Aku tidak tahu, aku kemari untuk mengantar sepeda ahjusi Cho" jawab Rio santai, masih sambil melemparkan butiran pakan ayam ditangan kanan nya, Miyeon terbelalak, ia malu karena berpikir Rio datang untuk mencari nya, dan ternyata dugaan nya salah.

"Sepeda?" Gumam nya bingung.

"Ah aku lupa dengan sepeda appa" ucap Miyeon.

"Ayo kita coba" ajak Rio, ia lalu kembali ke depan, membuka pintu box mobil nya dan mengambil sepeda milik ahjusi Cho, Miyeon pun mengikuti nya.

"Woah" kaget nya melihat sepeda sang ayah telah berubah, ada keranjang di depan nya, jadi memudahkan sang ayah saat membawa telur untuk ia antar ke toko tuan Park.

"Naiklah" perintah Rio, Miyeon pun langsung duduk di boncengan belakang, dan Rio mengayuh nya, mereka lalu berhenti di sebuah tempat semacam taman, tapi banyak restauran sederhana  di sekeliling nya, dengan pemandangan kota yang tak terlalu sibuk ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Naiklah" perintah Rio, Miyeon pun langsung duduk di boncengan belakang, dan Rio mengayuh nya, mereka lalu berhenti di sebuah tempat semacam taman, tapi banyak restauran sederhana  di sekeliling nya, dengan pemandangan kota yang tak terlalu sibuk hari ini.

"Tunggu disini" ujar Rio, ia lalu berjalan menuju ke sebuah kedai, untuk memesan makan siang karena ia belum makan, Miyeon menatap Rio yang kembali dengan banyak makanan.

"Aku lapar, temani aku makan siang ne" pinta Rio, Miyeon tak keberatan, karena ia juga lapar, disaat mereka sedang makan.

"UNNIE!" Seru Sullyoon yang baru pulang sekolah, ia turun dari bus di sebuah halte dan harus melanjutkan nya dengan jalan kaki untuk sampai di rumah.

"Sullyoon-ie, kemarilah" panggil Rio, gadis itu berlari kecil menghampiri Miyeon dan Rio.

"Makan ya? Oppa pesankan" gadis itu melirik sang unnie, bingung harus menjawab apa.

"Ayo, Sullyoon mau makan apa?" Ajak Rio, ia memberi kode pada gadis yang masih memakai seragam itu untuk memilih sendiri mau makan di kedai yang mana.

"Itu boleh oppa?" Tunjuk Sullyoon ke arah kedai bulgogi, Rio tersenyum.

"Boleh" jawab nya sambil mengangguk.

"Sullyoon mau berapa? Satu atau dua?" Tanya Rio lagi, Miyeon menatap interaksi Rio dengan sang dongsaeng.

"Senyum itu lagi" putus asa nya, karena ia sudah dibuat tak bisa tidur semalam karena terus kepikiran dengan senyum Rio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Senyum itu lagi" putus asa nya, karena ia sudah dibuat tak bisa tidur semalam karena terus kepikiran dengan senyum Rio.

"Memang boleh lebih dari satu?" Sullyoon tak yakin.

"Tentu saja boleh"

"Tiga kalau begitu, appa dan eomma pasti juga belum makan di rumah" Rio terkejut, ia salut dengan Sullyoon yang masih memikirkan orang tua nya di rumah, bukan karena Miyeon tak memikirkan, dia tentu tak enak jika harus meminta Rio untuk mentraktir keluarga nya, sedangkan sang dongseang pikiran nya masih sangat polos, tentu tak sungkan untuk meminta nya pada Rio, mereka keluar dari kedai sambil menenteng kantong berisi tiga porsi nasi bulgogi.

"Kenapa banyak sekali?" Tanya Miyeon.

"Untuk appa dan eomma juga unnie" jawab Sullyoon lugu, padahal Miyeon sudah sangat malu pada Rio, tapi mau menegur sang dongsaeng pun ia juga segan.

"Pulanglah, bawa sepeda appa" perintah Miyeon

"Ne unnie" Sullyoon meletakan kantong nya di keranjang depan.

"Gumawo oppa, Sullyoon pulang dulu" pamit nya.

"Hati-hati ne" pesan Rio, ia kembali duduk bersama Miyeon, melanjutkan makan nya.

"Aku ingin bertanya pada mu Miyeon-ie, sudah lama aku memendam nya, tapi aku harus menunggu saat yang tepat dan mungkin ini waktu nya" kata Rio.

"Soal apa?" Wajah Miyeon penuh tanya.

"Teman-teman ku, Sean, Krystal, Yeri, Joy, Wendy, dimana mereka sekarang? Kamu pasti lebih tahu kan?" Tanya Rio dengan wajah sendu nya, Miyeon tak menjawab, ia terdiam beberapa saat, bohong jika ia jawab tak tahu, karena ia lah yang masih disana sampai saat ini.

"Sean oppa, dia pulang ke Australia dengan anak dan istri nya"

"Joy, dia orang yang pertama pergi dari toko itu, sebulan setelah Sean oppa"

"Di susul Yeri, yang sekarang bekerja di sebuah restauran Chinnese food" lanjut Miyeon, meski ia terkesan cuek, tapi ia tahu semua cerita tentang orang-orang di sekitar Rio dulu.

"Lalu Krystal?" Tanya Rio penasaran.

"Dia yang paling terakhir pergi, setelah Wendy unnie, yang sekarang bekerja di sebuah pabrik pengemasan, tentang Krystal unnie, aku kurang tahu keberadaan nya sekarang" jawab Miyeon jujur, raut wajah Rio berubah sendu.

"Kenapa kamu tak menghubungi nya?"

"Ponsel ku ganti"

"Kamu tidak menyimpan nomor mereka?" Rio menggeleng





#TBC

Hati HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang