Tak terasa, lima tahun sudah Rio dan Sean pergi dari Coex mall, dan kini ia kembali ke mall itu lagi, hendak melepas rindu dengan sahabat-sahabat nya dulu, penampilan Rio sudah berubah, tak seurakan dulu, lebih rapi, dan sikap nya pun berubah, mungkin karena dia semakin dewasa, ia berjalan sambil tersenyum lebar ingin memberi kejutan pada Krystal, Sean, Joy, Yeri dan Wendy, ia pun memasuki toko baju yang manageri Krystal waktu itu, senyum merekah di bibir nya, sambil berdiri penuh percaya diri diambang pintu toko.
Rio mengedarkan tatapan nya, mencari seseorang yang mungkin ia kenal, tapi nihil, Joy, Yeri, Wendy dan Krystal tak ada.
"Ada yang bisa kami bantu oppa?" Tanya seorang gadis yang berusia sekitar awal dua puluhan.
"A-aku mencari Krystal, manager di toko baju ini" jawab Rio, gadis itu mengerutkan kening nya bingung.
"Tidak ada yang bernama Krystal disini" jawab gadis.
"Joy, Yeri, Wendy?" Gadis itu menggeleng, dan menatap Rio aneh, panik, pria itu pun menoleh, ke arah distro milik Sean, dan sudah beralih menjadi toko perlengkapan bayi, sedangkan bekas toko mainan milik Rio dulu, menjadi sebuah salon kecantikan, kedua kaki Rio gemetar, rasanya ia ingin menangis sekarang, tak mengetahui keberadaan teman-teman dekat nya dulu, yang memiliki kenangan tak sedikit, toko baju Krystal masih, tapi pegawai dan manager nya semua ganti, dan Rio tak tahu kemana mereka, termasuk Sean, ia pun menyandarkan tubuh nya di samping pintu masuk toko Krystal, berusaha menenangkan keterkejutan dan kesedihan nya, lalu Rio pun pergi ke lantai tiga, dan semua masih sama, masih ada kedai kopi Singapure yang menyediakan menu sarapan sederhana yang dulu kerap ia kunjungi bersama Sean dan Krystal.
"Kalian dimana?" Batin Rio putus asa, ia pun mengambil tempat duduk, lalu memesan kaya toast, telur setengah matang, dan teh susu, sarapan khas orang Singapure.
Tenggorokan Rio terasa sakit untuk menelan karena ia menahan tangis, ia menyesali kebodohan nya yang pergi begitu saja dan menghilang dari orang-orang yang berharga untuk nya, ia mendatangi restauran ini hanya untuk bernostalgia, karena yang di cari nya semua sudah tidak di ketahui keberadaan nya, hampir dua jam Rio menghabiskan waktu nya di resto itu, sambil termenung, memikirkan ia harus mencari kemana lagi.
"Miyeon" seru Rio dalam hati, ia pun segera turun kembali ke lantai dasar, menuju ke toko parfum milik Seulgi, sambil sedikit berlari, dan sesampai di sana, gadis yang ia cari pun juga tidak ada.
"Apa dia ke toilet ya?" Batin Rio, ia hanya berani mentap toko milik Seulgi dari luar, dan tanpa pikir panjang, Rio pun kesana, tapi lagi-lagi nihil, ia pun menghela nafas, lalu pergi dari mall itu, untuk pulang.
Dan malam nya, ia pun pergi ke tempat ia, Sean dan Krystal biasa makan malam bersama, berpikir siapa tahu akan bertemu dengan salah satu dari mereka di sana, sampai lewat tengah malam.
Kriinggg. . .
Ponsel Rio berdering, sang hyung menghubungi nya.
"Hallo"
"Hallo hyung"
"Kamu dimana?"
"Mencari udara segar diluar hyung"
"Tengah malam begini? Cepat pulang, appa dan eomma mengkhawatirkan mu"
"Ya hyung"
Rio begitu patuh pada hyung dan orang tua nya, jadi ia pun menurut ketika di suruh pulang, dan setiba nya di rumah.
"Dari mana malam-malam begini? Kamu besok masih harus bekerja bukan?" Sambut sang eomma Tiffany.
"Ne eomma, Rio hanya bosan di rumah tadi" jawab nya
"Cepat bersihkan diri mu, lalu beristirahtlah"
"Ne eomma" ayah Rio adalah pensiunan guru yang masih mendapatkan tunjangan pensiunan setiap bulan nya, sedangakan Tiffany hanya ibu rumah tangga biasa.
Keesokan hari nya, Rio sudah bersiap untuk mulai bekerja.
"Uncle, ayo" ajak Wonyoung, sang keponakan, putri pasangan Im Yoong dan Seohyun, yang telah berusia dua belas tahun.
"Iya iya kita berangkat sekarang" Rio pun segera menghampiri sang keponakan, ia akan mengantar Wonyoung ke sekolah lebih dulu dengan mobil box nya, sebelum mulai berangkat menuju ke mall atau toko-toko mainan langganan nya, ya Rio sekarang menjadi sales sekaligus suplayer mainan yang ia kelola sendiri, ia tak lagi memiliki toko mainan, tinggal Yoong dan istri nya yang masih membuka toko mainan di mall.
"Bye uncle" Seru Wonyoung begitu keluar dari mobil sang paman.
"Bye baby girl" balas Rio
"Im not a baby, uncle!" Protes Wonyoung, sambil berkacak pinggang, dan memasang wajah marah nya, tapi Rio hanya terkekeh, lalu melajukan mobil nya menuju ke mall pertama yang harus ia kunjungi.
"Rio" sapa sang pemilik toko, pasangan paruh baya Jung Yunho dan BoA
"Tuan Jung" balas Rio.
"Hari ini mungkin kami akan mengorder banyak mainan, dan istri ku sudah mencatat nya"
"Wah, senang mendengar nya tuan Jung, semoga toko mainan nya semakin berkembang nanti" doa Rio.
"Ini Rio pesanan kami, barang nya bisa kamu antar besok kan? Lihat lah, rak ku banyak yang kosong" pinta BoA
"Tentu nyonya Jung, besok aku akan mengantar nya lebih awal"
"Baiklah, masih mau kemana lagi?" Tanya BoA
"Toko Jung adalah yang pertama aku datangi, jadi perjalanan ku masih panjang hari ini nyonya Jung" jawab Rio, pasangan itu pun tertawa.
"Senang bertemu dengan pemuda yang bersemangat dalam menjalankan pekerjaan seperti mu ini" puji Yunho pada Rio, pemuda itu tersenyum malu-malu.
#TBC