Miyeon terkekeh memasuki rumah nya, berpikir bahwa Rio tadi bercanda dan tak benar-benar marah, ia kini tak lagi di jemput sang ayah setiap pulang bekerja, semenjak kecelakaan waktu itu.
"Kamu ada uang unnie?" Tanya Sullyoon saat sang kakak perempuan memasuki rumah.
"Ada, mau beli apa?" Miyeon balik bertanya, karena hari ini dia gajian.
"Beras di rumah habis" lirih Sullyoon.
"Appa dan eomma kemana?"
"Mengantar telur ke toko tuan Shindong" jawab Sullyoon.
"Kalian sudah makan?" Tanya Miyeon lagi, Sullyoon menggeleng.
"Ayo kita beli beras" ajak nya, mereka ke pasar terdekat yang masih buka, di Korea memang ada beberapa pasar tradisional yang buka sampai malam, kedua perempuan muda itu pun berbelanja beras dan kebutuhan lain nya, sampai uang Miyeon hampir habis, ya, keluarga Cho memang menggantungkan hidupnya pada Miyeon, itulah kenapa gadis itu rajin bekerja, karena jika tidak, siapa yang akan memenuhi kebutuhan keluarga nya, mengandalkan jualan telur sang ayah juga tak mungkin, karena tiga hari kadang hanya terkumpul satu kilogram telur.
Ahjuma dan ahjusi Cho pun pulang, dengan wajah sendu, karena harga telur nya turun, untuk membeli beras tak cukup, akhir nya mereka pun membeli ramen instan tiga bungkus.
"Miyeon-ie, Sullyoon-ie" panggil sang ayah.
"Appa, eomma, sudah pulang?" Sambut si bungsu.
"Eomma buatkan ramen ya, kita makan bersama?" Ujar sang ibu.
"Unnie mu sudah pulang kan?" Tanya sang ayah.
"Tidak perlu eomma, unnie sudah membeli beras" jawab Sullyoon, Miyeon pun muncul dari dapur.
"Kita makan malam ne, Miyeon sudah memasak dengan Sullyoon tadi" kata si sulung, appa dan eomma mereka pun saling bertatapan, merasa bersalah.
"Maafkan appa ne" lirih appa Cho dengan suara gemetar.
"Appa tidak perlu meminta maaf, ini sudah menjadi tanggung jawab Miyeon sebagai anak sulung" balas Miyeon.
Keesokan hari nya
Seperti biasa, Miyeon mulai berangkat bekerja, dan Rio pun juga, setelah dari pasar, ia berniat ingin mengunjungi toko Jensoo yang membuka jasa kurir, rupa nya sudah hampir selesai.
"Hyung" sapa Rio.
"Rio, syukur kamu datang, tolong bantu hyung mengangkat sofa ini" pinta Jisoo.
"Siap hyung, noona kemana?" Tanya Rio.
"Menjemput Junghwan sekolah" jawab Jisoo.
"Kapan mulai buka hyung?"
"Menunggu Sean kembali ke Korea, tak sampai sebulan mungkin"
"Kamu tidak bekerja?"
"Sudah beres hyung, semua pesanan sudah ku antar" Rio mengechek ponsel nya, ia lalu berpamitan pada Jisoo, dan berjalan menuju keluar dari mall, tak sengaja, Rio melihat Miyeon sedang berbicara dengan Taeyeong, pemuda yang kemarin di bicarakan oleh gadis itu, mereka sambil berdiri di depan toko masing-masing.
Set
Rio merangkul bahu Miyeon dari belakang, gadis itu menoleh, Taeyeong langsung terdiam.
"Sudah waktu nya makan siang, ayo kita makan" ajak Rio perhatian.
"Tapi. . ." Tolak Miyeon
"Aku sudah meminta ijin pada Seulgi" Rio menarik Miyeon menuju ke lantai tiga, ia tak menyapa Taeyeong sama sekali, gadis itu mengerjab bingung, tapi tak menolak ajakan Rio, yang membawa nya ke sebuah restauran.
Saat hidangan sudah tersaji, Miyeon pun mencari tisu, lalu meletakan nya ditelapak tangan kiri nya, dan mulai mengambil potongan daging untuk ia bungkus dengan tisu.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Rio heran.
"Membungkus daging nya untuk Sullyoon di rumah, dia hampir tidak pernah memakan daging sapi atau pun babi" jawab Miyeon apa ada nya.
"Kita bisa memesankan nya untuk Sullyoon nanti, itu milik mu, makan lah" kata Rio.
"Aku tak. . ."
"Makan" paksa Rio, Miyeon pun memakan nya dalam diam, meski ia sungkan karena Rio harus membelikan nya juga Sullyoon.
"Rio"
"Hm?"
"Kenapa kamu dulu sangat menyebalkan?" Tanya Miyeon.
"Menyebalkan bagaimana? Aku selalu berusaha menyapa mu, mengajak mu berbicara, tapi kamu mengabaikan ku, dan kenapa kamu berbeda dalam memperlakukan aku dengan Sean?"
"Karena aku benci tatapan mesum mu itu"
"Aku hanya mesum pada yang lain, tidak pada mu"
"Kamu tahu, semua pegawai yeoja, dari ujung shopping street sana, sampai ujung sana, semua menganggap kamu itu mesum dan mata keranjang" beber Miyeon, Rio terbelalak.
"Wah, aku setenar itu rupanya di sini" bangga nya.
"Tapi itu dulu, sekarang sudah banyak toko yang berganti pegawai" kesal Miyeon dengan rasa percaya diri Rio.
"Kamu tidak risih dengan image itu?"
"Tidak"
"Kenapa?"
"Karena mereka hanya mengenal luarku, tanpa tahu aku lebih dalam, jadi biarkan saja, aku tidak peduli"
"Sekarang, apa kamu masih mesum?"
"Menurut mu?" Kesal Rio pada Miyeon, gadis itu terkekeh lucu.
"Aku tidak tahu" jawab nya.
"Aku tidak mau menjawab nya" Rio sengaja, agar Miyeon memperhatikan sendiri seperti apa ia sekarang.
"Kamu pernah berkencan?" Tanya Rio pada Miyeon, gadis itu menggeleng.
"Kamu pernah jatuh cinta?"
"Apa itu jatuh cinta? Seperti apa rasa nya?" Tanya Miyeon polos.
"Jatuh cinta itu, setiap kamu melihat nya, jantung mu akan berdebar seolah sedang lari marathon, ada desiran aneh di hati mu, selalu ingin bersama nya, setiap berjauhan ingin bertemu, tak peduli dengan apa pun, kamu selalu ingin menjaga nya, melindungi nya, bahkan memiliki nya" jawab Rio, sambil menerawang, memikirkan penjelasan selanjut nya untuk Miyeon, gadis itu menatap serius wajah Rio yang duduk di depan nya, dengan tatapan lugu tapi juga memuja.
"Berarti aku sedang jatuh cinta sekarang" lirih Miyeon, Rio mengerjab menatap nya kaget.
"Kamu jatuh cinta pada Taeyeong?" Tebak Rio, Miyeon menghela nafas kecewa, dan tak menjawab nya.
#TBC