Hari demi hari berlalu, kini hubungan Una dan Jackson semakin dekat. Hanya beberapa orang saja yang mengetahui bahwa mereka menjalin hubungan tanpa status yakni Gabby, Wendy, Arin, Davin dan Algi. Ya, hanya orang terdekat, Dani si lelaki penggosip pun bahkan tak tahu, kalau ketahuan dia pasti bocor ke penjuru sekolah. Abang beserta kawannya pun sepertinya tahu karena mereka sering pergi berdua, kalau tidak karena itu juga paling karena Algi sering meledek Jackson ketika futsal dan hal tersebut sampai di telinga Rio lalu ia meneruskannya pada Noval. Noval sih tidak masalah, mau Una menjalin hubungan atau tidak. Yang terpenting adalah tugasnya menjadi ojek untuk Una berakhir digantikan oleh Jack.
Kini Una pulang bersama Wendy menaiki angkutan kota, Jackson mulai sibuk berlatih futsal setiap hari karena pertandingan sudah semakin dekat sedangkan abangnya harus mengikuti bimbingan belajar dan tentu Una terlalu malas menunggunya. Sebenarnya Jackson sudah menawarkan untuk mengantarkan Una pulang tapi Una tahu diri dan enggan membuat latihan Jackson terganggu. Ia juga sempat meminta Una menonton latihan, tapi Una terlalu malas. Ia pasti diajarkan teriak-teriak lagi oleh Arin.
Dan kesibukan Jackson ini telah berjalan seminggu, ia terus berlatih. Ada sedikit kerinduan kepadanya, namun mau bagaimana lagi. Mau mengajaknya pergi di akhir pekan pun tak enak, ia pasti lelah. Chatting pun seadanya, pada akhirnya Una mencoba meredam rasa rindunya itu dengan mencari kesibukan. Ia malah lebih sering pergi bersama anak basket yaitu Gabby dan teman-temannya.
Sesampainya di rumah, ia memasuki kamarnya dan mendapati seorang pria tengah duduk di meja belajarnya. "Abang ngapain?" Tanya Una. Noval menoleh sambil menunjukkan buku kimia milik Una dan menjawab, "Pinjem ini, abang lupa materi kelas sepuluh."
Una mengangguk lalu merebahkan tubuhnya di ranjang tanpa mengganti seragamnya. Ia membuka ponselnya dan membaca pesan dari Jackson yang menanyakan apakah ia sudah sampai atau belum.
Una menyimpan kembali ponselnya setelah menyadari satu hal, "Abang kok udah pulang? Nggak bimbel?"
"Libur," jawabnya santai.
Una berdecak sebal, "Tau gitu Una pulang bareng abang,' tuturnya.
"Lah mana tau, gue kira lu nonton Jack latihan," ia menunjukkan layar ponselnya dan menunjukkan sebuah foto. Dimana foto tersebut foto yang Rio unggah di akun media sosialnya. Foto tersebut menampakkan lapangan futsal dengan beberapa orang di bangku penonton termasuk Jackson, Algi, Arin dan beberapa anggota futsal dan club supporter lainnya. "Gue kira ini lu," tambahnya sambil menunjuk wanita yang tengah berbincang dengan Jackson, ia memakai hoodie pink seperti milik Una dan membelakangi kamera.
Una menyipitkan matanya dan memberi tahu bahwa gadis itu adalah Lea teman sekelasnya. "Nggak nonton? Cowoknya latihan, barang kali butuh semangat dari ayang," tutur Noval.
Una menggerakkan tubuhnya yang tengah berbaring ke arah Noval, "Emang harus? Kan udah ada yang supporteran," jawabnya.
Noval memutar bola matanya malas, "Ya kalo dari cewek sendiri beda kali, dek."
Una mengangguk paham, "Kok tau? Emang abang pernah punya cewek?" Ledek Una yang tahu bahwa Noval adalah langganan korban friendzone, kalau tidak friendzone ya korban ghosting. Memang miris.
"Bodo amatlah, dek. Btw kata Rio, cowok lu sering boncengin cewek tuh kalo latihan," tutur Noval.
"Iya, Lea. Temen sekelas Una, itu cewek yang lu tunjukkin tadi btw," jawab Una santai.
"Lah, nyantai amat. Nggak panas apa?"
Una menggeleng, "Jack juga bilang ke Una kok kalo mereka ke GOR si Lea suka minta nebeng. Jadi apa masalahnya? Lagian kalo aneh-aneh kan ada Arin di sana," jelasnya.
"Jangan polos-polos amat, dek."
Una menatap Noval bingung, "Polos gimana? Lagian emang kenapa sih, bang? Kan temen. Una juga nggak mau larang-larang dia sih," tutur Una.
Noval berdiri seraya menjawab, "Yakin cewek cowok bisa temenan tanpa perasaan?" Noval pun keluar dari kamar Una dengan buku kimia di tangannya.
Sedangkan Una terdiam setelah mendengar pertanyaan Noval barusan. Benar juga ucapannya, bagaimana kalau Lea atau Jackson saling menyimpan perasaan? Bagaimana jika karena Una tak mau datang menontonnya, Jackson jadi menerima support dari Lea yang selalu menonton pertandingan? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu pun terus terlintas di benak Una. Una menggelengkan kepalanya. Sial, pertanyaan Noval tadi sukses membuat dirinya overthinking. Ia terus berusaha mengembalikan pikiran positifnya, ia harus percaya pada Jack kan?
Una pergi ke kamar mandi, ia harus membersihkan tubuhnya sekaligus mendinginkan kepalanya yang memanas karena terus berpikir berlebihan. Setelah itu ia kembali membuka ponselnya dan menyentuh ikon video call dengan nomor Jackson namun tak ada jawaban. Una bodoh, tentu saja di jam segini Jackson masih berlatih.
Ia membesarkan volume nada dering di ponselnya lalu menaruh ponsel tersebut di sampingnya. Matanya lurus menatap langit-langit kamarnya sambil terus menunggu Jackson menghubunginya. Kamar itu pun hening, yang terdengar hanyalah suara jarum jam yang terus bergerak seiring berjalannya waktu. Pikirannya mulai menelaah jauh mengenai pria yang ia sukai itu. Detik demi detik berlalu, yang ia tunggu pun tak kunjung muncul. Una mengambil ponselnya dan membuka aplikasi media sosial Instagram lalu mencari akun milik Lea. Ia melihat story dari akun tersebut. Ada beberapa story di sana, yang menangkap fokus Una adalah yang terakhir. Dimana story tersebut berupa sebuah video, Lea tampak berjoget ringan dengan Jackson duduk beberapa jengkal di sebelahnya. Di video tersebut Jackson terlihat berkeringat dengan air mineral di tangannya. Ia terlihat melirik Lea yang tengah berjoget dengan wajah datar sedangkan Lea yang melihat Jackson seperti itu pun tertawa dan video berakhir.
Tidak ada yang salah dari video tersebut, jarak duduk antara mereka juga terhalang oleh tas dan beberapa barang lainnya, tidak terlalu dekat. Tapi mengapa Una merasa tak nyaman dan risih, inikah cemburu? Una menggulingkan tubuhnya menjadi tengkurap, ia menaik turunkan kakinya menendang kecil ranjang tersebut dengan gusar. Di tengah gelisahnya itu Una terkejut kala suara nada dering dengan volume penuh mulai terdengar. Detik berikutnya ia tersenyum saat tahu panggilan video tersebut dari orang yang sejak tadi ditunggunya.
"Lama banget. Gue kan nungguin," keluh Una setelah menerima panggilan video tersebut.
Jackson terlihat terkekeh, ia tak memakai baju dengan rambut yang masih basah, "Kenapa? Kangen?"
Wajah Una terlihat sangat bete, ia mengangguk perlahan membuat bibir Jackson melengkung ke atas. "Kan gue latihan, sayang. Tadi juga nurunin Lea dulu depan gangnya," jelas Jackson.
Kamera Una dialihkan ke kamera belakang, "Sama Lea mulu," lirihnya.
"Dih, panas Neng? Mana coba liat muka marahnya," goda Jackson.
"Jack! Apaan sih, ah! Gue matiin ni ya bodoamat," ancam Una.
"Ya udah matiin aja. Mau tidur juga sih gue," jawab Jackson santai.
Wajah Una nampak semakin kusut mendengar itu, apa Jack tidak tahu ia sedang kangen? Jack menyebalkan, Una berdecak sebal lalu memutuskan panggilan video mereka dan segera mematikan data seluler dan Wifi yang terkoneksi. Kalau sudah begini ia harus jauh-jauh dari Jack dulu, kalau tidak ya pasti memicu keributan. Ya walaupun sebelumnya mereka belum saling ngambek sih. Beberapa minggu pertama tentunya hubungan masih hangat-hangatnya.
Tbc
Vote Sabi kali ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
Teen FictionKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...