BAB 12 PART I

857 89 2
                                    

"Ck, sepi amat," gerutu Una saat ia berjalan di pinggir menuju kelasnya. Hari ini adalah hari Jum'at tepat dimana kegiatan latihan dasar kepemimpinan siswa dilaksanakan. Una menoleh ke arah lapangan, hanya terlihat beberapa anggota OSIS MPK yang sedang mempersiapkan apel pagi.

"Rajin ya, pagi-pagi udah di sini," celetuk seseorang dari belakang. Una menoleh, terlihat seorang siswa anggota MPK yang sedang membawa sebuah mic dan kabel yang ia lilitkan dilengannya.

Fariz, siswa kelas sebelas yang merupakan kakak kelasnya juga saat SMP. "Iya, kak. Ga mau lagi deh diomelin OSIS gegara telat ldks," jawab Una. Ia ingat betul saat ia telat datang LDKS SMP dulu. Ia dimarahin habis-habisan oleh para seniornya. Termasuk Kak Fariz yang saat ini berdiri di depannya.

"SMA tobat ni yaa," ledek Fariz diiringi tawa kecilnya. "iya, dong. Abisnya Kak Fariz serem, sih kalo ngamuk."

Fariz kembali tertawa, ia mengingat ketika ia memarah-marahi juniornya saat SMP. Ada satu siswi yang menarik perhatiannya. Aluna, ia datang terlambat dengan tanpa rasa bersalah dimatanya. Tapi ketika dibentak, seketika wajah bulatnya memucat. Matanya terlihat ketakutan dan itu sangat menggemaskan baginya.

"Tapi sekarang mental gue udah jadi ya, kak. Sorry aja nih. Nggak takut," tambah Una dengan nada menantang.

Fariz mendekatkan tubuhnya ke tubuh Una, Una panik bukan main. Jantungnya berdebar sangat kencang, ujung jarinya mengeluarkan keringat dingin. "Bagus, tapi jangan kebanyakan nyaut. Liat, tuh OSIS yang lagi pake almet," tunjuk Fariz ke orang yang dimaksud.

Una melihat siswi yang ia maksud lalu mendongak melihat wajah Fariz yang sangat dekat dengannya. Sial, ia semakin gugup. "Nah, dia nggak suka disautin. Tajem, Lun mulutnya," jelas Fariz sambil melihat kembali ke arah Una.

Pandangan mereka saling bertaut, Una masih melihat Fariz dengan raut cengo seperti orang bodoh. Fariz tersenyum tipis, senyumannya membuat aliran darah di tubuh Una semakin lancar. Kini seluruh tubuhnya terasa panas, ia sudah tidak tahu lagi seberapa merah pipinya sekarang. Una melangkahkan mundur, ia pun membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan. Ia sampai tidak sadar apa yang ia lakukan sekarang. Ia bahkan tidak pamit.

Una berbalik badan, "Eh, gue duluan ya, Kak. Bye," pamitnya dengan gugup. Una kembali berjalan menjauhi Fariz yang menatapnya sambil tertawa kecil. "Nametagnya pake ya! Ga mau gue omelin kan?"

Sial, Fariz masih mengingat kejadian tiga tahun lalu rupanya. Selain terlambat, Una juga tidak memakai nametagnya ketika apel. Karena itulah ia diincar oleh OSIS sebagai sasaran empuk untuk dimarahi. Saat itu Una dimarahi oleh seorang siswi, sedangkan Fariz berkeliling mencari murid yang setipe dengan Una, yaitu tidak patuh. Fariz melirik Una lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia ini kebagian memarahi para siswa. Jadi Una selamat, sudah cukup baginya dibentak oleh pria itu di gerbang barusan. Teriakannya membuat Una takut.

Una sampai dikelasnya, ia mengernyitkan dahi tatkala melihat Gabby dan Jackson sudah berada di kelas. Ada juga beberapa tas tanpa pemilik yang sudah tersimpan di atas kursi. Jackson duduk di depan Gabby dengan tubuh yang menghadap ke arahnya. Gabby dan Jackson sedang menuliskan sesuatu di kardus yang dibungkus kertas karton berwarna pink. Mereka sedang membuat nametag, Gabby hanya tinggal menuliskan identitas saja. Sedangkan Jackson, nametag miliknya terlihat baru dibuat, ada beberapa lem yang terlihat tercecer di pinggiran nametagnya. Name itu masih polos, tanpa identitas dan foto, pita untuk mengalungkan ke lehernya pun tidak ada. Dasar Jackson, Una jadi ingat ketika masa MPLS kemarin. Saat itu Jackson juga bermasalah dengan nametagnya, ia membuatnya mendadak dan sempat meminjam spidol Wendy. Kala itu Una sebal melihat kelakuan Jackson dan rasa jengkelnya itu tertawa sampai sekarang bahkan bertambah.

"Belom beres?" Tanya Una sambil duduk disebelah Gabby.

"Iya nih. Tulisin dong, tadi malem ketiduran gue," pinta Gabby. Una menyesal berbasa-basi, Gabby memang agak tidak tahu diri. "Males," tolak Una lalu mengalihkan pandangannya ke arah Jackson.

"Tumbenan pagi, mau nyaingin OSIS?" Tutur Una kepada Jackson. Jackson menghentikan kegiatannya sambil melirik Una. "Yoi, mau join gue. Kakel OSIS cakep-cakep."

Una memutar bola matanya malas, tak ada bedanya dengan Algi dan Davin, dikit-dikit cewek. "Cewek terussss.. "

"Kenapa? Cemburu?"

Una menarik napasnya, bagus ia salah merespon. "Ga usah ngaco!" Jawab Una sambil melemparkan penghapus ke wajah Jackson.

"Ribut dah ni ribut! Di luar sono. Gue lagi fokus ngen," sindir Gabby.

"Dih, Jacknya tuh," elak Una.

"Iya, Na salah gue. Ngalah deh buat lu mah," celetuk Jackson sambil kembali menulis di nametagnya. Una menirukan ucapan Jackson tanpa suara dengan bibir bawah yang sedikit ia majukan.

Una mengedarkan pandangannya ke seisi kelas dan terfokus ke meja Algi, "Algi udah dateng? Tumbenan," tanya Una.

"Heem. Lagi gue suruh ke fotokopi. Nyuci foto," jawab Jackson. Una melirik dua nametag yang bertuliskan nama Algi dan Jackson tanpa foto.

Kelas pun mulai ramai seiring para murid yang berdatangan, Algi masuk ke dalam dengan santainya sambil memutar-mutar kunci motor diikuti dengan Davin yang berjalan di belakangnya dengan tas ransel yang masih menempel di punggungnya.

"Nih, ongkir ye," ucap Algi  sambil memberikan beberapa foto Jackson.

Una mengambilnya salah satu foto Jackson lalu tertawa, "Formal amat foto lu. Mau ngelamar kerja?" Ucap Una yang membuat mereka tertawa.

"Paling takut dibilang sok ganteng lagi sama OSIS," saut Davin mengingat Jackson yang dikatai karena fotonya saat LDKS SMP dulu.

"OSIS asu emang. Padahal kan gue emang ganteng," jawab Jackson dengan percaya dirinya.

Jackson dan Algi pun selesai menempelkan foto mereka. Gabby juga telah selesai menuliskan identitas di nametagnya. "Ini pitanya mana ngen? Lu ga lupa kan?" Ucap Jackson.

"Abis," jawab Algi dengan santai.

"Lah terus gimana?"

"Diomelin paling," jawabnya lagi dengan ekspresi yang sama.

To be continue
Vote n comment guys
Thanks for reading

https://saweria.co/elvcello

Tap for support atau request double update

Addiction Of Annoyance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang