Una bersenandung kecil ketika merasakan air yang jatuh dari shower, saat ini mereka diberikan waktu istirahat selama satu jam.
"Le, lu masih di situ kan?" Teriak Una ke kamar mandi sebelah. Setelah Lea menyahut Una kembali melanjutkan mandinya dengan lega. Rasanya sangat tidak nyaman mandi di sekolah, jangankan mandi buang air saja kadang was-was. Hari juga telah berganti malam, Una sempat mengajak Gabby untuk mandi tapi tentu saja Gabby si pemalas itu menolaknya mentah-mentah. Badannya terasa lengket karena keringat, rasa tidak nyamannya itu mengalahkan rasa takutnya mandi di kamar mandi sekolah.
Setelah selesai mandi, Una keluar dan bercermin di toilet yang menyediakan cermin besar bersama Lea. Una mulai menyisir rambutnya yang basah dan memakai skincare rutinnya.
"Pengen langsung tidur, tuhan. Bosen banget gue dengerin materi dari pagi," gerutu Una sambil membereskan barang-barang miliknya. Lea mengangguk-angguk setuju dan berkata, "Iya anjir. Mana panitianya kek tai."
Setelah selesai Una mulai berjalan keluar bersama Lea dan melihat seseorang keluar dari toilet siswa. Jackson, kini langkah pria tersebut terhenti. Jackson memperhatikan Una yang terlihat kaget bahkan wanita itu membulatkan matanya lalu menunduk. Ia mencengkram jinjingan yang ia bawa. Jackson menoleh ke belakang memastikan tidak ada hal aneh yang Una lihat di belakangnya. Semuanya aman, tidak ada yang aneh. Jack mulai memperhatikan tubuhnya, tidak ada yang aneh juga.
"Lu kenapa? Kek abis liat setan," tutur Jackson.
Una menghela napasnya, rasanya ia ingin bilang, "Iya emang lu setan." Namun ia urungkan. Ia ingat Jackson telah berbuat baik untuknya tadi siang dan yang membuat Una gugup sekarang adalah hal itu. Ia belum mengucapkan terima kasih dan tidak tahu harus bersikap seperti apa.
"Dia kesambet di kamar mandi?" Tanya Jackson lagi kepada Lea. Lea menggeleng.
Una menggigit bibir bawahnya dengan pandangan ke samping. Ia memberanikan diri menatap Jackson dan berkata, "Thank you." Jackson menatapnya bingung ketika Una tiba-tiba berterima kasih dengan nada ragu.
"Makasih apaan? Gue nggak ada ngasih sumbangan ke lu." Rasanya Una ingin membekap mulut Jackson dengan jinjingannya. Kini rasa bingung Una semakin besar. Ia ingin membalas semua perkataan menjengkelkan yang keluar dari mulut Jackson tapi di sisi lain Una tidak enak karena Jackson telah membantunya siang ini.
"Siang tadi," jawab Una singkat. Jackson mengerti, ia tertawa dalam hatinya padahal ia hanya memakan telur dan sawi tapi kedua hal itu berhasil membuat Una berterima kasih. Padahal ia pikir yang ia lakukan tadi siang tidak ada pengaruhnya.
"Nyantai, lagian dimakan bareng-bareng ama yang laen," tutur Jackson. Una mengangguk dengan perasaan lega.
"Gue duluan," pamit Una. Ia
Jackson dan Lea berjalan berdampingan, Jackson terkekeh melihat Una berlari kecil dengan rambut basa yang ia jepit.
"Siang tadi ngapain emang kalian?" Celetuk Lea. Jackson melirik Lea sekilas kemudian menggeleng, "Tau, bocah nggak jelas," jawabnya lalu terkekeh.. Lea mengangguk mengerti, sejujurnya ada rasa ingin tahu yang besar. Lea melihat Una dan Jackson kembali dekat belakangan ini.
Una menoleh ke belakang dan melihat Jackson dan Lea sedang berbincang, Una penasaran kira-kira apa yang mereka bicarakan sampai-sampai Jackson terlihat senang. Detik berikutnya Una merasakab sesuatu yang keras menyentuh pipi tembem namun.
"Aw!" Ucapnya spontan sambil mengusap pipinya. Sang pelaku tertawa melihat itu diikuti dengan tawa Davin. Algi, ia mengepalkan tangannya dan mengarahkan ke pipi Una yang semakin dekat ke arahnya.
"Lagian lu liatin apaan ege?" Tanya Algi. Una menggeleng cepat dengan senyum yang menampilkan gigi kelincinya.
"Liat Jack nggak? Mandi ama Dani lama bener. Curiga gue," tutur Davin. Una menggese tubuhnya agar Davin dan Algi mrlihat Jackson.
"Yeu bocah pantes lama. Malah ama si Lea," gerutu Algi.
"Tapi baguslah masih straight daripada ama si Dani," timpal Davin. Algi mengangguk dan tertawa.
Tak lama Algi menatapnya dengan seringai di wajahnya. "Apa?" Panik Una.
"Jadi dari tadi lu liatin Jack ama Lea? Sampe nabrak tangan gue loh," ledek Algi.
"Ngaco!" Ucap Una lalu berjalan melewati kedua pria tersebut. Ia berjalan ke kelasnya yang saat ini akan menjadi tempat tidur baginya dan siswi di kelasnya. Jadi peserta LDKS ini diperintahkan untuk tidur di kelas masing-masing dengan murid laki-laki dan perempuan terpisah tentunya. Satu lantai terdiri dari empat kelas, dimulai dari kelas MIPA satu di lantai satu. Jadi satu lantai diisi oleh dua kelas dengan laki-laki dan perempuan terpisah.
"Ciaelah, Una salting ni ye," ledek Davin.
Una menoleh ke arah mereka laku mengacungkan jari tengahnya. Ia kembali berjalan ke kelasnya. Una menggerutu di dalam hati, kini ia kesal dengan Algi dan Davin. Mereka sama-sama menjengkelkan.
Una duduk di dekat Gabby masih dengan wajah kesalnya. Mereka menggelar karpet dengan bangku dan meja yang dirapatkan ke pojokan kelas.
"Lu kenapa? Ketemu setan di toilet? Gue bilang juga apa, jangan mandi," ucap Gabby dengan bangganya.
"Lebih parah dari itu, By!" Jawab Una sambil menatap panik Gabby.
"Apa?"
"Jackson, Algi, Davin," jawab Una lagi dengan dramatis. Gabby yang malas dengan drama mereka hanya memutar bola matanya.
"Btw Lea lu tinggal?" Tanya Gabby lagi.
"Bareng Jack," jawabnya. Gabby mengangguk paham, "Jadi yang lu maksud dari lebih parah dari setan itu.... Jack ama Lea yang jalan bareng?" Ucap Gabby. Una diam, bukan itu maksudnya... Ya walau pun memang itu juga membuat Una sedikit jengkel sih.
"Ngaco!" Jawab Una sambil mengalihkan pandangannya. Ini bahaya, kini virus menjengkelkan Jack tidak hanya menjangkit Algi dan Davin. Sepertinya Gabby juga mulai terinfeksi.
To be continue
Vote n comment
Thanks for readinghttps://saweria.co/elvcello
Click the link to support me or request double update. Thank u
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
Teen FictionKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...