Waktu rasanya berjalan begitu cepat, satu semester berlalu begitu saja. Rasanya baru kemarin Una daftar ke sekolah ini. Ia masih ingat betul saat pertama kali menginjakkan kakinya di sini dan saat masa perkenalan lingkungan sekolah. Ia juga masih ingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Jackson Jeandra.
Ngomong-ngomong soal manusia yang satu itu, ia tetap sama selama satu semester ini. Jack tetap menjadi orang yang menjengkelkan. Awalnya Una berpikir optimis bahwasanya mungkin Jackson akan bosan mengganggunya seiring berjalannya waktu. Lagi dan lagi pikiran baik itu selalu patah oleh tingkah Jackson yang semakin menjadi.
Misalnya, setiap senin saat upacara Una selalu menghindar agar tidak baris dekat Jackson dengan bergabung dengan tim paduan suara dan sialnya Jackson malah mengikutinya. Dengan berkata, "Kenapa? Gue nggak boleh di sini? Lu siapa? Gue kan di ajak Pak Adi gabung, gini-gini juga suara gue bagus, Na."
Tentunya jawaban Jack itu sulit untuk dibantah, hal yang bisa Una lakukan lagi-lagi hanya pasrah. Contoh lainnya adalah ketika ujian kemarin, kelas mereka dicampur dengan kelas senior sehingga dalam satu kelas harus terbagi menjadi dua ruangan dengan satu meja terdiri dari dua orang, satu kelas sepuluh dan satunya lagi kelas sebelas.
Harapan terbesar Una semoga ia tidak satu ruangan dengan Jackson. Tapi kenyataannya berkata lain. Una duduk di bangku pojok paling belakang dengan nomor delapan belas. Sedangkan Jackson duduk dua bangku di depannya. Selama ujian pun Una tahu bahwa Jack selalu melihat ke belakang, ia pasti sedang mencari jawaban. Kelakuannya itu bahkan membuat ia di tegur beberapa kali oleh pengawas ujian.
Sebenarnya masih banyak lagi gangguan yang berasal dari Jackson, terlalu panjang untuk dijabarkan karena makhluk itu selalu punya cara untuk mengganggu Una setiap harinya. Bahkan di hari libur pun, Jack selalu bisa membuat Una tidak tenang.
Una sering berbagi keresahannya ini kepada ketiga kawannya. Mereka sepakat menjawab jika Jackson menyukainya, tapi entahlah. Memangnya ada orang yang suka seseorang lalu melakukan hal-hal menjengkelkan? Sempat terlintas keinginan untuk bertanya langsung kepada Jack, namun Una masih cukup waras untuk tidak melakukannya. Mungkin kalian bisa menebak reaksi dan respon Jack tatkala Una melakukan hal tersebut. Una tidak mau ambil resiko.
"Gue menang nih. Nggak mau kasih selamet?"
Una mendongak memperhatikan sosok pria di depannya. Jackson tersenyum sombong dengan wajah dan tubuh berkeringat. Una melirik ke sekitar, pertandingan telah selesai. Saat ini sekolah mereka sedang mengadakan acara class meeting yang mana dalam acara tersebut diselenggarakan pertandingan beberapa olahraga. Tentunya Jackson mewakilkan kelas mereka untuk pertandingan futsal.
"Daniiii!" Teriak Una. Pria yang berdiri beberapa meter di depannya itu menengok, "Congrats ya!" Tambahnya, Dani tersenyum bangga dan mengacungkan jempolnya.
"Oon, kenapa malah ke Dani?" Protes Jackson sambil duduk di sebelah Una.
"Lah sama aja, kalian kan satu tim."
"Nggak gitu Aluna... " Ucap Jack dengan nada malas.
Una memutar bola matanya malas dan menatap Jackson, "Ya udah congrats Jackson Jeandra!" Tutur Una dengan terpaksa.
"Nah gitu dong." Jackson menyeruput segelas jus melon dingin yang ia bawa, "Mau nggak? Mantap nih, dikasih si Lea," ucap Jackson.
"Nggak nanya, nggak peduli," sahut Una seraya menggeser duduknya menjauh dari Jackson. Jauh di dalam hatinya ia berharap Gabby segera menyusul kemari agar ia bisa berhenti di ganggu Jackson.
"Nggak usah cemburu gitu," tutur Jackson yang langsung membuat Una spontan mencubit lengan Jackson.
"Ngaco!"
Pria yang dicubit itu meringis sebentar lalu terkekeh. "Gimana? Keren kan gue maennya?"
Raut wajah Una terlihat bingung, "Maen apa?"
Jackson berdecak sebal dan berkata, "Futsal dong Una... Ya kali mainin lu."
"Nyenyenye, gue aja baru kelar basket, pas ke sini pertandingannya udah mau kelar, padahal pengen banget liat," jelas Una.
Jackson tersenyum senang, "Liat gue? Tapi bagus deh kalo nggak liat. Nanti lu terpesona lagi liat gue keringetan."
Una menatap Jackson tak percaya, Una mengambil kerikil di sekitarnya lalu melemparkannya ke tubuh Jack, "Sembarangan, lagian gue mau liat Davin, dia kan mageran abis. Kok bisa tu orang ikut futsal."
"Cakep dia maennya ya walau cakepan gue sih. Tapi ya, Na... Lu kan bisa sambil liat gue juga," jawab Jackson sambil melempar gelas plastiknya ke tempat sampah.
"Pengen banget gue liatin?" Ledek Una, ia duduk bersila menghadap Jackson sambil mendekatkan wajahnya dan menatap Jackson.
Pupil mata Jackson membesar namun setelahnya Jackson balas menatap Una. Una terus memperhatikan bola mata Jack, bola matanya cantik. Sorot matanya menatap tajam namun terasa lembut, warna cokelat dimatanya terlihat sangat jernih tatkala sinar matahari mencapainya, bulu matanya yang lebat juga sangat indah.
"Lu bedua ngapain, bego? Mau cipokan?" Celetuk seseorang sambil mendorong kepala mereka berdua menjauh. Una tersadar akan apa yang ia lakukan lalu menelan air liurnya. Padahal antara Jackson dan dirinya tidak terlaku dekat tapi rasanya Una melakukan kesalahan besar. Ia benar-benar tidak tahu apa yang baru saja diperbuat.
"Ngaco, gue lagi mau hipnotis ni orang," ucap Jackson menjawab pertanyaan Davin yang kini sudah duduk di antara mereka.
Fokus Una teralih kepada wajah segar Davin, rambutnya juga terlihat basah berantakan. "Lu kecebur dimana, Vin?"
"Dih, mandilah gue. Jijik keringetan abis futsal. Bau tuh kek si Jack," jawab Davin.
Jackson yang namanya disebut itu memiting leher Davin tak terima, "Makan nih bau."
Dengan sigap Davin mencoba melepaskan diri, ia mendorong tubuh Jackson sambil mengeluarkan sumpah serapah, "Si anjing! Keringet lu tolol!"
Una yang melihat kelakuan kedua sahabat tersebut tertawa kencang, begitu juga dengan Jackson. Dengan wajah marahnya, Davin mencium aroma tubuhnya sendiri, "Sialan, bau matahari," keluhnya yang membuat tawa semakin terdengar.
"Bau sang juara itu. Iya nggak, Na?" Una mengangguk mengiyakan. Kali ini ia setuju, ternyata begini rasanya meledek dan mengganggu orang. Agak menyenangkan, pantas saja Jackson selalu mengganggunya.
"Eh, tapi lu tumben ikutan. Biasanya mager," ucap Una.
"Dipaksa si bangsat ini ama si Algi juga tuh. Mana si Algi abis menang kagak terima kasih lagi ama gue yang jebolin. Malah langsung sok keren depan ceweknya," cibir Davin.
Lagi dan lagi Una tertawa mendengarnya, "Oh lu yang masukin? Widih, gokil juga nih."
"Haha thank you," ucapnya.
Jackson menatap mereka bergantian, "Gue kan juga masukin, Na," celetuknya.
Mereka berdua menatap Jackson, "Ya terus?" Tanya Una. Jackson hanya berdecak, Una mengabaikannya lalu melanjutkan perbincangannya dengan Davin.
"Na, ayo! Briefing." Celetuk seseorang dari sebelah kanan.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
Teen FictionKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...