"Algi ada kumpul futsal dulu. Kita duluan aja," tutur Davin.
Saat ini Una, Gabby dan Davin sedang duduk di pojok belakang kelas. Rencananya mereka akan menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan guru seni budaya yaitu Pak Adi untuk membuat lukisan. Berhubung kelompok tersebut dibuat masing-masing alhasil Davin mengajak Una dan Gabby bergabung ke kelompok bersama Algi.
"Tinggal beli kanvas, cat sama kuas kan?" Tanya seseorang lalu duduk di samping Davin.
Una menoleh kemudian sedikit memiringkan kepalanya, "Lah, emang kita sekelompok?"
"Iya, Na. Disuruh berlima kan. Lagian awalnya kita cuma bertiga, gue, Algi ama Jackson. Terus si Jack suruh ajakin kalian," jelas Davin.
Una tersenyum meledek, "Oh, jadi lu mau sekelompok ama gue?" Tanyanya kepada Jackson.
Jackson memutar bola matanya malas, "Gue nggak nyuruh mereka berdua buat gabung ya. Gue bilangnya ajakin cewe," ucap Jackson.
"Idih, genit harus banget ama cewek," saut Gabby.
"Ngapain genit? Apalagi ama lu bedua. Lagian ya gue milih cewek karena biar bisa diandelin."
Davin hanya menyimak Jackson yang terus menyangkal, padahal ia sudah jelas ingin sekelompok dengan Una. Ia bilang, "Ajak aja cewek yang rajin, bisa di andelin dan seninya jago."
Ya walau Davin tak tahu apa tujuannya tapi sepertinya perempuan yang ia maksud adalah Una. Una cukup bagus di seni dan Jackson mungkin memanfaatkan bakat Una agar nilainya bagus. Namun, karena Davin tahu mereka sering bertikai mungkin Jackson gengsi mengajak Una dengan terang-terangan. Tapi tak biasanya Jackson ingin nilai bagus sampai-sampai memanfaatkan orang, mungkin Jackson hanya ingin bersama Una, ia tak tahu.
"Ya kalo gue sistemnya yang nggak guna coret," jawab Una dengan sombongnya.
Jackson menyeringai laku menyandarkan tubuhnya, "Kalo gue cuma pengen aja sekelompok ama lu gimana?"
Una terdiam dengan pandangannya yang teralih.
"Oalah, modus doang ternyata," ledek Gabby
"Kalo sama lu kan enak. Gue bisa santai terus lu yang kerjain," tambahnya sambil menatap Una kemudian menaikan alisnya.
Una melempar Jackson dengan penghapus, "Sialan, muka lu noh nyebelin."
"Nggak akan bener, nih Vin. Gue cari kelompok lain aja ya? Di sini hawanya panas jadi pengen ribut bawaannya. Ntar nggak kelar-kelar," tambah Una lagi.
"Nggak papa hiburan," jawab Davin.
Una berdecak dan melirik sinis Jackson yang sedang menatapnya dengan penuh ejekan, "Apa lu liat-liat? Demen, hah?"
"Demen banget," jawab Jackson dengan entengnya. Una kembali terdiam, ia tak tahu harus bersikap seperti apa. Tadinya ia akan memasukkan perkataan Jack ke hati namun ia tahu mulut Jackson tidak bisa dipercaya. "Abisan muka lu jelek sih kalo sebel gitu, jadi suka," timpal Jackson.
Suka? Maksudnya meledek? Una benar-benar bingung dan sebal sendiri. Ia tak tahu apa yang Jack inginkan. Padahal Una tak pernah berbuat salah pada pria itu.
"Iya suka, suka ngebully gue kan, nyet," sebal Una.
"Nah, pinter," kata Jackson sambil mengacak-acak rambut Una. Tidak, tidak seperti yang kalian bayangkan. Jack melakukan itu bukan seperti kisah novel yang mengacak-acak rambut sang pacar karena gemas. Jack melakukannya dengan agak kasar sampai-sampai kepala Una bergerak sesuai arah gerakan tangan Jack.
"Ck, Jack!" Kesal Una sambil melotot kemudian menahan tangan Jackson.
"Dih, pegang-pegang."
Una menghela nafas, lagi-lagi ia yang kelihatan salah.
"Hadeh, my love my enemy in real life," celetuk Gabby dengan nada malas.
"Nggak! Sembarangan," elak Una.
"My slave my enemy ya ga, Na?" Kata Jack.
Una mendelik, "Nggak!"
Sialan, Una terus mengumpat dalam dirinya. Jadi penyebab Jackson menyebalkan padanya karena Jack menganggap Una sebagai budaknya. Bisa-bisanya.
"So soan budak. Ntar malah jadi budak cinta repot," cibir Davin.
"Gue sih nggak bakal, ya. Nggak tau si kate," jawab Jack sambil menunjuk Una dengan dagunya.
Kate? Apa ia tak salah dengar Jack menyebutnya kate?
"Kate? Lu ngatain gue kate?"
"Ngerasa?" Kata Jackson.
Una kembali berdecak, percuma saja meladeni Jack, tak akan ada habisnya. Ia selalu punya cara membuat Una naik darah.
"Ledek-ledekan entar naksir beneran," cibir Gabby lagi.
"Nah, dia suka ama gue kali, By. Makanya kelakuannya gini," jawab Una.
"Perasaan gue udah bilang. Gue emang suka," jawab Jack.
"Nah," saut Gabby.
"Suka liat lu kesel," tambahnya diiringi dengan kekehan yang menurut Una sangat menyebalkan.
Una mengacungkan jari tengah tanpa membalas. Jika ia membalasnya maka akan panjang. Una bingung, kenapa Jack selalu punya cara untuk bersilat lidah dan membantah.
"Udah, ah! Kapan kelarnya ini? Ribut muly, gue kawinin juga lu bedua," ucap Davin.
"Boleh, lumayan bisa gue siksa tiap hari," balas Jackson. Lagi-lagi Una hanya diam dengan umpatan yang terpendam di hatinya. Semakin Una diam semakin Jack ngelunjak tapi kalau ia balas maka tak akan ada habisnya.
To be continue
Thanks for reading
Vote n comment guyshttps://saweria.co/elvcello
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
Teen FictionKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...