BAB 5 PART IV

1.4K 136 1
                                    

Una memasuki rumahnya diikuti Elang di belakangnya. Ia melihat beberapa orang yang sedang duduk di ruang tamu. Di sana ada Noval beserta temannya Aji dan Rio. Una tidak terlalu mengenal mereka karena setiap mereka berkunjung, Una selaku diam di kamarnya. Yang pasti mereka adalah kakak kelas.

"Thank you, kak," ucap Una.

"Santai," jawab Elang.

"Anjay, Elang. Modusin adeknya openg," ledek salah satu kawan Noval yang bernama Aji. Una yang mendengar itu hanya menatap malas sang pembicara.

Modus apanya? Orang abang lebih memilih ngerank dibanding menjemput Una. .

"Disuruh openg anjir," jawab Elang sambil duduk di sebelah Noval.

Noval menyimpan ponselnya dan bertanya, "Gimana? Aman?"

Elang melirik Una yang sedang baru saja selesai minum dan menjawab, "Lecet dikit. Kesenggol bola."

Noval menengok ke arah Una, "Sini, Na!"

Una berjalan dan berdiri di samping Noval yang masih duduk.

"Liat," titah Noval.

Liat apa sih? Kenapa perkataan noval ambigu dan tidak jelas.

"Liat apaan?"

Noval berdecak sebal dan berkata, "Yang lecet lah. Buru mana!"

Una balas berdecak dan menunjukkan jari kelingkingnya. Ia heran dengan abangnya ini, ketika berbicara ngegas. Sudah tidak jelas, ngegas lagi..

"Anjir, dipatahin ama siapa ini?" Tanya Noval sambil menekan jari Una.

Dengan spontan Una menampar Noval. "Sakit, pea! Abang useless!" Maki Una. Ok ini tidak sopan tapi mau bagaimana mana lagi .

Teman-teman Noval yang melihat itu pun tertawa.

"Kelakuan anak futsal, peng. Gawang dimana nendang kemana," jelas Elang. Una yang setuju itu hanya mengangguk-angguk.

"Anak futsal? Siapa?" Tanya Rio yang merupakan anak futsal, tidak lebih tepatnya mantan anak futsal karena kelas dua belas tidak perkenankan lagi aktif di ekskul.

"Jack, Jackson Jeandra," jawab Una.

Rio tertawa sejenak, "Si Jack? Hahaha, kacau. Dia mah kalo maen emang emosian. Kalo udah emosi nendangnya ngawur," jelas Rio.

"Lah, kakak kenal?" Tanya Una sambil duduk di sebelah abangnya.

Aji tertawa, "Anjay, kakak nggak tuh, ahahaha," ledeknya yang merasa geli karena kawannya itu dipanggil kakak. Semuanya pun tertawa.

"Bacot, ah! Gue kan anak futsal, dek. Cuma kelas dua belas udah nggak bisa aktif ekskul," jawab Rio.

"Dek, dek pala lu. Emang dia adek lu?" Cibir Noval.

Rio mendengus, yang ia katakan pasti dicengin teman-temannya. Heran..

"Oh, gitu.. terus lu kok masih aktif, kak?" Tanya Una pada Kak Elang.

"Halah, paling si Elang ga mau lepas jabatan ketua biar bisa terus tebar pesona ya kan?" Celetuk Aji.

Una tertawa mendengarnya. Ternyata teman abangnya cukup asik juga. Apalagi Aji, sepertinya orang ini adalah pembully tongkrongan. Apa pun yang orang katakan selalu ada celah untuk ia ledek. Ia mirip dengan Jack.

Una segera menepis pikiran yang baru saja terlintas di kepalanya. Untuk apa ia mengaitkannya dengan Jack.

"Nggak usah buka kartu dong. Kalo gue mah gabut aja, sih . Makanya masih ekskul. Lagian yang nggak boleh ikut ekskul tuh buat yang bego. Biar pada belajar buat ujian. Kalo yang udah pinter kayak gue mah bebas," jelas Elang.

Addiction Of Annoyance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang