Semuanya menatap ke arah Dani yang baru saja menawarkan diri untuk menjadi perwakilan kelas. Ia berdiri dan duduk di sebelah Jackson dengan wajah arogannya. Beberapa murid bahkan menatap Dani dengan ragu.
"Lu mau ngapain, woi? Nggak akan mukul-mukul meja sambil nyanyi kan?" Tanya Una mengingat kebiasaan Dani di kelas yang sering menjadikan meja sebagai gendang, tidak lupa juga suara sumbangnya yang dengan percaya diri ia tembangkan.
"Gila lu? Ya kagak lah. Udah percaya aja ama gue," ucap Dani dengan yakin.
"Udah biarin. Kalo dia betingkah malu sendiri paling," saut Jackson.
Setelah semua sepakat, mereka kembali duduk sesuai barisan. Una dan Gabby kembali duduk di barisan paling belakang. Penampilan dari perwakilan siswa kelas pun di mulai. Una menyimak dengan seksama pria yang saat ini memegang mic sambil bernyanyi. Di tengah fokusnya itu ekor matanya bergerak mengikuti seseorang yang berjalan dari depan barisan menuju ke arahnya, lebih tepatnya ke arah belakang. Una segera mengalihkan pandangannya sebelum Jackson sadar bahwa Una melihat ke arahnya tadi. Bisa di ledek lagi kalau sampai Jack sadar.
Una mencoba mengalihkan fokusnya agar rasa ingin tahunya tidak semakin membesar. Rasanya ia ingin menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat apa yang ia lakukan. Tapi akal sehatnya masih berjalan baik, ia tidak mau di ledek lagi. Kalau pun Jackson bertingkah Una akan merasa tidak enak jika garus membalas. Ini semua gara-gara kejadian siang tadi, ia merasa berbudi sekarang.
"Suaranya cakep," celetuk Gabby dari samping. Una tersadar dari lamunannya dan melihat siswa di depan sana. Gabby benar, suaranya memang bagus. Suaranya sangat lembut dan nyaman di telinga. Dapat Una simpulkan pasti setelah kegiatan LDKS ini, dia menjadi sorotan dan banyak diincar siswi-siswi di angkatannya Una menyipitkan matanya mencoba mengingat sesuatu. Rasanya ia tidak asing dengan siswa tersebut. Karena tak kunjung ingat, Una menghentikan otaknya agar tak mengingat lebih jauh. Paling juga Una pernah melihatnya saat latihan vokal dengan Pak Adi.
Una menoleh ke sampingnya saat tahu seseorang baru saja duduk di sebelahnya. Orang itu menyibakkan rambut depannya yang basah ke belakang, wajahnya juga terlihat basah. Sepertinya Jackson baru saja mencuci wajah. "Ngapain?" Tanya Una.
Jackson menoleh ke arah Una dan meniawab, "Mau deket lu. Nggak boleh?"
"Udah bagus lu di depan sih, Jack," lirih Una pelan sambil melihat ke depan.
"Ya udah lu pindah ke depan bareng gue," ucapnya lagi. Una diam dan terus memikirkan cara membalas Jackson. "Pengen banget deket ama gue?" Tutur Una.
"Heem. Kangen bully lu abisan."
Una kembali membisu, lagi-lagi langkah yang dia ambil selalu salah. Jack selalu punya cara untuk membalikkannya. "Bully bully pala lu. Noh, Lea liatin lu mulu," ucap Una mengalihkan.
Jackson melihat ke depan dimana Lea duduk dengan tempat kosong di sebelahnya yang merupakan tempat duduknya sebelum ke toilet. Jackson kembali melirik Una dan berkata, "Apaan? Orang kagak juga."
Una berdecak sebal, "Ya udahan dong, Jack. Dia ngelirik doang nggak mantengin lu kayak gini," tutur Una lalu sedikit mendekatkan wajahnya dan menatap Jackson dengan tangan yang ia taruh di pipi tembemnya. Jackson terdiam melihat wanita yang saat ini menatapnya intens dengan jarak yang dekat lalu mengalihkan pandangannya.
Bersamaan dengan itu Una sadar dari apa yang ia lakukan sekarang. Ia menunduk dengan detak jantungnya yang semakin cepat, pipinya terasa panas. Ia terus memaki dirinya sendiri di dalam hati, bisa-bisanya Una melakukan hal memalukan tadi. Rasanya ia ingin hilang saja.
Gabby yang sejak tadi menyimak melirik mereka bergantian, "Udahan? Baru sadar banyaj orang atau gimana? Berasa punya bedua aja tuh daritadi," ledek Gabby.
"Nah nggak jelas kan lu bedua. Mendadak oada mingkem," tambahnya ketika mereka tidak menjawab padahal biasanya mereka akan protes tapi kali ini tidak. Una masih tertunduk sedangkan Jackson fokus melihat penampilan puisi di depan.
"Ngapain pindah ege?" Tanya Jackson ketika Algi tiba-tiba berjalan ke arahnya dan duduk di sampingnya.
"Nggak bisa nih nggak bisa. Cewek gue mau tampil, deg-degan gue," ucapnya yang hanya di tatap malas oleh Jackson.
"Nggak jelas lu. Yang tampil bukan lu, ngen. Lagian tampil apaan dah?" Tanya Jackson.
"Tau anjir. Coba tanya si Una Anu tuh," ucap Algi sambil melihat Una, begitu juga dengan Jack.
"Paling ngedance dia," jawab Una.
Gabby yang melihat wajah panik Algi menyeringai, "Terakhir dia dance bareng gue, dmnya jadi asrama putra sih," ucapnya mencoba mengompori Algi.
"Seriusan? Anjing terancam dong gue."
"Oh yang kalian dance couple itu? Ya iya lah. Orang muka dia binal banget sialan," celetuk Una sambil tertawa. Ia ingat ketika pentas seni SMP dulu, ia bernyanyi lalu di selingi dengan penampilan tari pasangan. Karena jarang sekali laki-laki yang mahir menari akhirnya Arin memilih Gabby sebagai partnernya. Memang ada beberapa laki-laki di angkatannya yang mahir menari tapi rata-rata mereka sedikit gemulai.
"Goblok binal," ucap Jackson sambil tertawa juga. Kini mereka semua tertawa pelan terkecuali Algi yang wajahnya semakin panik.
Tak lama setelah itu Arin maju dengan senyuman lebarnya. Rambutnya di kuncir dua dengan poni. Ia menggunakan celana joger putih dengan atasan kaos hitam yang sangat pas di tubuhnya. Tubuhnya berisi, Arin adalah salah satu orang yang beruntung karena memiliki tubuh sempurna. Tubuhnya itu menjadikan ia terlihat seksi tapi wajahnya justru terlihat seperti anak kecil yang imut dan lucu.
Suara musik pun dimulai, Arin memakai lagu seven rings milik Ariana Grande dengan koreografi yang ia pelajari dari salah satu idol korea yang mengcover lagu tersebut. Suara teriakan, siulan dan tepuk tangan terus terdengar selama ia tampil. Teriakan semakin kencang saat Arin menari di bagian yang sedikit erotis. Una salut dengan mental Arin, ia harusnya tahu konsekuensinya. Fans laki-lakinya mungkin bertambah tapi bersamaan dengan itu ia pasti banyak di hujat para siswi.
Una melirik ke arah Algi, ia terlihat menatap Arin serius dengan senyuman tipis di wajahnya, salah satu tangannya ia taruh di dada sebelah kiri. Ia terlihat bodoh. Una menyenggol tangan Jackson lalu berkata, "Itu temen lu kenapa ege? Kek orang tolol."
Jackson melirik Algi kemudian terkekeh, "Biasa dah. Kasmaran," jawabnya.
Suara tepuk tangan, teriakan dan siulan semakib menjadi ketika lagu berhenti. Arin mengatur napasnya dengan wajah sumringah lalu kembali ke barisan kelasnya.
"Bangsat, cewek gue cakep banget ya tuhan. Lu liat kan?" Tutur Algi.
"Liat pengen gue pacarin. Tikung seru nih," ucap Jackson yang bermaksud meledek Algi. Pria itu melotot ke arah Jackson dengan tangan yang mengepal.
"Asrama putra ni bentar lagi," celetuk Gabby yang membuat Una dan Jackson tertawa. Sedangkan Algi terus mengumpat.
To be continue
Vote n comment guyshttps://saweria.co/elvcello
Noh kalo yang mau nyawer Arin. Btw Arin ini Yerin ye, kalo Gabby si Sinb.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
Teen FictionKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...