Sepanjang jalan menuju aula Gabby terus menggenggam tangan Una, setelah seharian penuh terpisah akhirnya mereka bersama. Biasanya Gabby tampak acuh mau terpisah dari Una atau pun tidak. Tetap kali ini ia bilang, "Gue gabut. Nggak ada temen becanda. Gue juga mesti di temenin biar mulut gue nggak nimpalin panitia."
"Gabby ngeri ye. Udah kek megangin ceweknya liat dah," cibir Davin dari belakang. Mereka menoleh ke belakang dan melihat Davin sendirian, tumben.
"Terus gue harus pegang tangan lu?" Jawab Gabby. Setelah mengatakan itu Gabby kembali berjalan dengan tangan yang masih bertaut dengan tangan Una. Una juga tidak banyak protes. Davin pasti mengira mereka adalah pasangan sesama jenis melihat penampilan Gabby yang bisa di bilang maskulin ditambah sikapnya juga menye-menye layaknya seorang wanita.
Una menoleh ke belakang sekilas, Davin masih di sana. Tentu, dia juga akan ke aula.
"Apa? Nyari Jack?"
Una kembali melihat ke depan setelah memutar bola matanya malas. Rasanya apapun yang Una lakukan sekarang selalu dikait-kaitkan dengan Jackson, aneh.
"Buset, mending pegangan ama gue, Lun," celetuk Kak Fariz yang sedang berdiri di pinru aula.
"Jangan, tar di ghosting," jawab Gabby. Wajah Fariz yang tadinya sumringah mendadak berubah datar.
Mereka pun duduk di barisan belakang kelasnya, tautan tangan mereka juga sudah terlepas. "Pea, kesian ege. Langsung mingkem gitu dia," ucap Una sambil sesekali melirik Kak Fariz.
Una menoleh ke arah Gabby karena tidak mendapat jawaban, kini wanita di sampingnya utu tengah tertunduk dengan dahi yang ia topang dengan lengannya. Una hanya berdecak, kebiasaan. Seseorang pun duduk di samping Una, Davin. Ia duduk di barisan murid laki-laki paling belakang yang tentunya bersebelahan dengan Una.
"Tuh Jack nya di sono," tutur Davin tiba-tiba sambil melihat ke pria yang duduk di depan terhalang tiga orang dari tempat Davin duduk. Una melirik Jackson sekilas dan kenbali melihat Davin, "Gue nanya?" Ucap Una.
Davin mengabaikan Una dan melirik Gabby yang masih dengan posisi yang sama, "Itu butchy lu kenapa?" Una melotot kemudian memukul pelan kaki Davin, bisa-bisanya. "Wah, sakit ni anak. Lu kebanyakan nonton yuri ye?"
"Yoi, nobar nggak?"
Una mengabaikan Davin yang semakin ngawur, Una kira Davin adalah orang paling normal di antara Algi dan Jackson tetapi semakin hari semakin terlihat dirinya yang sebenarnya. Tidak jauh berbeda.
"Temen-temen semua, saya tahu nih kalian pasti bosen kan dengerin materi terus. Nah, makanya sekarang kita masuk ke sesi hiburan ya," ucap pembawa acara yang membuat para peserta bersorak riang.
"Nah mohon setiap kelas mempersiapkan perwakilannya untuk tampil ke depan. Kami beri waktu tiga puluh menit," tambahnya. Para peserta kembali ricuh, mereka mulai mendiskusikan dengan kelas masing-masing.
"Perhatian seluruh kelas mipa tiga. Instruksi ada di gue ya! Fokus, sekarang kita bikin lingkungan buat diskusiin ini semua," ucap Jackson yang sedang berdiri. Una menatapnya bingung, tumben Jackson serius.
Seluruh murid di kelas Una mengikuti perkataan Jack, mereka membuat lingkaran dengan Jackson dan Salsa berdiri duduk di tengah lingkaran tersebut.
"Buat yang merasa punya talenta acungin tangan ya. Setelah itu baru kita vote," tutur Salsa.
"Gabby bisa beatbox nih," ucap Una yang sontak membuat Gabby menatap tajam ke arahnya. "Bukan buat tontonan publik," balasnya.
"Gue bisa dance sih," celetuk Lea.
"Ini nggak ada yang mau nyanyi apa? Biar Abang gitarin sini," ucap Algi dengan wajah sok ganteng.
"Noh, Una. Die kan anak vokal," celetuk Jennie. Una menoleh ke arahnya dengan wajah panik.
"Ayo, Na. Nyanyi beautiful in white. Biar cewek gue baper," ucap Algi.
"Dih, lu kira lagi di kawinan? Nggak-nggak! Males. Nyanyi tuh ama Jack yang katanya suaranya bagus," lempar Una.
"Liat ae lu, kapan-kapan gue nyanyiin. Abis lu entar," ancam Jackson yang tentunya Una abaikan.
"Waktunya sepuluh menit lagi ya, silahkan latihan dulu," ucap sang pembawa acara.
Algi melirik Jackson dengan wajah sinis, "Dih males ah. Bosen," ucapnya.
Jackson yang tidak terima itu menjawab, "Sok kecakepan lu anjing. Lagian gue nggak mau juga ya duet ama lu."
Seisi kelas hanya tertawa melihat tingkah mereka, bisa-bisanya malah ribut saat situasi genting. Sekarang mereka tampak seperti anak kecil yang sedang berdebat dan tak mau kalah. "Ribut dah ribut. Tampilin mereka aja ga sih? Aduin noh di depan," geram Una yang mengundang gelak tawa bagi yang mendengarnya. Detik berikutnya Una ditatap tajam oleh kedua orang tersebut.
"Si bangsat dikira gue ayam apa, lu adu aduin," umpat Algi.
"Bahasanya tolong di kontrol ya," celetuk panitia LDKS yang sedang berkeliling untuk memantau. Una menahan tawanya sambil menatapnya dengan tatapab meledek. Sedangkan Algi terlihat kesal dengan wajah sedikit memerah.
"Ribet lu pada. Gue aja yang tampil," ucap seseorang yang membuat semua kelas menatapnya tak percaya.
To be continue
Vote n comment guys
Thanks for reading
https://saweria.co/elvcello
Tap for support or double update
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
Ficção AdolescenteKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...