BAB 10 PART II

990 101 3
                                    

Jackson terkekeh lalu berjalan menuju salah satu pintu, "Kemana?" Tanya Una.

Jackson menghentikan langkahnya dan menunjuk tulisan di pintu dengan dagunya. Di pintu itu tertulis toilet siswa. "Kenapa? Mau ikut gue ke dalem?" Una membulatkan matanya, pupil matanya membesar. "Ngaco!" Ucapnya lalu berbalik badan dan berjalan menjauh.

Una memutuskan kembali ke kelas, seperti biasa jika dilanjutkan maka akan panjang. Una berjalan di sepanjang lorong dengan wajah sumringah. "Seneng banget kamu. Kemarin-kemarin suram," celetuk seseorang dari pintu samping.

Pak Adi, ia keluar dari aalah satu pintu kelas. Ia baru saja selesai mengajar. "Eh, bapak," basa-basi Una sambil tersenyum.

"Kamu kenapa nggak masuk kelas? Malah jalan-jalan. Mana sambil senyum-senyum lagi," tuturnya. Una panik, "Anu, pak. Habis dari toilet." Pak Adi mengangguk-angguk paham lalu pergi.

Una kembali berjalan, ia mendengar suara tapak kaki orang berlari saat ia menoleh, Jackson sudah ada di sampingnya dengan napas sedikit terengah-engah. "Apa? Ngejar gue?" Ledek Una.

Jackson menyibakkan rambutnya ke belakang, "Iya, kenapa? Nggak boleh?" Balasnya dengan nada bicara seperti Una. Una berdecak sebal mendengar itu.

"Kayaknya ada yang ngebet banget mau baikan ama gue. Ampe minta tolong Algi," cibir Jackson. Una menghela napasnya, dimulai lagi. Jackson pasti akan meledek Una habis-habisan. Padahal kan Una tidak meminta bantuan Algi, Alginya saja yang bertanya lalu menawari bantuan. Una pikir Algi hanya basa-basi.

Una mempercepat langkahnya, ia harus menghindari Jackson. Jackson menyeringai sambil menyamakan langkahnya dengan Una.  "Lu nggak tahan ya di diemin gue?" Ucapnya. Una mengabaikannya dan semakin mempercepat langkahnya. Bukan hanya Jackson, Una tidak bisa diabaikan atau di diamkan oleh semua orang, seperti teman atau keluarganya. Ia tidak bisa.

Jackson tidak kehabisan akal, ia berjalan mundur di depan Una. "Kangen ama gue kan?" Una menghentikan langkahnya, Jackson mengikuti. Una menghela napasnya lalu mendorong tubuh Jackson perlahan untuk memberinya jalan.

"Ngaco!" Ucapnya lalu berlari kecil memasuki kelas. Jackson berbalik badan dan melihat Una. Ia terkekeh lalu berjalan lagi. Ia senang berhasil membuat Una kesal.

Una memasuki kelas yang sudah tidak ada guru, beberapa detik kemudian Jackson juga masuk.

"Uhuyy ada yang abis ke toilet berdua nichh. Abis ngapain tuch," cibir Dani yang sedang duduk di bangku guru.

Una yang sedang menghampiri Algi pun berbalik melihat Dani. "Nggak usah gosip." Una duduk di sebelah Algi. Tadinya ia akan laporkan bahwa masalahnya dengan Jackson sudah selesai.

"Abis ngapain lu, Jack?" Tanya Dani lagi kepada Jackson. Astaga, Una menatap malas ke depan memperhatikan mereka berdua. "Biasa, dah."

Dani menggelengkan kepalanya sambil berdecak beberapa kali seperti cicak saat melihat kancing atas kemeja Jackson teebuka.. "Buset, ampe kancing lu ke buka gitu ye. Gila juga si Una," ucap Dani. Detik berikutnya sebuah tempat pensil melayang dan mengenai kepala Dani. Strike! Tepat sasaran.

Una menghampiri Dani yang sedang mengelus-elus kepalanya. "Nggak usah jadi lambe turah deh." Una berjalan hendak pergi ke bangkunya. Niatnya laporan kepada Algi pun ia urungkan. Jackson terkekeh melihat Una kesal lalu menyeringai.

"Tapi emang mantep, sih. Si Una bringas maennya," ucap Jackson sambil melirik Una. Una kembali berbalik, Jackson sialan. Bukannya membantunya, malah mendorong Una semakin masuk ke rumor yang dibuat Dani.

Una mengacungkan jari tengahnya lalu kembali duduk di samping Gabby. Untung saja siswa-siswi di kelas Una sedang sibuk masing-masing karena guru mata pelajaran berikutnya belum datang. Jika mereka ada yang salah paham dan menganggapnya serius kan bahaya.

Gabby sedang duduk berkumpul dengan Jennie dan Lea. "Berduaan di toilet ama Jack ni ye," ledek Gabby. Una membulatkan matanya tak terima. Gabby juga ikut-ikutan termakan rumor Dani. Una menelungkupkan wajahnya dikedua tangan yang ia simpan di atas meja. Persetan lah, ia capek di ledek.

"Tapi lu nggak beneran berduaan ama Jack kan?" Tanya Lea seeius. Una mengangkat wajahnya malas.

"Nggak, lah. Lu gila?" Jawab Una. Lea mengangguk-angguk dan menjawab, "Bagus deh."

Una tidak mengerti maksud dari jawaban Lea "Bagus, deh." Apa maksudnya? Tidak berduaan dengan Jackson memang bagus, Una tahu itu. Tapi ada hal lain yang Lea maksud dari ucapannya.

"Udah baikan nih?" Tanya Gabby. Una menatapnya bingung, memangnya ia tahu dirinya ada masalah dengan Jackson? Padahal ia nampak acuh dan tak peduli.

"Udah baikan, Na? Mantep, seru nih tontonan gratis," saut Jennie.

"Baikan kok ledek-ledekan," celetuk Lea. Una terdiam sejenak. Benar juga kata Lea, baikan mereka yaitu saling meledek. Agak aneh, tapi memang itulah kenyataannya. Lalu Una harus apa? Bersikap manis kepada Jackson? Yang benar saja.

"Gemes tau liat mereka ledek-ledekan," saut Jennie lagi.

Una kembali menelungkupkan wajahnya di kedua tangan yang ia simpan di atas meja. Ia pasrah digosipkan oleh teman-temannya. Ia malas mengelak. Ia kira hanya Dani yang suka membicarakannya. Namun sekarang malah teman-temannya. Una tidak bisa berbuat apa-apa. Kalaupun mengelak ia pasti akan lebih diserang dan ujung-ujungnya pasti kalah juga.

"Cie baikan cie," celetuk Davin. Ia berjalan dari pojok kelas hendak kembali ke bangkunya. Tatapannya tetap fokus kepada game yang ia mainkan di ponselnya. "Davin, bacot."

To be continue
Vote n comment guys
Thanks for reading

https://saweria.co/elvcello

Sorry for late update.
Yang minta double up bisa tap link ya. Terima kasih

Addiction Of Annoyance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang