Saking asiknya mendengar musik dan memainkan ponsel, Una sampai tidak sadar bahwa pertandingan telah berakhir. Arin mengambil ponsel Una dan mematikan musik yang tengah diputar. Ia menggandeng tangan Una berjalan menuju lapangan.
"Noh, liat wen. Apalagi tuh rencana si Arin," ucap Gabby kepada Wendy saat wanita itu membawa Una pergi.
"Tau, ada-ada aja orang," sahut Wendy.
"Mau kemana sih? Nggak mau aneh-aneh lagi, ah!" Protes Una sambil mencoba melepaskan gandengan tangan Arin. Setelah sampai di samping lapangan, Arin melepaskan gandengan tangannya.
Ia mengeluarkan sebotol air mineral dari tasnya, "Nih, tadinya ini buat ayang Algi. Tapi demi berlangsungnya kisah cinta lu dan Jack, gue rela ngasih air ini buat lu kasih ke Jack," tutur Arin dengan hiperbola seraya menyerahkan botol air mineral itu kepada Una.
Una terdiam, bagaimana cara ia memberikannya, Jack pasti akan meledeknya kan. Tapi bukankah memang itu yang Una harapkan, entahlah. Rasanya sangat membingungkan.
"Ini tinggal kasih aja?" Tanya Una.
Arin berdecak lalu mendorong Una ke arah Jackson yang sedang menuju pojok lapangan bersama Algi. Una menengok ke arah Arin tak terima namun Arin memberi isyarat agar Una cepat melakukan apa yang ia suruh.
"Widih, Una. Mau kasih minum buat Jack?" Tegur Algi.
Una menelan liurnya lalu melirik Jackson yang sedang menatap ke arahnya juga. Una pun menggeleng lalu memberikan air mineral itu kepada Algi, "Dari Arin," ucapnya lalu memberikannya kepada Algi.
Setelah melakukan itu Una berlari kecil pergi dari tempat itu. Arin yang melhat kejadian itu lalu menghampiri Algi sambil menggerutu. "Kenapa nyuruh Una, by?" Tanya Algi.
Arin merebut botol air mineral itu dan memberikannya kepada Jackson, "Bukan buat kamu."
"Lah? Kenapa dibagi ke gue?" Bingung Jackson.
"Udah minum aja! Nggak ada racunnya," jawab Arin.
"Nggak jelas lu ah," ucapnya sambil meminum air tersebut. Jackson berjalan menuju toilet. Seperti yang biasa ia lakukan, setelah futsal pasti ia ingin buru-buru membasuh wajahnya. Sebelum masuk ke toilet ia menghabiskan minumannya.
Ia berdiri di depan cermin lalu mulai membasuh wajahnya. Mendadak ia teringat kejadian di tempat ini beberapa waktu lalu. Kala itu, ia juga sedang membasuh wajahnya lalu seseorang dari belakang membawa botol air mineral yang sudah diminum beberapa teguk. Wajahnya terlihat tegang saat Jackson membalikkan badan. Jack tahu jelas bahwa botol minuman yang Una bawa saat itu bukan untuknya. Tapi entah mengapa rasanya Jackson ingin meminum air dari botol tersebut.
Sangat lucu ketika melihat wanita itu mengomel tidak jelas, apa kabarnya? Rasanya sudah lumayan lama ia tidak bertemu dengannya. Terakhir saat pembagian raport, itu pun ia tidak banyak bicara. Ya begitu juga dengan Jack, ada beberapa alasan yang membuat ia mengurangi interaksi dengan Una.
Jackson terhanyut dalam pikirannya, terdengar suara tapak kaki dari toilet wanita, beberapa detik kemudian wanita yang baru saja muncul di kepalanya itu menghentikan langkahnya mendadak saat keluar dari pintu toilet wanita. Raut wajah wanita tersebut terlihat panik, pupil matanya juga melebar. Aneh, ekspresinya selalu seperti itu saat berpapasan dengan Jack.
"Tumben nonton futsal, Na," tegur Jackson.
"Hah? Eh iya nih. Gabut di rumah," jawab Una gugup. "Duluan ya," pamit Una lalu melangkah cepat.
"Bareng," ucap Jackson lalu menyamakan langkahnya dengan Una. Una menunduk, jantungnya berdebar.
"Gimana liburannya? Udah tenang?" Celetuk Jackson.
"Tenang?"
"Iya tenang, waktu class meet lu bilang lu pengen tenang," jawab Jackson. Una mengerti, pada saat Una marah-marah Una sempat bilang untuk jangan mengganggunya dan Una ingin hidupnya tenang. Mungkin ini adalah salah satu alasan Jackson tidak banyak berinteraksi dengannya.
Bisa juga memang karena tidak bertemu saja, tapi biasanya juga Jack mengganggunya lewat sosial media saat tidak bertemu. Walau hanya sekedar mengirim video random yang muncul di berandanya. Atau mungkin ya Jack sibuk dengan Kak Ayu, sekarang Una terlihat sangat ingin dihubungi Jack, miris.
"Tenang sih, tapi sepi," lirih Una.
"Sepi lah jelas. Orang nggak ada gue," sahut Jackson.
Ya Jack benar. Teman-temannya sering bermain, tak jarang juga Una bergabung dengan teman-teman abangnya. Namun tetap saja ia merasa sepi, mungkin yang ia inginkan memanglah Jackson.
"Btw waktu itu Kak Ayu nanyain lu, gue kasih IG lu ya?" Ucap Jackson.
"Kak Ayu? Cewek lu itu? Kasih aja," jawab Una. Sejujurnya Una mengharapkan Jackson menyangkal ucapannya barusan yang menyatakan bahwa Ayu adalah kekasihnya. Tapi nyatanya Jackson hanya diam tanpa menyangkal apapun. Mungkin Ayu memanglah pacarnya.
Mereka pun kembali ke pinggir lapangan dimana ada Algi dan Arin.
"Gue duluan ya, Gi. Kak Ayu nungguin nih," pamit Jackson.
Lagi-lagi Una terdiam, kak Ayu lagi.
"Lah dia lagi di sini? Dari kapan? Kok nggak bilang? Pengen ketemu anjir, makin cakep nggak?" Tanya Algi.
Ternyata Algi juga mengenalinya, bahkan mengagumi keelokan parasnya. Raut wajah Arin mulai terlihat sinis, "Ayu ayu siapa sih? Mau ketemu sama dia kamu?" Ucap Arin.
"Nggak usah marah gitu dong, dia tuh anuannya si Jack," kata Algi.
"Anuannya?" Tanya Una.
"Iya, bucinannya Jack," jawab Algi.
"Udah ah bye! Bye Una," kata Jack lalu pergi begitu saja.
Una tersenyum tipis sambil mengangguk-angguk, "Bucinan? Cocok sih, cantik," lirihnya.
Algi yang melihat Una pun berkata, "Dulu sih iya. Sekarang nggak tau dah."
Suasana pun berubah canggung.
"Lu suka Jack kan? Gue udah tau kok, sebelum Arin cerita. Dari waktu Jack diemin lu gue udah tau ada yang beda," Celetuk Algi.
Una menatap Algi, "Gue nggak tau," jawab Una.
"Gini, Ayu itu bukan pacar Jack," tutur Algi yang membuat hati Una sedikit senang.
"Tapi Jack bucin banget ama dia. Karena first love mungkin ya, waktu smp aja dia pernah pacaran ama orang. Terus pas Ayu ke sini dia langsung putusin ceweknya. Ayu ini kuliah di luar pulau dan sekarang mungkin lagi liburan," jelas Algi yang membuat Una kembali hilang harapan.
"Mereka ketemu waktu smp, waktu itu Kak Ayu masih awal kuliah dan dia ngasih penyuluhan ke smp gue gitu. Eh Jacksonnya naksir, kalo Ayu nya sih nggak tau. Mereka beda empat taun coy. Jarang keknya cewek yang demen cowok lebih muda," tambah Algi.
Una berdiri dan hendak menyudahi perbincangan kali ini, sepertinya sudah cukup ia mendengar informasi tentang wanita yang begitu Jack cintai itu. "Kalian abis ini mau ngapel kan? Gue balik duluan ama Gabby Wendy ya. Makasih banyak, Rin," pamit Una.
Ia berjalan mencari kedua kawannya itu. Hal penting yang Una ketahui kali ini adalah Jackson mencintai Ayu. Lalu muncullah pertanyaan lain, apakah Ayu juga mencintai Jackson? Sudah cukup, bukannya Una menyerah akan perasaannya, Una hanya tidak ingin terjebak lebih dalam ke rasanya untuk Jackson. Ia tidak akan lagi mengikuti saran-saran dari Jackson. Lebih baik ia hidup seperti Gabby, keras seperti tidak punya perasaan. Atau mungkin seperti Wendy yang selalu yakin bahwa jodoh itu di tangan Tuhan sehingga kita tidak perlu takut kehilangan seseorang.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
Teen FictionKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...