BAB 8 PART I

1.3K 128 0
                                    

Upacara bendera yang setiap seninnya dilaksanakan sekolah Una akan segera dimulai. Una bersiap berdiri di belakang barisan kelas sepuluh. Hari ini merupakan jadwalnya Una berjaga sebagai salah satu anggota palang merah remaja.

Senin sebelumnya ia menjadi anggota aubade bersama rekan-rekannya di ekstrakulikuler paduan suara. Una sangat excited melaksanakan tugasnya sebagai PMR. Baginya saat menolong orang ia mendapat kepuasan tersendiri di dalam hatinya. Tapi kalau bisa tidak ada yang sakit atau bahkan pingsan hari ini.

"Woi, gue baris ama lu dah ya?" Celetuk Gabby.

Una menatapnya malas, kenapa sih dia? Toh, Una berjaga di barisan kelas sepuluh, bahkan tepat di belakang barisan kelasnya.

"Elah, deket-deket ama gue mulu," balas Una.

Gabby berdecak, "Lu mah enak. Deket tembok bisa nyender. Mana teduh lagi," tuturnya.

Una tertawa, inilah salah satu motif Una masuk ekskul tersebut. Una mendorong pelan tubuh Gabby dan menjawab, "Udah, sono baris."

Dengan malas Gabby bergabung dengan barusan kelasnya. Tak lama setelahnya upacara pun dimulai. Fokus Una teralih kepada seseorang yang baru saja datang dengan langkah malasnya. Itu Jackson. Pria itu berjalan menghampiri barusan kelasnya.

"Apa liat-liat? Suka?" Celetuk Jackson saat ia terus diperhatikan Una.

Una berdecak, ia tidak sadar. Lagian Jack sangat mengundang perhatiannya. Bisa-bisanya ia berjalan santai saat upacara baru saja dimulai. Una sampai lupa bahwa orang yang saat ini berdiri sekitar satu meter di depannya adalah Jack. Jackson Jeandra, ia bisa melakukan apapun yang ia mau.

Una melihat punggung Jackson dan melirik ke orang di sampingnya. Tidak ada Algi. Tumben sekali, biasanya Algi, Jack dan Davin selalu saling menempel. Kalau Davin sih sedang berjaga juga sama seperti Una. Davin berjaga di ujung barisan kelas sepuluh.

Pandangan Una teralih ke barisan paling belakang di samping kelasnya. Setelahnya Una menatap mereka malas. Itu adalah Algi dan Arin. Mereka baris paling belakang. Pagi-pagi sudah bucin! Algi juga... Dia malah Barus di kelas orang lain. Efek pacaran memang mengerikan, Algi saja sampai tidak tahu yang mana kelasnya.

"Oi," panggil Jackson dengan sedikit berbisik.

Una menoleh ke arahnya dengan penuh tanya. Ia pun melangkah kakinya mendekat. Namanya juga PMR, bebas. Mau berlari pun boleh.

"Kalo gue ke uks, lu yang obatin, nggak?" Tanyanya.

"Dih, ngapain? Mau bolos kan?" Sinis Una yang sudah tahu sifat bejat Jackson. Pria itu memutar bola matanya malas, "Sakit," ucapnya.

Una menyipitkan matanya, ia memperhatikan wajah Jackson yang saat ini menengok ke arahnya. Masa iya Jackson sakit? Una tidak mau tertipu. Jackson ini jago akting. Bahkan wajahnya sedikit pucat. Una tidak bisa mudah percaya kepada Jack.

Una jadi bimbang, sudah jadi tugasnya menolong orang sakit dan membiarkannya ke unit kesehatan sekolah. Namun jika orang itu Jackson.... Apakah bisa dipercaya? Takutnya pria ini memang hanya ingin bolos atau mungkin hanya ingin mengerjainya.

"Yeu, malah ngeliatin. Tiati naksir," celetuknya.

Una semakin yakin bahwa Jackson pura-pura sakit. Orang sakit mana kepikiran menjadi menyebalkan dan membuat orang kesal kan?

"Iya. Emang naksir. Kenapa? Nggak terima?" Jawab Una. Jackson diam.

"Bukan naksir lu tapi," tambah Una.

"Duh kalian. Saling naksir mah udah aja bilang, sih. Greget banget gue," celetuk seseorang yang berdiri di samping Jackson. Dia Jennie, mungkin sejak tadi ia menyimak obrolan pelan yang mereka lakukan.

"Nguping? Nggak ada kerjaan?" Balas Jackson.

Lihat, kan. Jackson sudah terbukti sangat menyebalkan. Padahal Jennie kan tidak salah. Justru Jack dan Una lah yang menganggu fokusnya.

"Dih, kedengeran. Lagian malah ngobrol," jawabnya.

"Tau, tuh. Si Jack stress," celetuk Una.

Jackson kembali menengok ke arah Una, "Serius, gue mau ke uks," tuturnya.

"Ya udah."

Jackson berdecak, "Ya udah ayo," ucapnya.

Una memandangnya bingung. Ayo.. ayo? Ayo apanya? Kenapa ucapannya terdengar seperti sebuah ajakan.

" Ayo apaan? Kalo mau ke uks ya dibopongnya ama cowo lagi," tutur Una lalu melirik Davin yang berdiri jauh di ujung sana. "Tar gue panggilin Davin. Ya kali ama gue," timpalnya.

Lebih baik begini kan. Yang penting Una sudah memenuhi tugasnya, urusan Jackson betulan sakit atau hanya pura-pura biar jadi urusannya.

Jackson kembali melihat Una setelah melirik Davin dan memutar bola matanya malas.

"Kalo gue maunya dilayanin ama lu gimana?"

Una menghela napas sebal. Jack sialan. Tidak mungkin ada orang sakit semenyebalkan ini. Dari banyaknya orang yang Una tolong, tidak pernah ada. Bahkan untuk bicara saja orang-orang tersebut tidak berminat. Sedangkan Jack... malah memancing emosi.

"Lu sakit beneran apa nggak, sih? Mau bolos mah bolos aja. Ga perlu pura-pura," sebal Una.

"Lu maunya gue sakit beneran atau pura-pura?"

Una kembali menghela napas. Sabar....

"Terserah lu, deh. Mau sakit kek, mau sehat kek. Nggak ada hubungannya ama gue."

"Jadi lu mau ada hubungan?"

Astaga... Ini tidak bisa diteruskan. Una menyerah.

"Bodo amat. Ke uks aja sendiri. Lagian gue bukan pelayan lu ya, sorry!" Ucap Una.

Ia pun melangkah pergi dari sana dan menghampiri Kak Amel yang tidak jauh dari sana. Ia izin kepadanya untuk pindah posisi berjaga. Setelah diizinkan ia berjalan lagi melewati Jack.

Una melirik sinis Jackson sedangkan Jackson terkekeh melihat Una yang saat ini berjalan menjauhinya dengan wajah kesal.

To be continue
Vote n comment guys
Thanks for reading
Jangan lupa mampir ke cerita gue yg laen ya!!
Peace

https://saweria.co/elvcello

Addiction Of Annoyance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang