S2 BAB 6

84 24 2
                                    

"Kenapa?"

Una menggeleng cepat, kini ia berdiri di hadapan Jackson yang baru saja mengganti pakaiannya. Ia jadi teringat kejadian saat ia masuk ke kelas dan melihat Jackson sedang telanjang dada hendak memakai jersey, ok anggap saja otak Una kotor tapi entah mengapa kejadian tersebut tiba-tiba saja terbersit di kepalanya dan membuat Una malu sendiri.

"Kenapa sih?" Tanya Jackson kembali seraya melihat tubuhnya sendiri.

Ia memakai jersey berwarna hitam putih dengan nomor punggung nol-nol. Jersey tersebut melekat pas di tubuh Jackson, membentuk tubuhnya yang terlihat semakin gagah, terutama bagian pundaknya yang lebar. "Lu cakep deh," ucap Una setelah agak lama memperhatikan Jack.

Sedangkan yang dipuji mengalihkan wajahnya tersipu, "Salting nih?" Goda Una seraya memegang pipi Jackson dan mengarahkannya agar menatapnya. Pria itu nampak semakin gugup dengan sorot mata yang tak tahu tujuan untuk ia tatap. Menggemaskan.

"Semangat ya," tambah Una sambil mengambil alih tas milik Jackson. Jackson hanya mengangguk pelan tanpa kata-kata, ia masih memproses apa yang baru saja gadisnya itu lakukan, tak biasanya ia melakukan hal-hal manis seperti ini.

"Gue nggak gabung ama supporteran ya? Males, berisik. Gue di pojokan bareng ama Kak Rio," jelas Una sambil menunjuk pojok lapangan yang dipenuhi beberapa orang kelas dua belas termasuk Kak Rio. Kumpulan orang tersebut seperti kelas dua belas yang sudah tidak boleh aktif di ekskul lagi, jadi mereka hanya menonton dan mengarahkannya para juniornya.

Jack mengiyakan lalu menuju ke dalam lapangan sedangkan Una berjalan menuju pojokkan dengan membawa menggendong tasnya sekaligus tas ransel Jackson yang ia jinjing, ok saat ini Una justru terlihat seperti babu namun ia sama sekali tak masalah. Lagipula tas Jackson ini tak berat sama sekali, apa ia hanya membawa buku satu ya?

Ia menaruh kedua tas yang ia dan duduk, "Kak iyo... Una numpang duduk di sini ya," celetuk Una membuat beberapa orang di sana terfokus ke arahnya termasuk Rio yang dipanggil dengan sebutan Iyo.

"Bareng siapa? Abang?" Tanyanya sambil menyalami Una. "Abang bilangnya mau bolos bimbel, tapi nggak tau dah kemana. Una sama Jack," jawab Una.

"Oh, iya. Si Openg kan pada mau ke rumah si Aji, lupa gue. Mau semangatin Jack? Sono gabung ama supporter. Di sini mah Jacknya nggak akan ngeliat lu," tutur Rio.

Una menggeleng, "Di sini aja. Di sana panas bang kuping gue dengerin yang tereak," jawab Una yang diangguki Rio.

"Siapa, Yo?" Tanya seorang pria tak jauh dari Rio. Ia mengenalkan Una kepada pria tersebut dan bilang bahwa dirinya adalah adik dari Noval. Una sedikit heran, apakah abangnya itu famous ya sampai-sampai mereka selalu melabeli Una sebagai adiknya Noval.

"Numpang gabung ya, kak," ucap Una basa-basi. Pria itu menatap Una sebentar, "Nggak mirip openg, openg anak pungut ya, dek?" Tanyanya dengan polos membuat mereka tertawa geli mendengarnya. Kasihan Abang, bahkan ketika tak ada wujudnya pun ia tetap diledek.

Mereka pun berbincang sejenak sementara pertandingan telah dimulai, Una hanya melirik sesekali ke lapangan memperhatikan pria yang saat ini tengah serius berancang-ancang akan merebut bola dengan keringat yang mulai bercucuran di tubuhnya. Di tengah babak pertama Una memutuskan keluar berinisiatif membeli makan dan minum, ia ingat bahwa bekal Jack telah mereka habiskan tadi siang. Ia berjalan keluar melewati club supporter yang tentunya sedang bernyanyi dan teriak-teriak mendukung tim kesayangannya. Sekedar informasi saja, club supporter ini tak hanya beranggotakan perempuan, cukup banyak juga laki-laki yang men-support.

"Kemana lu? Bukannya di sini bareng gue semangatin ayang," kata Arin saat Una melewatinya. "Cari makan. Semangat dari gue nggak bikin menang juga, bye," jawab Una berjalan pergi.

"Dih, songong amat. Makan ae utama lu," cibir Arin.

Una mengabaikan dan melanjutkan tujuannya membeli dua buah rice bowl dan dua botol minuman. Satu untuk Jackson dan satu untuknya tentu. Ia kembali lagi ke tempat awal setelah membeli semua yang ia mau, ia melirik Arin yang saat ini sudah pindah posisi di tengah kerumunan club supporter, masih dengan lagu pemicu semangat yang mereka nyanyikan dengan penuh semangat pula.

Ia kembali duduk menonton pertandingan walaupun agak terhalangi oleh Kak Rio dan teman-temannya yang berkumpul di depan Una dekat sekali dengan lapangan. Benar ucapan Kak Rio, Jack tak akan bisa melihatnya dari sini. Tapi siapa peduli, toh niatnya juga bukan menyemangati tapi hanya menemani. Kalo Jack memintanya menyemangati sih baru. Una membuka ponselnya sebentar karena bosan, ia juga sebetulnya kurang mengerti dengan dunia perbolaan. Yang ia tahu adalah hanya bagaimana caranya memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang telah ditetapkan. Apa menariknya? Kalau ia jadi pemain sih mungkin Una akan tertarik dan bisa menikmati permainan, tapi kalau hanya menonton untuk apa? Ia malah pusing melihat bola dioper ke sana ke mari.

Una menghela napasnya lalu melihat rice bowl yang tadi ia makan dan memutuskan untuk memakannya duluan. Sepertinya pertandingan masih lama, babak satu saja belum berakhir. Ia sudah kelaparan, ia pun makan sambil menonton video dari YouTube dengan menggunakan earphone miliknya.

"YouTube sambil makan mah mending di rumah, neng," celetuk seseorang sambil melepas salah satu earphone Una.

Una mendongak menatap sang pelaku, ya Jackson. Ia duduk di lantai dengan kaki selonjoran. Una menyimpan ponselnya dan memberi botol air minum itu pada Jack. Ia ikut duduk di lantai berhadapan dengan pria tersebut lalu melihat ke lapangan, beberapa pemain sedang berkumpul dengan teman-teman Kak Rio di pinggir lapangan. "Udahan?" Tanya Una.

"Udahan apanya? Baru sebabak, kalah satu gol nih," jawab Jackson setelah meneguk minumannya.

"Aaa dong," ucap Jackson sambil membuka mulutnya.

"Ini bekas gue, yang baru aja ya? Gue beli buat lu juga kok," jawab Una.

"Nggak, ah. Masih ada sebabak nggak boleh makan banyak. Punya lu aja," balas Jackson.

Una menyodorkan rice bowl tersebut pada Jackson. Jack mengambilnya sembari berdecak, "Udah mangap gini juga. Malah disodorin semangkok," keluhnya.

"Terus gue harus gimana, Jacky??" Jawab Una kemudian minum. Jack mengabaikannya dan mulai memasukkan makanan dari Una ke mulutnya.

Mata Una kembali memperhatikan Jack yang sedang makan, "Apa?"

Una merogoh sesuatu di tasnya, "Keringetan," ucapnya.

"Iya, nih. Seksi ya kan," jawab Jackson dengan wajah sok tampan. Una melempar Jackson dengan tissue dari tasnya dan berkata, "Seksi-seksi apanya? Jijik, seka dulu."

Jackson mengambil salah satu tissue lalu menyeka wajah berkeringatnya, "Ini berhubungan lu yang nyuruh aja. Kaka kelas yang nonton mah pada demen nih liat keringet orang ganteng. Ampe tereak lompat-lompat," ucap Jackson.

Una mendelik sebal mendengar ucapan Jack lalu mengambil kembali rice miliknya, "Nggak suka ama cowok tebar pesona, sok kecakepan," ucap Una sambil mengunyah tanpa melihat ke arah Jack.

"Nggak tebar pesona juga udah cakep," sahutnya.

"Apaan sih, Jack? Cakepan juga Kak Bri, cakepnya real, nggak banyak tingkah," tutur Una. Bri adalah anak kelas sebelas dan merupakan anggota futsal yang saat ini juga ikut bertanding.

"Tuh liat, cuek ke cewek. Gue yakin yang naksir banyak," tambah Una sambil melihat Bri yang tengah dikerumuni anak supporter. Banyak yang berniat memberi minuman namun ia tolak dengan sopan.

"Naksir dia nih? Ya udah sono ama dia dah," ucap Jack dingin.

Una menatap Jackson yang saat ini bertingkah seperti anak kecil, "Gue naksirnya ama lu, tapi kalo lu tebar pesona terus gue nggak suka. Bikin ilfeel," kata Una.

"Iya maaf, nggak lagi deh. Maaf ya kanjeng ratu," tuturnya sambil menunduk dengan kedua tangan ia satukan.

Una tertawa kecil melihat itu, "Suapin dulu dong sekali," pintanya kemudian kembali membuka mulutnya. Una tersenyum lalu menyuapi Jackson, semakin hari pria tersebut semakin menunjukkan sifat kekanakannya. Dan itu menggemaskan sekaligus menyebalkan di waktu yang sama.

TBC
Komen sabi kali ya, ghost readers ngeri juga
Btw mampir cerita gw yang laen lah ka

Addiction Of Annoyance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang