Jackson menghampiri Rio dan salaman lalu ikut duduk bersama mereka.
"Idihhh, gaya bener yang abis ngapel," ledek Noval saat Una baru sampai di sana.
Una memutar bola matanya malas, benar dugaannya.
"Ribet, daripada lu... Malming kok ama temen," balas Una.
"Suka-suka. Ini namanya solidaritas," jawab Noval.
Aji yang tadinya sedang memetik gitar pun berhenti dan menyaut, "Alah, intinya jomblo."
Noval mendelik, "Ngaca, gih. Lu juga ya," jawab Noval.
"Maaf-maaf aja ni ya. Noh yang ngantri banyak," jawab Aji sambil menunjuk ponselnya dengan dagu.
Jackson menyeringai dan menoleh ke arah Una yang masih berdiri.
"Jadi, lu mengakui abis ngapel ama gue, Na?" Tanya Jackson yang tidak mendengar pengelakan dari Una saat abangnya meledek Una.
Una berdecak, "Gue nggak cuma bedua ya sorry. Lagian ni orang bukan cowo gue," jelas Una kepada Noval.
"Lah ya udah. Mau bedua juga terserah lu, sih," jawab Noval acuh.
"Tuh, Na. Kata abang lu boleh," saut Jack dengan nada meledek seperti biasa.
Una menatap malas abangnya yang saat ini sedang memakan camilan. Kenapa ia malah memperbolehkan... Una kira Noval akan menjadi kakak yang posesif seperti pada beberapa cerita yang Una baca. Tapi nyatanya salah. Noval malah nampak biasa saja.
"Nah, peng. Si Jack itu ya ini. Yang bikin jari adek lu memar," celetuk Elang tiba-tiba. Elang menyeringai, manusia satu ini memang suka pertikaian.
"Ampun, bang. Udah damai gue," ucap Jackson. Bahaya jika ia dikeroyok oleh empat orang kakak kelasnya ini.
"Biarin aja. Sesekali emang mesti dikerasin. Biar nggak menye-menye," jawab Noval santai.
"Abang, ih! Gue bilangin mama biarin," kesal Una.
"Mama udah tidur. Aduin aja sono."
Una berdecak, "Punya abang nggak ada guna banget buat adek... "
Mereka yang mendengar keluhan Una pun tertawa. Noval yang tadinya acuh menoleh ke arah Una, "Permisi? Lu ada kontribusi apa buat gue?" Jawab Noval dengan meniru nada bicara Una.
Lagi-lagi dan lagi mereka yang menyaksikan perdebatan adik dan kakak itu hanya tertawa. Una melirik tajam Jackson yang ikut menertawakannya. Sial, ini pasti Jack jadikan bahan bullyan baru.
Una cemberut, "Gue bilangin papa tau rasa lu. Jatah jajan dikurangin," ancam Una.
Papa adalah kunci terakhir untung mengancam abangnya. Sebelum dinas papa biasanya meminta Noval untuk menjaga Una. Jika ada apa-apa Una diminta untuk menelpon papanya dan jika Noval tidak menjalankan tugasnya sebagai kakak, jatah jajan abangnya itu akan dikurangi.
Una berjalan menuju pintu sedangkan Noval mulai panik. Keadaan finansialnya terancam. Ia pun berdiri dan menoleh ke arah Una.
"Na! Nggak asik lu, ah. Ngadu maennya. Orang gue becandaa. Lu mau gue ngomelin si Jack? Nih, gue omeli dah... "
Una berbalik, "Ga peduli," balas Una sambil menjulurkan lidahnya dan masuk ke kamar.
"Mampus. Lagian macem-macem ama cewe. Ngeri bos cewek kalo udah ngamuk," celetuk Aji sang pakar wanita itu.
"Bodo lah. Gue aduin balik ke mama ntar," balas Noval yang memiliki harapan terakhir.
"Lah, kalo gitu ntar malah emak bapak lu yang ribut, ege. Hahaha," saut Rio yang mengundang gelak tawa.
Noval melirik Jackson dan berkata, "Laen kali nendang bola yang bener. Gue tau dia emang enak buat disiksa tapi kesian."
Jackson menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ya gimana ya. Nggak sengaja, bang. Sorry... Tapi gue udah mau tanggung jawab," ucap Jackson.
"Tanggung jawab tanggung jawab. Ngebuntingin dia lu?" Celetuk Rio yang membuat ia dilempar tas selempang oleh Noval.
"Ya nggak lah gila. Gue tawarin potong kelingkingnya terus tuker ama punya gue. Eh, malah nggak mau," timpal Jackson.
"Oon," maki Elang sambil tertawa.
"Tapi keren juga ide lu. Pake segala ga mau si Una. Padahal gue punya lemnya," saut Noval yang sama bodohnya.
"Panas kuping," ucap seseorang yang baru saja keluar dari pintu.
Semua orang melihat ke sumber suara, Una berjalan mendekat. Wanita itu memakai piyama tidurnya yang kebesaran. Jackson tak henti-hentinya menatap wanita tersebut.
"Apa liat-liat? Cantik?" Sinis Una.
"Mata lu noh belekan," kata Jackson. Dengan panik Una segera memegang pelipis matanya untuk mencari yang Jack maksud. Memalukan juga jika Una belekan di depan orang-orang ini. Mana dia sudah berlagak dingin lagi.
"Nggak ada, dih."
Jackson tertawa dan menjawab, "Lagian di percaya."
Una berdecak sebal dan menoleh ke arah Noval.
"Apa? Mau laporan ke gue kalo lu udah ngadu ke papa? Iya?" Tanya Noval dengan penuh penekanan.
Una berjalan mendekatinya, "kepedean," jawabnya sambil mengambil ponselnya yang tertinggal di dekat Noval.
"Tadinya anceman gue cuma becanda sih. Taoi kalo lu mau beneran juga gapapa. Mumpung papa lagi online," jawab Una sambil melihat ponselnya.
Noval berdiri lalu merangkul Una, "Uhh adek kesayangan gue the best emang. Lu kan bukan tukang ngadu ya?? Mana mungkin dong gini doang ngadu," ucap Noval.
"Kalo gue emang tukang ngadu gimana?" Tanya Una sambil mendongak agar bisa melihat wajah Noval yang panik.
"Jangan dong. Maaf, deh... Udah ya jangan ngadu. Ntar gue restuin lu ama si Jack dah," kata Noval.
"Ngaco," jawab Una kemudian melepaskan rangkulan Noval. "Badan lu bau asem."
Noval menjitak kepala Una. "Jaga omongan. Nih, cium ketek gue!" Kata Noval sambil mengangkat tangan kirinya yang membuat ketiaknya terekspos karena pria itu menggunakan kaos singlet.
"Jijik," ucap Una sambil melangkah mundur.
"Mau kemana, Na? Gabung dulu, sih. Baru ge jam sembilan," celetuk Aji.
Una menggeleng, "Ngantuk, kak."
"Bocil mana bisa diajak gadang. Udah sono masuk kamar. Muka lu noh teler," titah Noval yang tahu betul bahwa adiknya itu mengantuk.
"Abis minum dia,bang. Makanya teler," celetuk Jackson. Noval melotot.
"Heh, bener abis minum lu?" Tanya Noval. Una mengangguk. Noval semakin kaget bisa-bisanya Una...
Una hanya menatap bingung Noval yang rautnya terkejut. Kenapa sih ia hanya minum. Apa salahnya.
"Udah gue kasih tau jangan minum aneh-aneh. Eh, doi maksa," tambah Jackson lagi.
Una paham, jadi minum yang Jack dan Noval maksud adalah minum minuman beralkohol atau semacamnya. Pantas saja reaksi abangnya itu terkejut.
"Heh, jaga omongan. Gue cuma minum cokelat, bang. Jangan percaya ama si Jack," jelas Una.
"Bener? Awas aja lu!"
Una berdecak, "Bener, elah. Lu tau lah gue minum fanta aja ga bisa banyak. Lu juga Jack! Ga usah ngarang, deh!" Kata Una.
Una pun berbalik dan menuju kamarnya.
"Eh, Na. Gue juga ngantuk. Join boleh ga, haha," celetuk Aji yang membuat Noval melotot. Begitu pula dengan Jackson.
"Lu mau gue bakar?" Kesal Noval. Aji tertawa puas. Tujuan sebenarnya adalah bukan menggoda Una melainkan membuat Noval kesal. Dan Una tahu itu, makanya ia tak pernah menanggapinya serius dan hanya tertawa.
To be continue
Voment guys
Thanks for reading
Jangan lupa mampir ke cerita gue yg laen ya!
Peacehttps://saweria.co/elvcello
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
Novela JuvenilKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...