Suara bel tanda berakhirnya pembelajaran berbunyi dengan nyaring, membangkitkan kembali semangat kebanyakan siswa yang sejak tadi terlihat lesu. Bukannya langsung pulang, Una justru menaruh kepalanya di atas meja, alat tulisnya juga belum dirapikan. Gabby sudah berlari pergi saat suara bel sampai di telinganya.
Sebenarnya Una sengaja menunggu semua murid di kelasnya pulang, lebih tepatnya Jackson sih. Ia terlalu malas untuk menghabiskan energi menghadapi makhluk itu. Semenjak kejadian tadi pagi, Una berusaha menghindari Jackson. Saat upacara saja Una bergabung dengan tim paduan suara.
"Nggak balik, neng?"
Una mengangkat kepalanya guna melihat orang tersebut, terlihat Jackson berjalan di depan kelas sambil memutar-mutar kunci motornya. Tanpa berkata-kata Una kembali menyimpan kepalanya di atas meja setelah mendelik.
"Mata lu kenapa, ege? Delik-delik, nggak pantes," sahut Jackson.
"Udah ah. Gue duluan, jangan kangen," tambah Jackson setelah beberapa detik tidak mendapat respon dari Una.
Una kembali mengangkat kepalanya, memastikan Jackson sudah benar-benar pergi. Ia bernapas lega dan segera memasukkan barang-barang miliknya dengan asal. Una merogoh sakunya dan mengambil ponsel dan earphone miliknya. Ia memakai earphone tersebut di telinga kanannya dan terdiam.
"Earphone gue!"
Segera ia memakai ransel miliknya dan berlari mencari Jackson, Una menengok ke kanan dan kiri mencari pria itu sampai akhirnya matanya menangkap Jackson sedang menuruni tangga. Una lanjut berjalan dengan cepat, ia kembali menutup mulutnya. Tadinya ia ingin meneriaki Jack tapi ia urungkan, terlalu banyak orang.
"Eh, kamu nggak ekskul?"
Una menengok ke orang tersebut, wanita yang baru saja menegurnya itu adalah orang yang ikut ekskul vokal dari kelas IPS. Wanita tersebut adalah wanita yang ramah tapi sialnya Una lupa namanya karena pada saat ia memperkenalkan diri, Una sibuk dengan pikirannya.
"Eh, hi. Libur dulu deh," jawab Una. Wanita tersebut mengangguk. Mereka pun saling terdiam sampai akhirnya Una tersadar bahwa ia sedang mengejar Jackson. Ia pun pamit pergi dan kembali melangkah dengan cepat.
Ia berlari menuruni tangga hingga sampailah ia di lorong kelas lantai satu. Ia berhenti melangkah, "Jack!" Teriaknya.
Pria yang dipanggilnya itu menoleh dengan bingung, Una kembali berlari kecil menghampiri Jackson. Jackson menatap wanita yang sedang berdiri dihadapannya dengan napas terengah-engah.
"Kenapa? Mau minta anter pulang?" Tebak Jackson. Una yang sejak tadi menunduk pun menatap Jackson dengan sinis membuat tawa kecil Jackson terdengar. "Terus apa? Kangen? Kan udah gue bilang jangan kangen."
Una memutar bola matanya malas lalu menghela napas, "Nggak usah ngaco! Earphone gue mana?" Tutur Una sambil menunjuk telinganya sendiri saat mengucapkan kata earphone.
Jackson terdiam seolah berpikir, "Ini," ucapnya seraya menyelipkan rambut Una ke telinga. Una melotot kaget lalu segera menundukkan pandangan. Ia terus memaki Jackson di dalam hati, Una meraih rambutnya dan menata rambutnya ke depan guna menutupi pipi, ia harap pipinya tidak merona.
Una memberanikan dirinya untuk kembali menatap Jackson, "Temennya mana? Yang kiri, Jack... "
"Ikut gue!"
Una mengangguk mengikuti langkahnya Jackson dari belakang. Sebaiknya ia mengikuti arahan Jack saja daripada semakin rumit, mengambil earphone doang banyak dramanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
أدب المراهقينKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...