S2 BAB 14

69 20 5
                                    

Salah satu hal menyebalkan sekaligus menyakitkan adalah menjalin hubungan dengan sembunyi-sembunyi dan tanpa status. Memang pada dasarnya manusia sulit untuk puas, sekalinya mendapatkan kepuasan, ia akan terus mencari kepuasan lain. Terus begitu seolah terjebak di sebuah lingkaran. Hal tersebut juga berlaku bagi Una, awalnya ia hanya ingin mengungkapkan perasaannya saja. Namun setelah tahu bahwa Jackson menyukai juga, ia menjalin hubungan tanpa status dengan Jack dan mendapatkan kepuasan. Setelah terpuaskan, kini ego di dalam dirinya kembali merongrong meminta status yang jelas.

Pemicunya adalah Lea, wanita itu meminta Una memberikan beberapa cokelat dan selembar kertas yang berisi tulisan untuk diberikan kepada Jackson yang tak lain dan tak bukan adalah pria yang tengah menjalin hubungan dengannya. Hal tersebutlah yang memunculkan keinginan baru di hati Una. Jika ia memiliki status dengan Jackson dan dipublikasikan, maka ia tak perlu repot-repot menahan rasa cemburu dan berpura-pura seperti sekarang ini. Una mau tidak mau menuruti permintaan Lea. Bagaimana cara menolaknya? Wanita itu memohon dengan wajah memelas, terlihat pula wajah riangnya saat menyebutkan nama Jackson.

Una berjalan dengan wajah masam ke dalam kelas yang sudah sepi itu, hanya ada Jackson yang bersikukuh ingin menunggu Una yang akan mengikuti ekskul PMR. Di hari Rabu ini mestinya Jackson ada jadwal latihan futsal di sekolah. Namun karena baru saja bertanding, makan ekskul futsal diliburkan seminggu ke depan untuk beristirahat.

Pria yang tengah bermain game mobile di ponselnya itu mendongak saat melihat tubuh seseorang berdiri di depannya. Wanita itu menaruh hamper berisi cokelat itu di atas meja dan duduk sambil menatap Jackson yang kembali sibuk dengan gamenya.

"Bentar, Neng. Satu turret lagi victory," celetuk Jackson tanpa di tanya. Una mengabaikannya, ia melirik jam, latihan PMR masih belum dimulai.

Selang beberapa menit Jackson menyimpan ponselnya dengan wajah sumringah, "Nah menang, kill banyak dong," pamernya kepada Una yang nampak acuh. Jackson melirik hamper di atas meja lalu bertanya, "Apaan nih? Gue nggak ultah." Ia mengambil hamper tersebut dan mengintip isi di dalamnya.

"Oh, congratulations give nih?" Tanyanya kembali sambil merogoh kertas dari sana, "Ciailahh sweet banget sih," tuturnya.

"Iya, kan? Niat banget yang ngasih," sinis Una.

"Nggak apa-apa. Emang harus gitu. Thank you, ya," balas Jackson. Una menoleh ke arahnya dengan dahi berkerut, sepertinya Jack menyangka bahwa itu hadiah darinya. "Sama-sama, tapi itu bukan dari gue," jelas Una membuat raut bingung kini berpindah kepada Jackson.

"Dari fans berat lu," tambah Una menjawab kebingungan Jack.  Pria itu membuka lipatan kertas tersebut yang berisikan,

Congrats ya! Lu keren banget deh, semangat terus latihannya biar bisa banyak bawa piala. Pokoknya gue support terus deh! Agak telat sih tapi ya udahlah ya.

From Leaaaa Cantik

Jackson tersenyum setelah membaca pesan tersebut tapi senyumannya itu bukan karena isi dari pesan tersebut tentunya. Ia tersenyum karena tahu bahwa penyebab gadis di sebelahnya cemberut sejak tadi adalah karena cemburu. Jackson mengusap kasar wajah Una sambil terkekeh, "Udah nggak usah bete."

Una cepat-cepat menepis tangan Jackson dengan kesalnya, "Kotor, heh! Bekas hp juga! Lagian siapa yang bete?!"

"Halah, dari tadi cemberut masih aja denial," ledek Jackson. Ia menggeser hampernya ke arah Una, "Nih, makan. Biar nggak badmood,' ucapnya.

"Nggak! Ma-ka-sih!" Balasnya.

"Ngambek mulu," celetuk Jackson kemudian mengecup cepat pipi Una. Una yang terkejut itu sontak memukul tubuh Jack.

"Lu ngapain? Ngaco deh! Nggak usah macem-macem!" Omelnya. Kini wajah bulatnya itu memerah karena malu dan marah. Ini pertama kalinya Jackson mengecup Una, wajar saja kan? Lagipula ini di lingkungan sekolah, rasanya tak pantas.

"Apaan, sih? Semacem doang juga, cuma kecup pipi. Atau lu mau yang lebih macem-macem?" Goda Jackson dengan tangan yang menggenggam tangan Una agar wanita itu berhenti memukulinya.

"Bodo amat, ah! Terserah!"

Jackson terkekeh, "Itu cokelatnya mau, nggak? Lagian bocah niat banget ampe ngasih tiga batang. Diabetes repot nih gue," tutur Jackson.

"Nggak!" Sahutnya lalu mengambil kertas tadi dan membacanya, sedangkan Jackson mulai membuka salah satu cokelat dan memakannya. Una kembali menyimpan kertas tersebut lalu berkata, "Pokoknya gue support terus deh. Gokil."

"Gokillah, dibilang gue banyak fans setia, Na. Kalo nggak kan repot ya. Udah mana lu males support gue lagi," jawabnya sambil mengunyah cokelat.

"Iya deh si paling banyak fans. Udah nggak butuh support gue berarti ya."

"Iya, nggak butuh," balas Jackson membuat Una melotot ke arahnya, "Jack!" Tegur Una.

"Butuhnya cinta lu," tambah Jackson.

Una memejamkan matanya sejenak seraya menghela napas, hatinya senang, akalnya merasa malu namun semua itu kalah oleh rasa kesal dan sebalnya yang memuncak. Fokusnya pun beralih tatkala mendengar suara sumbang orang bernyanyi dari luar kelas.

Ia mengintip di jendela dan melihat Dani yang sedang bernyanyi dengan sangat percaya diri walau suaranya mengganggu. "Cokelatnya boleh buat gue kan?" Tanya Una yang segera Jackson angguki.

"Daniiii!!!!" Panggil Una.

Dani menoleh lalu tersenyum sok kegantengan dan berjalan menghampiri Una, "Kenapa beb?" Tanyanya. Jangan heran, Dani memang selalu memanggil para wanita dengan embel-embel sayang, baby, beb dan lain sebagainya.

"Mau cokelat nggak?" Tanya Una sambil menunjukkan dua cokelat di tangannya, "Nih," ucapnya sambil menyodorkan salah satu cokelat.

Dani mengambilnya dengan senang, "Makasih sayang," balasnya seraya mengusap-usap kepala Una.

"Nggak usah pegang-pegang juga kali!" Sindir Jackson sambil menepis tangan Dani.

"Dih ribet lu! Cewek lu emang?" Balas Dani yang berhasil membuat Jack bungkam.

"Tau tuh... Eh, lu nggak balik apa?" Tanya Una.

"Nggak! Lagi ngumpul ama abang senior di kantin. Mau join?" Ajak Dani yang memang aktif dan sering bergabung dengan senior-senior hits di sekolah.

"Nggak-nggak! Tar digodain," celetuk Jackson.

Una melirik sinis ke arahnya, "Apa, sih? Nggak nanya lu juga... Gue mau latihan PMR, Dan. Kapan-kapan join deh," ucapnya.

"Ya udah gue duluan ya. Di sini ngeri, si Jack macem monyet lagi pms," ledek Dani.

Jackson melempar pria itu dengan kunci motornya sedangkan Una tertawa lepas dan Dani tentu saja berlari cepat menghindar.

"Monyet pms," ulang Una masih dengan sisa tawanya. Ia bersandar di kursi dengan tangan memegang perutnya.

Jackson berdecak sebal seraya mengambil kunci motornya, "Pada jahat ya ama gue. Tega... "

"Biarin. Yang selalu baik dan support kan cuma Lea, Jack," kata Una.

"Lea mulu. Nggak bosen? Lama-lama risih loh gue kalo apa-apa dikaitin ama dia," jelas Jack sambil kembali duduk dan menatap Una.

"Gue kan sayangnya ama lu, Ns,' tambahnya lagi membuat Una mematung. Detik berikutnya Una tersadar, ia menyerah cokelat yang tersisa sebatang di tangannya itu kepada Jack, "Udah, ah. Gue mau PMR. Lu kalo bosen pulang duluan aja," tuturnya lalu berlari kecil meninggalkan kelas.

Tbc

Addiction Of Annoyance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang