S2 BAB 4

92 26 1
                                    

Jam istirahat tiba, sebagian dari siswa-siswi kelas Una pergi keluar, mencari makanan dan kesegaran setelah berkutat dengan rumus-rumus fisika sepanjang pelajaran. Una menelungkupkan wajahnya di kedua tangannya yang dilipat di atas meja, Gabby sempat mengajaknya pergi ke kantin namun rasanya Una terlalu malas. Sejak malam tadi, gairah hidupnya seakan lenyap.

Agak malu mengakui bahwa hal tersebut terjadi karena ia merindukan Jackson, ia ingin mengatakannya tapi ia tak tahu caranya. Lagipula gengsi kan. Di tambah ia masih kesal dengan sikap Jackson semalam saat video call. Setelah Una memutuskan sambungan internetnya, Jackson tetap mencoba menelepon Una dengan telepon biasa. Dan setelahnya Una langsung mengaktifkan mode pesawat agar tak satu pun notifikasi masuk ke ponselnya. Dan rencananya itu berhasil, bahkan ia berhasil kena omel guru fisika karena tak membawa alat-alat praktek seperti jangka sorong dan sebagainya.

Hal itu tentu saja membuat moodnya semakin buruk, bahkan Jackson tak berani menggoda Una, biasanya ia akan menggoda dan meledeknya setiap saat. Tapi ia tahu bahwa gadisnya itu tengah kesal. 

"Cari makan, ayo!" Tutur Jackson seraya duduk di sebelah Una.

Una menggerakkan kepalanya mengintip ke arah Jack, "Males."

"Ya makan dulu makanya. Gue pernah baca survei alasan orang marah-marah mulu tu ya karena laper," bujuk Jack.

Una mengangkat tubuhnya dan menyandarkannya ke kursi, "Males, Jack. Tau males nggak sih?"

"Mau gue gendong ke kantin? Atau mau gue beliin terus bawa ke sini?"

"Nggak usah ngaco," jawab Una.

Jackson menghela napas, ia tak mengerti apa yang terjadi pada Una, apa gadisnya itu sedang mentruasi? Ia menjadi sangat emosional rasanya, "Lu kenapa sih, Na? Pms? Laper? Atau apa?"

Una memutar bola matanya malas dan menjawab, "Gue males ama lu."

"Astaga, neng. Emang gue ngapain lu?" Tanya Jack.

"Abisnya lu sibuk mulu, mana pergi ama Lea mulu. Terus waktu malem juga lu kenapa ngeselin, sih? Gue kesel ama lu pokoknya," tutur Una seraya kembali menelungkupkan kepalanya di atas tangannya yang dilipat seperti tadi.

Una kembali mengintip karena Jackson tak kunjung merespon, pria justru terlihat berjalan menjauhinya. Una memaki di dalam hati sambil memejamkan matanya. Kali ini terserah Jackson saja.

"Nggak usah ngambek mulu, buruan makan," tutur Jack kembali yang baru kembali duduk di sebelah Una. Una mendudukkan tubuhnya dan melihat pria itu sedang membuka kotak makan di atas meja. Ia menusukkan sebuah nugget dengan garpu lalu menatap Una.

"Jadi kenapa? Lu kangen terus cemburu ke Lea juga hm? Iya?"

"Nggak, orang gue kesel ama lu doang," jawab Una cepat. Rasanya sangat sulit mengatakan iya, padahal pertanyaan Jackson benar-benar tepat sasaran.

Pria itu terkekeh, ia menggerakkan garpunya, "Aaa dulu. Pesawatnya mau masuk, cepet aaaa," ucapnya seperti membujuk anak kecil yang tidak mau makan.

Una menggigit bibirnya sambil terpejam, saat ini ia mencoba setengah mati menahan tawanya. Jackson benar-benar lucu, "Nah, ketawa mah ketawa aja kali. Gengsi juga?"

Akhirnya Una melepaskan tawa kecilnya lalu mengambil garpu tersebut dari tangan Jack, "Gue bisa sendiri," ucapnya lalu memakan makanan tersebut.

Ia mulai mengunyahnya, semakin dikunyah semakin enak. "Enak masa, mau lagi ya?"

"Makanya nggak usah gengsi, Aluna... " Sahut Jackson sembari mengacak-acak rambut Una. "Gue ajak ngantin so-soan nggak mau. Padahal laper kan?"

Mendengar itu Una hanya tersenyum menampilkan cengirannya. Jackson menggeser kotak makan yang berisi nasi, nugget dan sosia mendekat ke Una, "Makan banyak-banyak biar nggak bete. Males gue liat lu cemberut, jelek," ucapnya lalu mereka pun mulai memakan bekal dari Jackson hingga habis.

"Btw ini bekel sebenernya buat ntar latihan tau, Na," kata Jackson seraya membereskan peralatan makan mereka. Una yang tengah meneguk minumannya pun tersedak, kini ia merasa tak enak, "Kenapa nggak bilang? Terus ntar gimana?" Tanyanya merasa tak enak.

"Tanggung jawab."

Una mulai panik, ia memegang perutnya, "Gimana? Gue harus keluarin yang di sini, Jack?" Jackson tertawa mendengarnya. Ia mengubah duduknya menghadap Una.

"Pulang sekolah temenin gue latihan ya? Beliin gue makan," ucapnya sambil menatap Una. Di tatap seperti itu tentu membuat Una mengalihkan wajahnya malu, "Oke."

Jackson tersenyum riang, "Yes!" Serunya.

"Nggak usah cemburu lagi. Lu kesel gue ama Lea terus kan? Nah sekarang gue ama lu," tambah Jackson yang tak tahu harus Una respon seperti apa.

"Widih, makanan nih," celetuk seseorang yang baru saja datang menghampiri mereka, ia mengambil kotak makanan milik Jackson dan membukanya, "Yeu si anjing udah abis," maki Gabby. Ia duduk di depan kursi Una diikut Davin di sampingnya.

"Telat ahahha. Enak tau sosisnya Jack," tutur Una.

Mereka berempat diam setelah mendengar pertanyaan Una, sedangkan Jackson terlihat senyam-senyum menahan tawa. "Wah, si Una makan sosis lunya di kelas, Jack? Anjay ngeri, mirip-mirip style Jepang ye," celetuk Davin.

"Yoi, parah dah dia. Lahap bener, seenak itu kali," sahut Jackson diiringi tawa bersama Davin. Una melirik ke arah Gabby yang sedang terkekeh juga, "Parah, nggak nyangka Una, makan sosis Jack."

Kening wanita tersebut mulai mengkerut, sosisnya Jack... Ia pun menyadarinya, pipinya mulai memanas dan kemerahan. "Y-ya gue kan emang makan sosisnya Jack, ada nugget juga kok. Kalian nggak usah mikir aneh-aneh!"

Jackson melirik ke arah Una, "Aneh-aneh gimana, sayang? Emang kita mikir aneh?"

"Tau tuh, maksud gue style Jepang itu karena murid Jepang suka pada makan bekel sosis kelas. Lu mikir apa?" Tambah Davin.

Una mengalihkan pandangannya ke arah Gabby, meminta bantuan karena sudah dipojokkan mereka, "Maksud gue parah itu yaa karena lu nggak bagi gue. Parah banget kan?" Tutur Gabby.

"Cie Una... Mikir apa, hayoo," goda Davin.

Una berdecak, "Mikir, bentar lagi bel bunyi. Udah, hush!" Jawab Una seraya melirik jam dinding kemudian menggerakkan tangannya mengusir Davin.

Dan benar saja, beberapa saat kemudian bel tanda istirahat berakhir berbunyi, Davin dan Jackson berdiri. "Pulang sekolah jangan lupa, Na," ucap Jackson lalu berjalan pergi membawa kotak bekalnya yang kosong.

"Cie Una.... Abis makan sosis Jack cie."

Ya itu Davin, ia belum puas meledek Una, bahkan ia mengucapkannya sambil berjalan. "Gue tampar lu ya!" Kesal Una.

Jackson yang mendengar gadisnya itu sudah kesal menarik kerah belakang Davin, menggiringnya pergi, "Nggak usah digodain mulu. Kesian cewek gue," ucap Jackson membuat Una sedikit malu.

"Serah, nggak usah seret gue juga kali? Lu kira gue anjing?" Sebal Davin.

Una tertawa pelan mendengar Davin kesal, bagus! Satu sama. "Eh, tapi sosisnya Jack beneran enak, Na?" Tanya Gabby.

Una terdiam sejenak sebelum menjawabnya. Ia tak mau dianggap mesum lagi oleh mereka. Ia hanya mengangguk, "Enak, kejunya melting. Nuggetnya juga berasa banget ayamnya."

Gabby menggelengkan kepalanya, "Kecewa sih gue. Parah banget nggak bagi."

"Gue muntahin mau?" Tanya Una yang sukses membuat tangan Gabby mendarat di kepalanya. Ia memoles kepala Una. Sedangkan ia hanya tertawa melihat kawannya itu. Kini gairah hidup dan moodnya telah kembali. Dan ia tak tahu apakah hal tersebut terjadi karena perutnya terisi atau hatinya yang sudah diisi lagi oleh candaan Jackson. Ia tak tahu

Tbc
Ayo komen kak

Addiction Of Annoyance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang