Angin berhembus menggoyangkan tanaman yang dengan tenang berdiam di tempatnya, suasana malam ini sangat tenang. Una duduk di balkon lantai dua rumahnya, ia baru saja pulang beberapa jam lalu dari kegiatan ekskul. Di atas meja itu terdapat ponsel, minuman hangat dan beberapa camilan. Di ujung lainnya terdapat sebuah laptop dengan pemiliknya yang dengan serius mengetik ini dan itu diiringi lagu akustikan yang pas untuk bersantai. Noval agaknya menjadi semakin sibuk.
Una kembali menyimpan gelas berisi susu hangat yang baru saja ia sruput di atas meja. Tangannya beralih mengambil ponsel yang belum ia buka sedari tadi. Ia membuka aplikasi chatting yang sunyi dan sepi, Jackson pun tak mengiriminya pesan. Inisiatifnya timbul, ia hendak mengirimkan pesan untuk Jackson. Pas sekali, akunnya menunjukkan bahwa ia sedang online.
Gw udah di rumah. Lu masih nongkrong, Jack?
Disentuhnya ikon kirim, ia terus menunggu balasan dari Jackson yang tak kunjung muncul. Yang ada hanyalah pemberitahuan online akun Jack yang bilang. Una berdecak sebal melihat tingkah aneh Jackson yang tidak ada habisnya. Sekarang apalagi, kenapa ia langsung keluar dari aplikasi chatting setelah Una mengirimnya pesan. Apa ia menjadi begitu sibuk nongkrong sekarang? Atau ia tak ingin dikirimi pesan oleh Una?
Una menepis pikiran-pikiran buruknya kemudian membuka aplikasi Instagram sebagai peralihan dari hatinya yang mulai berburuk sangka. Ia mulai melihat-lihat story dari akun temannya yang ia ikuti di aplikasi tersebut. Ia tersenyum geli melihat betapa mesranya Algi dan Arin yang membuat konten video bersama. Benar-benar menggemaskan, kalau ia mengajak Jackson membuat yang seperti itu maka ia hanya akan mendapat celaan seperti, "Ngapain? Alay. Norak!"
Kebiasaan buruk mulutnya yang ceplas-ceplos, suka memaki dan mencela itu memang sulit diubah. Una sudah sering menegur Jackson bahkan menyentil bibir pria itu ketika ia berbicara yang tidak seharusnya. Tapi tetap saja tak berubah, ia malah berkata, "Kalo gue berenti ngomong yang enggak-enggak, nanti lu nggak perhatiin gue dong?"
Berakhirnya percakapan dengan Una yang salah tingkah seperti biasanya. Una pun heran mengapa ia bisa tersipu oleh mulutnya yang tajam itu. Tapi caranya berbicara, caranya melontarkan pandangan dan caranya menggoda Una benar-benar berhasil membuat Una jatuh hati. Segala yang disampaikannya pun sangat berbeda dengan orang pada umumnya. Gombalan-gombalan yang ia lontarkan bahkan tidak terdengar cringe. Sejauh ini, ucapan tajamnya itu pun dapat dipegang.
Rasa rindu mulai timbul menguasai hati, ingin rasanya ia peluk erat pria itu. Semoga saja esok tingkah anehnya itu segera hilang. Sampailah Una di story akun milik Jackson, panjang umur pikirnya. Ia menatap tak sabar lingkaran yang berputar-putar di story Jackson yang masih buram yang diunggah Jackson dua jam yang lalu.
Wajahnya antusias hilang berganti menjadi datar saat story miliknya selesai dimuat. Video yang awalnya buram itu mulai berputar jelas. Menunjukkan Lea yang sedang berpose imut dengan diiringi lagu yang tengah viral, sedangkan Jackson di dalam frame hanya menatap kamera datar sambil menghirup pod miliknya. Jackson termasuk orang yang cenderung tidak terlalu aktif di sosial media dan kini ia me-repost story dengan Lea, padahal foto bersama dirinya saja jarang Jackson unggah. Cemburu? Tentu saja.
Jack apasih?
Tegur Una melalui fitur balasan kepada Jackson. Ia merasa tak senang, ya walau Jackson hanya me-repost story Lea yang menandainya tapi tetap saja rasa tak nyaman selalu muncul di benak Una. Seharusnya Jack paham dan tahu bahwa Una risih ketika Jackson terlalu dekat dengan wanita, apalagi Lea yang memiliki perasaan kepada Jackson. Apa Jackson menjadi pikun sehingga melupakan bahwa Una telah menyampaikan kegelisahannya ini padanya? Jackson memang tak bilang bahwa ia akan menjauhi teman-teman wanitanya, tapi Una kira ia akan mengerti. Tapi ternyata tidak.
Apasih apaan?
Una menatap malas pesan yang baru saja ia terima dari Jackson, ok Jackson benar-benar tak mengerti bahwa ia tak menyukai jika dia terlalu dekat dengan Lea. Una juga tak bisa memaksakan agar Jackson tahu isi kepalanya, tapi Una telah menyampaikan keresahannya itu berulang kali. Apa kali ini ia harus menjabarkannya juga? Rasanya Jack sudah terlalu besar untuk diberi penjelasan yang sama berkali-kali. Una memutuskan hanya membaca pesan dari Jackson, berharap ia bisa berpikir mandiri. Semoga saja mengerti.
"Napa sih, Dek? Jelek banget muka lu cemberut," celetuk Noval seraya meminum minumannya. Una menunjukkan video yang membuatnya sebal itu.
"Ceweknya cantik," tutur Noval santai. Dibuatnya Una semakin kesal, ya ya Una tahu Lea memang cantik. Tubuhnya pun semampai, jauh sekali dengannya yang memiliki tinggi pas-pasan.
"Itu btw di tempat Rio nongkrong ya?" Tanya Noval.
"Nggak tau!" Ketus Una. Saat ini ia yang menjadi emosional, ia sebal karena seolah-olah semua orang berpihak pada Lea, bahkan abangnya sendiri.
"Dih, judes amat. Marahnya ke dia yang deket-deket ceweklah. Jangan ke abang," tutur Noval tak terima. Ia mematikan lagu yang sejak tadi melantun. "Lagian lu kenapa? Cemburu? Emang lu siapanya? Pacarnya?"
Rentetan pertanyaan Noval itu berhasil menusuk hati Una, bibirnya kaku tak mampu menyahut. "Mau-mauan hubungan tanpa status. Resikonya ya gini, Dek." Perkataan abangnya itu lagi-lagi benar, resikonya memang begini. Ada batasan dan jarak dibandingkan dengan orang pacaran pada umumnya. Bahkan untuk marah dan merasa cemburu pun rasanya tidak berhak.
"Udah, ah. Besok lu balik ama abang. Besok nggak ada bimbel," tutur Noval sambil berdiri kemudian mengusap rambut Una sebelum ia kembali ke kamarnya dengan laptop ditangannya.
"Abang," panggil Una. Noval menoleh, "Makasih."
Ia mengangguk kemudian melanjutkan jalannya menuju kamar. Noval memang tak pandai membuat kata-kata penenang, perkataannya itu justru terasa menusuk. Bukan kejam, Noval hanya ingin Una berpikir melalui kata-kata tajamnya tersebut. Jika Una berpikir maka seharusnya adiknya itu tahu resiko dan konsekuensi dari setiap pilihan dalam hidupnya. Adik kecilnya yang dulu selalu merengek karena merasa cemburu padanya kini mulai cemburu pada pria lain. Ia telah tumbuh, dulu ia akan cemburu dan merengek ketika mama mendahulukan Noval dalam segala hal, kini rasa cemburunya itu ia curahkan kepada orang asing. Rasanya agak aneh, tapi itu wajar Una baru beranjak menjadi remaja. Noval pun pernah mengalaminya.
Tak banyak yang bisa Noval lakukan, ia tak bisa merangkai kata yang indah sebagai penenang. Ia juga tak mungkin berlagak seolah pahlawan dan menegur Jackson, ini adalah hubungan mereka berdua. Noval tak bisa asal masuk dan mencampuri itu walaupun ia adalah kakak dari Una. Ia hanya akan melakukan apa yang bisa dilakukan. Seperti mengajak Una pulang bersama ketika ia tahu adiknya itu sedang bermasalah dan tak mungkin pulang bersama pria yang saat ini dekat dengannya..
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Addiction Of Annoyance
Novela JuvenilKata orang "Jangan nilai buku dari covernya." Setidaknya Nada Aluna a.k.a Una pernah mengikuti pepatah itu namun rasanya pepatah itu tidak berlaku lagi setelah ia melihat Jack a.k.a Jackson Jeandra. Pepatah itu hanyalah sekedar kata. Wajah Jack sang...