Santap malam—begitu Nino menyebutnya, berangsur cepat. Hidangan datang dan pergi mengisi piring aluminium yang kosong. Mereka banyak mengobrol dengan Nino dan Anjela. Seluwes mungkin Anjela berusaha mengimbangi gaya bicara Nino. Meski ia sudah menghujat dirinya sendiri bahwa ia tidak pintar dalam aksi tipu-menipu, tapi ada beberapa hal yang baru ia ketahui tentang isi rumah ini.
Duka Om Gun sudah setahun yang lalu. Mereka semua sudah berpindah fokus pada perusahaan yang sekarang dipegang sementara oleh Husein. Sebagai adik kandung dan saksi utama wasiat. Karena sejauh ini Nino sibuk mengurus Tante Heni dan Reno, adik laki-lakinya di rumah sakit, Nino masih belum cukup waktu untuk mengurusi wasiat. Apalagi proyek yang terus bertambah di kantor. Pekerjaan akan ada lebih banyak lagi.
Anjela tidak banyak menjawab pertanyaan. Semua yang ditanyakan beberapa saudara Nino selalu dijawab lantang oleh Nino dan Anjela hanya ikut-ikutan tertawa. Setelah makan malam, mereka menghabiskan camilan penutup yang juga mewah. Bahkan waktu terasa begitu cepat sampai Anjela tidak cukup waktu untuk menikmati betapa enaknya makanan di rumah ini.
Bahkan camilannya ada dari berbagai jenis. Puding, es krim, bolu, buah-buah segar, dan berbagai jus. Anjela sempat terkagum-kagum dengan semua ini. Seolah ia baru saja masuk ke dimensi yang benar-benar berbeda dari biasanya. Sebagai tambahan, ia juga sudah menahan kentut berkali-kali.
"Kelihatannya kamu udah terbiasa sama rumah ini, ya?" tiba-tiba sebuah suara menyapa Anjela ketika ia bersandar di pilar yang ada di pinggir ruangan. Orang-orang sibuk dengan camilan dan obrolannya mereka. Nino sedang berbincang dengan seorang wanita sementara Husein sibuk dengan pria-pria tua lain di sudut ruangan. Lapisan dinding meresap dengung obrolan. Warna gadingnya menambah kesan hangat dari lantai marmer yang mengkilap. Ruang makan ini hampir menyerupai ballroom jika bisa Anjela sebut begitu.
"Ah? Masa sih?" Anjela menyengir, ia menyesap jus tomatnya sebentar lalu menjawab, "sebenarnya, ini kali pertama aku ke sini."
Rafael mendekat dan ikut bersandar di salah satu pilar. "Oh ya? Kenapa Nino nggak pernah undang kamu ke Rumah Utama?"
Satu hal lagi yang baru saja Anjela ketahui. Alasan kenapa Nino tidak pernah memberitahu orang asing—tentang Rumah Utama ini adalah karena di sini, semua dokumen tentang Holamp berada. Yang baru Anjela ketahui, ternyata, Holamp yang berpusat di Singapore, sebagai pemegang proyek terbesar—PJU (Penerangan Jalan Umum) di Singapore nyaris delapan puluh persen. Beberapa lampu di jembatan, jalan raya, area publik, gedung bertingkat, gedung pemerintahan, bahkan sampai mal-mal besar di Singapore memakai produk dan jasa Holamp.
Di mana hal itu adalah pemasukan terbesar dari keluarga Chang yang sejak dua puluh tahun lalu berubah menjadi unicorn. Semua penjabat di Singapore mengenal sosok Chang. Tapi mereka tidak pernah benar-benar menampilkan perwakilan resmi ke klien mereka. Mereka dikenal oleh banyak orang tapi tidak pernah muncul secara langsung. Sebagai alasan—Nino bercerita, kalau itu hanya bisa membuat salah satu keluarga bisa diancam. Karena selain pemasukan yang besar dari satu negara, mereka juga diintai oleh beberapa mafia kelas atas yang sama-sama unicorn. Bedanya, unicorn mafia itu beraura gelap.
"Bukannya harusnya kamu tahu sendiri alasannya?"
Rafael lantas tersenyum miris. "Hm, kukira Nino kasih tahu soal keluarga kita sejak kalian pacaran. Maaf ya, bagi kita, keluarga itu yang paling utama. Aku sendiri nggak pernah benar-benar percaya bahwa ada satu negara yang semua jasa lighting-nya bergantung sama keluarga kita. Yang membuat hampir semua orang benar-benar merasa awas terhadap keberadaan kita dan bahkan mereka selalu mencari tahu seperti apa sebenarnya keluarga Chang. Kalau kamu ke Singapore dan mengeluarkan KTP dengan marga Chang, pasti kamu bakal dapat perlakuan khusus. Terutama ke tempat-tempat besar yang terkenal. Tapi nggak jarang juga, banyak yang mencari kita, menghantui kita, meneror kita. Makanya itu kita selalu berhati-hati dan nggak pernah kasih tahu soal keluarga ini ke orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titah Agung
RomanceCompleted Pria idaman Anjela adalah seorang protagonis yang sering muncul di K-drama. Memang mustahil sih buat dapatin cowok sesempurna dan seindah di drama, tapi kalau usaha, nggak ada yang halangin, kan? Sayangnya, kehidupan Anjela sebagai penulis...