Sejak bangun tidur Anjela sudah yakin ini adalah hari Sabtu. Hari yang sepanjang minggu ini akhirnya ia tunggu-tunggu sebagai puncak dari permainan sandiwara ini. Suatu hari, Nino bertanya kepada Anjela. "Apa lo udah tahu mau minta apa untuk bayaran kontrak nikah ini?" Tapi Anjela masih belum tahu menginginkan apa. Malahan, sejak mendengar penjelasan Tante Heni malam itu, Anjela merasa segala yang ia lihat dari Nino entah kenapa mulai berubah.
Kita tidak dekat dengan seseorang karena tidak mengenalnya. Kita tidak tahu apa isi pikiran mereka, apa kebenaran yang tidak mereka ungkapkan. Apa yang mereka pertahankan tanpa harus orang-orang bicarakan. Dan itu sosok yang selalu Nino tampilkan selama ini.
Dari awal Anjela tidak mengerti kenapa Nino memilih dirinya untuk melakukan pekerjaan ini. Meski mama Anjela yang lebih dulu memintanya memberi lowongan, tapi ia tidak berpikir lebih selain memiliki teman lama sebangkunya yang nyatanya seorang bos. Hal itu tidak bikin Anjela merasa tertekan, malah dia bisa seenaknya misuh-misuh. Tapi setelah percakapan itu, Anjela mulai paham sisi lain yang selama ini tidak terkena cahaya.
Anjela memandang dirinya dalam balutan gaun putih. Ini bukan gaun pengantin utamanya. Sebelum resepsi, mereka harus perarakan ke rumah sakit dulu. Untuk penghormatan ke Tante Heni baru setelahnya ke makam. Dari sana baru penerimaan sakramen di gereja lalu malamnya resepsi. Anjela sudah mengumpulkan banyak tenaga, mengendalikan emosi dan menjauhi dirinya dari masalah Celine.
Kadang-kadang, itu tidak sepenuhnya bekerja. Tapi hanya satu hari ini waktunya Anjela menyerahkan segalanya.
"Tuan Nino."
Begitu mendengar salah satu pelayan yang berdiri tak jauh dari ambang pintu, Anjela langsung menoleh dan mendapati cowok itu berdiri di depan sana dengan tatapan kosong selama beberapa detik.
"Kenapa lu?" sembur Anjela sambil mengernyit. Tidak menyadari bahwa dirinya yang mengenakan gaun dari bahan velvet begitu cantik. Bagian atasnya sedikit terbuka, memperlihatkan jenjang leher dan pundak Anjela. Sementara bagian roknya yang mengembang sampai ke batas mata kaki merupakan kombinasi dari bahan velvet dan organza yang membuat roknya terkesan lembut tapi sekaligus mengembang di saat yang bersamaan. Ditambah aksen biru langit dari renda-renda yang melapisi bagian rok dan jahitan penuh eksekusi di setiap detail kainnya, Anjela nampak seperti putri dari kerajaan dimensi lain.
"Kita harus jalan sekarang." Nino berujar sambil mendekat. Sementara itu, Nino tampil memukau seperti biasa. Hanya kurang wajahnya yang tidak berekspresi apa pun. Jas hitam Nino dengan aksen keemasan di ujung lengan dan kerahnya serta dasi formal membuatnya terlihat semakin gagah.
Poni rambut Nino disisir ke belakang, membuatnya terlihat lebih rapi tanpa poni mencuat acak-acakkan.
"Ehm, ini aku udah selesai, mbak?" tanya Anjela ke salah satu pelayan yang daritadi merias wajahnya, Anjela kembali menatap cermin, mengamati matanya yang dihias eyeshadow tipis.
Dari sebelahnya, Nino yang berdiri mengulurkan tangan dan menarik dagu Anjela sampai mendongak menatapnya. Anjela mengerjap pelan, balas menatap Nino yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Hampir tiga detik Nino memeriksa wajah Anjela, ia berujar pelan. "Udah bagus."
Entah kenapa para pelayan mendadak keluar dari ruangan. Anjela menarik wajahnya kembali lalu menatap ke cermin berharap tidak memunculkan efek aneh dari jantungnya yang tiba-tiba berdebar. Ini hanya efek dari memakai gaun perarakan sebelum benar-benar menikah. Rasanya lucu jika suatu hari nanti Anjela bilang kalau dia sudah berpengalaman menikah.
"Ini bakal jadi hari yang panjang," kata Nino pelan.
"Tau."
Nino menatap Anjela dari pantulan cermin. "Beberapa hari yang lalu, lo ngapain nemuin nyokap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Titah Agung
RomanceCompleted Pria idaman Anjela adalah seorang protagonis yang sering muncul di K-drama. Memang mustahil sih buat dapatin cowok sesempurna dan seindah di drama, tapi kalau usaha, nggak ada yang halangin, kan? Sayangnya, kehidupan Anjela sebagai penulis...