Hari ini entah karena angin apa Rosè datang kesolah terlambat, dan setelah menerima hukuman dari guru. Rosè berjalan dengan santai menuju kelas.
Karena terlanjur terlambat jadi tidak perlu buru-buru masuk kelas.
"Lo ikut kita." Seorang siswa cantik sekolah bernama Irene menarik kerah baju Rosè di ikuti Seulgi dan Wendy sahabta nya.
"Hei lepasin!, jangan kasar-karas dong." Rosè berusaha melepaskan cengkeraman di kerah baju nya namun sia-sia karena di halangai.
Mereka menyeret Rosè ke belakang gedung sekolah yang sepi cocok untuk tempat bolos kelas.
Bruk
Irene mendoromg Rosè hingga punggungbnya terbentur tembok cukup keras. Rosè hanya menyerngit menahan sakit.
"Lo anak pindahan jauhi Jennie dan Jisoo!." Perintah Irene arogan.
"Atas dasar apa kamu memerintah ku seperti itu?." Rosè berusaha bersikap sopan.
"Karena lo gak pantas bersanding dengan mereka. Kita aja yang cantik dan kaya gak pamtas, apalagi lo udah jelek miskin lagi." Timpal Seulgi dengan arogan dan sombong.
"Ya kalian cantik, tapi kaya tidak. Karena kalian makan aja msih dinkasih orantua. Jadi jangan sok kaya deh." Rosè mengeluarkan senyum yang merendah kan.
"Dasar kurang ajar!!."
Plak
Plak
PlakWendy murka, dia membentak Rose dan menampar pipi kanan Rosè tiga kali hingga meninggalkan jejak merah di pipi putih itu.
Rosè hanya menatap mereka bertiga dengan dingin, tidak ada amarah,emosi,sedih atau yang lain nya.
Hanya tatapan dingin yang sangat menusuk. Hal itu membuqt Irene cs gugup merasa takut.
"Ini peringtan dari kita. Kalau lo gak menjauh dari duo iblis, abis lo sama kita."
Ujar Irene sambil mendorong bahu Rosè kuat, membuat Rosè menabrak tembok sekali lagi.
Irene cs pergi meninggal kan Rosè di sana yang sedang menahan sakit di punggung dan perih di pipi bekas tamparan Wendy.
"Aissss, shit!" Umpat Rosè menahan sakit.
"Nih." Tiba-tiba Rosè melihat sepasang kaki berhenti di depan nya sambil menyodorkan sapu tangan dan minuman kaleng dingin ke pipi Rosè. Membuat rasa perih itu sedikit adem.
"Maksaih." Rosè menerimanya tapi dia tidak melihat wajah sang pemberi.
Buk
Orang itu duduk di sebelah Rosè, sambil bersandar di tembok.
"Dasar bodoh. Kenapa gak balik mukul mereka sih." Urang itu mengatai Rosè.
"Ck, sialan. Ngatain gue lu." Rosè kesal dan mentap lawan bicaranya, membuat Rosè sedikit tersentak karena orang yang bicara adalh Rio manusi paling ngeselin di mata Rosè.
"Itu lo bisa marah, kenapa sama mereka bertiga tadi lo diem aja di tampar dan di hina kek gitu." Rio masih anteng menatap langit.
"Sebenernya marah sih, tapi bukan berarti gue harus balas mukul." Ucap Rosè sambil menempelkan minuman dingin itu di pipinya.
"Bukan kah wajar jika kita di pukul kita balik memukul orang itu?." Tanya Rio dengan tatapn bingung.
Mendengar pertanyaan Rio, membuat Rosè diam sejenak karena merasa kaget dengan ucapan Rio.
"Jika kamu di pukul, apa yang kamu pikirkan tentang orang tersebut?." Rosè balik bertanya dengan mentap mata Rio dalam.
"Mereka orang jahat." Jawab Rio dengan wajah polos nya.
"Lalu apa bedanya dengan mu, jika kamu juga melakukan hal itu?." Tanya Rosè dengan lembut masih menatap Rio dengan dalam begitu juga dengan Rio.
Mendengar penuturan Rosè, membuat Rio diam dan berpikir keras di otak nya.
"Kita bisa memukul orang yang memukul kita, atau membalas orang itu, jika merka sudah kelewatan menyakiti mu. Tapi kembali ke hati mu apa kamu akan puas jika membals mereka?." Rosè berbicara dengan lembut dan menunjuk dada Rio dengan telunjuk nya. Rio masih diam seribu bahasa mencerna setiap kata yamg Rosè ucap kan.
"Sekali lagi maksih atas minuman dan sapu tangan nya." Lanjut nya lagi.
"Kamu orang baik. Belajar lah untuk mencari kebahagiaan bukan pelampisan Limario." Ucap Rosè setelah sedikit jauh dari tempat Rio yang masih duduk termenung di sana.
Rio mentap punggung Rosè yang berjalan menjauh dari nya. Hati Rio yang selama ini gelap khusus hari ini iya meras sedikit cahaya hangat mencuat kecil di sana.
"Terima kasih banyak." Gumam Rio dengan tatapan dan senyum yang hanya Tuhan lah yang tau maksud dari tatapan itu.
"Dari mana aja lo?." Tanya Jisoo saat melihat Rosè masuk kelas setelah jam istirahat.
"Abis jalan-jalan." Jawab Rosè santi dan langsung duduk di bangkunya.
"Ada apa dengan pipimu?." Tanya Jennie tajam.
"Masih merah ya?." Tanyanya dengan wajah polos
"Banget. Kamu di tampar?." Tanya Jisoo dengan nada khawatir.
Hanya di balas anggukan kecil tanda iya dari Rosè.
"Siapa yang nampar, kasih tau!. Biar ku habisi si berengsek itu!." Jennie menaikan suaranya dan dalam setiap kata yang di ucapin penuh amarah.
Membuat beberapa siswa yang masih di kelas kaget beserta takut dengan ke marahan di wajah Jennie.
"Udah tenang aja biar aku yang urus." Rosè berisaha meredakan amara Jennie.
"Apa mereka?, bukan satu?, kamu di keroyok?. Sialan! Cepat kasih tau siapa?. Akan kupastikan mereka sengsara." Uacp Jisoo dengan nada penuh amarah.
"Heiii, santay bro santai. Kalian tenang aja. Biar aku yang urus oke." Rosè mengusap kedua lengan sahabt nya lembut agar merka tenang.
Kasihan yang masih di kelas sudah pucat pasi karena ketakutan, melihat duo iblis yang biasanya tenang mengamuk.
"Oke, sekarang ayo ke UKS." Jisoo menarik lengan Rosè.
"Tidak menerima penolakan." Ucap Jennie tegas dengan wajah dingin memotong Rosè yang ingin perotes.
"Baik lah. Ayo." Rosè setuju untuk ikut. Kalau masih perotes maka dia yang akan di amuk oleh Kucing dan manusia ayam itu.
Melihay Rosè cs berjalan ke UKS dengam wajah penuh kehawatiran di wajah Jisoo dan Jennie. Membuat semua mata yang mentap iri, kecuali seseorang di kelas yang mentap marah.
"Baru juga di beri peringatan. Rupanya dia cari mati." Gumam seorang yang mentap mereka dari kejauhan.
"Sebenar nya siapa kamu, aku yakin kamu bukan orang sebik itu. Membiarkan orang yang menindas mu hidup enak."
TBC............
jangan lupa vote & komen
KAMU SEDANG MEMBACA
My Littel Family
Teen Fictionkisah Vizenco Limario Manoban dan Jacqueline Roseannè .