28

350 29 0
                                    







Setelah selesai memasak makan malam, seluruh peserta camping segera bergegas ke kamar mandi umum yang di buat tidak jauh dari dekat camping. Dan tentunya kamar mandi cewek dan cowok di pisah. Serta di depan pintu berjaga dua panitia camping agar tidak ada yang berbuat macam-macam.

"Eh Rene bukan nya itu Rio ya?." Ujar Wendy menunjuk ke arah pohon besar di dekat kamar mandi.

"Iya. Ngapain dia di sana?,  kek anak hilang aja." Timpal Seulgi karena mereka melihat Rio sedang celingak-celinguk mencari orang lain.

"Samperin yuk?." Ajak Irene dan langsung berjalan menghampiri Rio seperti anak ayam kehilangan induk nya.




"Kamu kenapa?, kok kek gelisah gitu?." Tanya Irene langsung saat sudah dekat dengan Rio.

"Bukan urusan." Cuek Rio masih tetap celingak-celingukan.

"Nyari apa sih?."  Timpal  Joy.

"Mungkin bisa kita bantu." Lanjut Joy.

Rio mengkerutkan kening nya dan menatap Joy intes, yang di tatap sedikit salting.

"Udah gua bilang bukan urusan kalian kan." Dingin Rio dia sangat jegah berurusan atau sekedar berbicara dengan Irene dengan teman-teman nya apa lagi manusia bernama Joy ini.

"Kan bisa kita bantu." Tambah Seulgi lagi.

"Gak usah peduliin gua. Noh lo sekolahin aja mulut temen lo biar bener.  Sukak banget ungkit-ungkit kehidupan orang lain." Sinis Rio menatap Wendy,Seulgi, Irene, serta Joy.

Sontak mereka menjadi kicep, takut serta merasa bersalah pada Rio, karena Joy sahabat mereka jadi mereka juga merasa bersalah, apa lagi Joy ngelakuin itu untuk membela Irene.

"Gua minta maaf ya atas nama Joy?." Ujar Irene lirih.

"Gak ngaruh, dan gak peduli juga." Dingin Rio dan berjalan pergi dari mereka karena yang dia cari-cari sudah dia lihat.

Irene kembali menunduk sedih, karena perlakuan dingin Rio padanya, setelah kejadian kantin waktu itu. Rio semakin bersikap dingin padanya dan juga teman-teman nya. Hanya Wendy yang di perlakukan sedikit hangat dari Irene.' Ingat hanya sedikit'.

"Sabar Rene. Mungkin Rio masih kesel jadi dia bersikap agak dingin." Wendy berusaha menghibur sahabat nya dan memberi pelukan ringan.

"Dan ko Joy, lain kali jaga mulut lemes lo. Sekesal apa pun lo, lo gak boleh bawa-bawa masalah keluarga orang lain. Itu sama aja lo menguak luka yang dengan susah payah di tutup." Nasehat Wendy bijak. Joy hanya mengangguk lemah dia juga merasa bersalh pada Irene dan Rio.

Tapi Rio tidak pernah menerima permintaa maaf an nya sedikit pun, walau dia sudah berkali-kali meminta maaf  tapi Rio selalu mengabaikan nya.

"Lo juga Seul. Jangan suka ikut-ikutan sama  Joy. Dan ngebela di habis-habisan kalau salah ya lo bilang jangan asal di dukung aja." Wendy juga memperingatai Seulgi. Karena kadang Seulgi ini terlalu loyalitas sama sahabat nya, hingga tak melihat benar atau salah.

"Maaf." Seulgi minta maaf karena merasa sedikit bersalah.

































"Rosè?." Panggil seseorang.,38g,

Sontak karena merasa di panggil Rosè meoleh ke arah sumber suara.

"Ya?." Jawab Rosè seadanya.

"Lo kenal gua kan?, kita sekelas lo." Ujar orang itu sambil berdiri di depan Rosè.

"Jaehyun kan?." Ujar Rosè

My Littel FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang