8.

398 44 0
                                    

"Rio sini kamu?." Suara bentakan terdengar saat Rio baru saja memasuki rumah nya membaut nya menghentikan langkah nya dan melihat ke sumber sura.

Deg

Rio kaget melihat siapa yang datang ke rumah nya, namun hanya sebentar dan lalu di gantikan wajah datar nya kemudian.

"Ada apa?." Tanya Rio sinis setelah menghampiri orang yang memnaggil nya.

Plak
Plak
Plak

Bukan nya menjawab Rio malah di hadiahi tamparan di pipi kanan nya hingga meraah dan sudut bibirnya berdarah karena robek.

Rio hanya diam tatapan matanya yang biasanya tajam menjadi sendu dan terskiti. Dan tersenyum miris memandang orang yang menamparnya.

"Untuk terakhir kalinya kuperingatkan kau, jangan pernah kamu menyentuh putraku Kai apa lagi memukulinya.!" Sentak pria itu tajam dan jangan lupa jari telunjuknya yang mengayun ke wajah Rio.

"Jangan lupa aku juga putra papa, bukan hanya Kai anak papa dengan selingkuhan papa itu!." Rio juga bicara tidak kalah tajam.

Benar yang menampar Rio adalah Vizeno Marco manoban ayah Rio.

"Jaga ucapan mu Rio dia istriku, bukan wanita simpanan."

"Ya sekarang memang benar, tapi dulu dia wanita jalang yang menjadi simpanan mu." Ucap Rio dengam sinis.

"Kurang ajar.!" Bentak Marco dan mengangkat tangan nya hendak menampar Rio lagi.

"Cukup tadi kau menamparku. Jangan lakukan lagi jika kau tidak ingin mati sekarang juga." Ucap Rio tajam sambil menahan tangan Marco, membuat dia bergidik ngeri melihat kilatan aura membunuh di mata Rio.

"Jika sudah tidak ada lagi yang ingin kau katakan, maka silahkan pergi dari sini." Ucap Rio sambil menunjuk arah pintu yang terbuka lebar.

"Awas kamu." Ancam Marco dan langsung pergi dari rumah Rio.

Rio memandang nanar punggung lebar dan tegap yang pergi menjauh itu, dia mengingat bagai mana dulu nyaman dan hangat nya berada di gendongan punggung itu. Tapi sekarang sekedar menyentuh saja pun tidak bisa. Rio menundukan kepalanya dan tersenyum miris dia merindukan saat dia masih bisa merasakan kenyamanan di punggung kokoh itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Saat ini ada seorang wanita berbaju yang sudah cukup umur berdiri sambil menunduk takut, melihat seorang Rosè jauh lebih muda darinya yang menatap nya tajam.

"Tiga bulan Hana." Ucap Rosè  menatap Hana sekertaris pribadi nya

"Maaf direktur. Saya mengalami kendala di sana." Ucap Hana.

"Jelas kan." Pintanya dingin.

"Seminggu setelh direktur pergi dari Australia, jejak anda mulai tercium oleh anak buah  tuan Manson daddy anda. Mengharuskan saya untuk mengubah rencana secara keseluruhan dan memgecoh mereka ke berbagai negara sehingga jejak anda menghilang sempurna. Tapi itu memakan waktu banya direktur." Tutur Hana dengan hati-hati.

"Begitu ternyata. Ya sudah kalau begitu. Tapi lain kali coba lah bekerja dengan cepat dan tepat Hana." Ucap Rosè samabil berdiri dan pergi keruang kerjanya di rumah nya dan di ikuti dengan Hana.

"Hana siapa nama CEO di perusahan kita di korea?." Tanya Rosè setelah membuka berkas di sana.

"Lee Han Jun direktur."

"Selidiki pria hidung belang itu." Titah Rosè  tajam.

"Baik direktur." Ucap Hana dan membungkuk lalu pergi dari ruang kerja Rosè.

"Nah Lee Han Jun, semoga kamu menikati hadiah dari ku." Ucap Rosè menipang dagunya  dengan semirik licik di wajah nya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Oppa aku ingin makan ice cream." Rengek seorang wanita cantik pada kekasih nya.

"Baik lah ayo kita beli." Yang di sebut Oppa  itu membawa kesih nya  ke tempat penjual ice cream.

"Ini sangat enak oppa." Seru gadis itu sambil menikmati ice cream nya.

Rio memandang gadis itu dengan intes, dia tersenyum bahagia melihat tawa ceria kekasih nya itu. Melihat senyum itu Rio merasa sedikit beban nya terangkat.

Buk

Rio menabarak sesorang saat berjalan lantaran terlalu fokus memandang ke kasih nya.

"Ah maaf." Ucap Rio panik.

"Tidak apa-apa." Ucap orang itu dan berdiri sambip menepuk debu di celana nya.

"Rosè kamu tidak apa-apa?."  Jennie  berlari kearah Rosè dengan panik dinikuti oleh Jisoo di belakanya.

"Aku baik-baik saja grils." Ucap Rosè dengam senyum manis nya.

"Maaf Rosè aku tidak sengaja." Ucap Rio lagi dengan rasa bersalah.

"Tidak apa Rio, santai saja." Rosè berusaha meyakinkan karena melihat Rio sedikt panik.

"Dia pacar mu Rio?." Tanya Jisoo menunjuk gadis di sebelah Rio yang diam membatu dengan nada tidak percaya.

"Benar, namanya Nancy." Jawab Rio dengam nada sangat bahagia dengam senyum yang ceria.

"Jennie." Ucap Jennie dengan nada ragu sambil menyodorkan tangan nya untuk berjabat tangan

Di ikuti oleh Jisoo den Rosè namun wajah mereka menunjukan ketidak percayaan.

"Nancy." Jawab gadis itu sambil menjabat tangan mereka satu-persatu dengan wajah  kaku dan takut.

Bagai mana tidak takut, Nancy adalah gadis simpanan yang di temui oleh Jisoo,Jennie, dam Rosè waktu di mall.

Nancy takut jika ketiga gadis itu akan membocor kanya.

"Kalian sedang kencan?." Tanya Rosè walau dia tau jawaban nya.

"Iya kami sedang kencan." Jawab Rio ceria dan di nagguki oleh  Nancy kaku.

"Kalau begitu kami pergi dulu. Nikmati kencan mu." Ucap Jisoo sambil menepuk bahi Rio dan berlalu.

Rio menggandeng tangan Nancy dan menikmati kencan mereka kembali.

"Bukan kah dia wanita jalang yang kita temui waktu di mall?." Tanya Jisoo  sambil menyanyap jajan yang mereka beli tadi.

"Benar, sungguh malang nasib Rio memliki pacar seperti itu." Timpal Jennie sambil menggeleng kepalanya tidak percaya.

"Dan Rio sangat mencintai nya. Lihat matanya yang memancar kan cinta yang tulus." Ucap Rio sambil menerawang.

"Benar, Rio pasti akan sangat terluka jika menhetahui kelakukan pacar nya di belakang nya." Timpal Jennie lagi.

"Sudah lah, biarkan itu menjadi urusan mereka."  Ucap Jisoo mengakhiri pembahasan mereka tentang Rio dan kekasih nya.


"Bagai mana jika Rio terluka lagi, oleh orang yang di cintainya. Apakah Rio bisa bertahan dengan rasa sakit itu?." Batin seseorang dengan sangat khawatir.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC..........

My Littel FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang